Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Menyusuri Elegi Seorang Hamba (Bagian 2)

25 April 2020   17:17 Diperbarui: 25 April 2020   17:35 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi : Pakaian Adat Pernikahan suku Karo (Dokpri)

Mitos itu hanya berlaku bagi orang yang merasa normal jika bekerja dengan tangan kanan. Sementara bagi orang yang terbiasa bekerja dengan tangan kiri, tak kurang normallah itu dari orang yang sebaliknya.

Maka dilangsungkanlah prosesi pernikahan itu dua hari dua malam lamanya, baik secara agama maupun secara adat istiadat. Itu adalah dua hari pada September 2007. Resmilah Tegar memperistri Erna, seorang wanita cantik yang sarjana ahli obat-obatan.

Bila baru saja Tegar merasa kehilangan, kehilangan kebersamaan dengan rekan kerja yang baru dikenalnya, kehilangan seorang kakek yang dicintainya seperti seorang bapak, pada hari itu Tegar kembali menemukan sukacita bersama pasangan hidup yang dicintainya. Cinta itu diikat dalam sebuah janji untuk bersama sampai maut memisahkannya, diucapkan di hadapan manusia dan Tuhan.

Bila logika dinamis Hegel sudah disadari Tegar jauh sebelum sukacita pernikahannya, bahwa dua konsep yang saling bertentangan akan selalu berdialektika melahirkan sintesa-sintesa pemikiran, maka harusnya di hari sukacita itu, Tegar sudah harus mampu mengantisipasi kemungkinan dialektika dua konsep sebagaimana Kierkegaard mengkritisi logika Hegel. Sintesa konsep-konsep hidup itu bukan saling mereduksi tetapi saling melengkapi dan bersifat kumulatif.

Setelah manusia menikmati estetika dan keindahan dalam hidup percintaan, seharusnya di tahap selanjutnya, manusia sudah menemukan pilihan-pilihan moral yang kuat untuk menjadi etika hidup yang akan dijalaninya. Akhirnya dia akan sampai ke tahap religius yang hanya mampu dialami secara pribadi lewat pengalaman-pengalamannya.

Tetapi idealisme seperti itu mungkin hanya akan berlaku di atas lembaran kertas teori yang tak melawan bila dihajar, tidak membentak bila disakiti. Hidup terlalu rumit bila dituliskan di atas selembar kertas, dan bukan kehidupan bila di dalamnya manusia tidak menemukan ironi dan paradoks. Benarlah bahwa bulan madu itu hanya sesaat, selanjutnya kehidupan nyata menunggu di ujung sana.

Dua bulan pernikahan Tegar sepertinya berjalan baik-baik saja, karena Tegar tinggal di kampung, sementara itu istrinya masih tinggal di ibukota Provinsi. Ia bekerja sebagai petugas penerima telefon di sebuah perusahaan penjual mobil mewah di kota. Karena itu perusahaan swasta, sebulan sebelum pengunduran dirinya karena harus ikut dengan suami, ia masih harus tetap bekerja menunggu manajemen mendapatkan penggantinya. Meskipun itu hanya seorang petugas penerima telefon, begitulah etika kerja dalam hidup pemilik toko itu.

Begitu dihargai setiap pekerjaan di swasta ini pikir Tegar, masih dalam kemalasannya untuk bekerja sebagai pegawai negeri. Bila diingatnya bagaimana seorang pimpinan menjemputnya secara paksa pada hari terkahir ia bekerja di kantor kecamatan tempat penugasan pertamanya, keesokan harinya ia harus sudah bekerja di tempat yang tak pernah dilamarnya. Membanding-bandingkan memang sudah menjadi salah satu sifat bawaan manusia yang terkadang berdampak kurang baik.

Seringkali hal itu membuat manusia menjadi serba tidak puas dan mensyukuri apa yang sudah ia punyai. Manusia seringkali mencari apa yang tidak ia punyai dan tanpa sadar melepaskan apa yang sudah ia raih.

Hidup sebagai suami istri di tempat yang terpisah tentu tidak membuka kesempatan bagi terbukanya kekurangan diri dari keduanya. Tegar yang ternyata masih berkutat di kemalasannya masih tetap saja berangkat tanpa tujuan dari rumah di pagi hari, dan sudah pulang saat hari belum usai untuk bekerja dan terkadang sore sekali menjelang malam.

Entah kemana, yang jelas ia tidak bekerja. Ia tidak menginjakkan kakinya lagi ke kantor PKK, hampir sudah dua bulan terakhir sejak pernikahannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun