Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Menyusuri Elegi Seorang Hamba (Bagian 2)

25 April 2020   17:17 Diperbarui: 25 April 2020   17:35 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi : Pakaian Adat Pernikahan suku Karo (Dokpri)

Kondisi Tegar yang lemah, letih, lesu terus berlanjut. Bahkan sekarang lebih suka mengurung diri di kamar. Bangun pagi saat hari sudah sangat siang. Sering tidak ikut pergi beribadah ke gereja di hari Minggu, dan sepertinya sudah malas bertemu dan berbicara dengan teman-temannya.

"Tegar, kesini kamu, bapak dan mamak mau berbicara" kata ibunya pada suatu malam seusai makan malam.
"Sekarang kami perlu kamu jawab dengan jujur, apa masalahmu? Bukannya mamak dan bapak tidak melihat perubahan dirimu yang semakin lama semakin menjadi pemurung. Apa yang terjadi?" tanya ibunya.

Entah apa yang ada di benak Tegar, dengan sekenanya dia menjawab "Aku mau kawin Mak. Aku mau kawin saja, biar lebih bersemangat menjalani hidup".

Astaga Tegar, semudah itukah kehidupan berjalan dan masalah diselesaikan? Cukup dengan lahir, besar, bekerja dan kemudian kawin? Bukankah orang-orang biasa mengatakan bahwa lahir, kawin, dan mati adalah tiga perkara besar yang menjadi misteri dalam hidup manusia? Oleh karenanya, itu harus disambut dengan prosesi penting, penuh perencanaan dan persiapan.

Sekalipun untuk mati, biasanya orang tidak berencana dengan pasti. Seringkali manusia justru menemui ajalnya pada waktu, tempat dan dengan cara yang tidak pernah direncanakannya. Pikiran Tegar berkecamuk.

"Baiklah, kalau itu yang jadi keputusanmu. Kami pun sebenarnya sudah mereka-reka jangan-jangan perkara kawin yang Kau risaukan, sehingga tidak pernah lagi kami lihat Kau serius melakukan apapun yang menjadi tanggung jawabmu" kata ibu Tegar.
"Hari sabtu ini persiapkan dirimu. Kita akan menyampaikan maksudmu ini kepada calon mertuamu. Rasanya dengan calon istrimu sudah pasti kau telah merencanakan maksud kalian ini dengan sebaik-baiknya" sambung ibu Tegar Lagi.

Maka terkejutlah Tegar. Seperti baru terbangun dari tidurnya, ia setengah tak yakin dengan apa yang baru saja ia dengar dari ibunya dan apa yang telah ia ucapkan tadi di meja makan itu. Belum pernah dengan kekasihnya itu ia merencanakan dengan sungguh-sungguh mengenai rencana pernikahan. Apalagi dengan rencana sesegera ini.

Apalagi dengan calon bapak dan ibu mertuanya. Bertemu pun Tegar baru beberapa kali, itupun tidak pernah lama. Apalagi membahas tentang rencana menikahi anak perempuannya dalam waktu yang segera.

Begitulah hidup. Seperti sekotak coklat, kau tidak pernah bisa memilih dan menentukan apa yang akan kau dapatkan, kata Forrest Gump. Tidak selamanya semua hal dalam hidup berjalan dengan kehendak kita sendiri. Banyak hal yang menyangkut diri kita ikut ditentukan oleh keputusan orang-orang yang hidup bersama kita di dalam kotak kehidupan ini.

Maka perjalanan menemui calon mertua itu terus berlanjut, dengan perencanaan selanjutnya mengenai hari pelaksanaan pemberkatan pernikahan di gereja dan resepsi pesta adat. Bahkan hal-hal sepribadi terkait pernikahan pun akan dilangsungkan di hadapan banyak orang, baik secara agama di gereja maupun secara adat istiadat di balai adat.

Manusia memang sudah menyimpan dan melakukan berbagai hal yang akan tampak aneh bagi sebagian, tetapi tampak menjadi hal yang biasa bagi sebagian lainnya. Seperti mitos tentang tangan kanan sebagai tangan yang baik, sedangkan tangan kiri adalah tangan yang kurang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun