Dimas terdiam, lalu tersenyum. “Kalau itu bikin lo tenang, jalanin aja. Hidup bukan lomba, Ka. Lo
punya waktu lo sendiri.”
Beberapa minggu kemudian, Raka mulai bantu di bengkel Om Dedi.
Tangannya kotor, bajunya bau oli, tapi anehnya — hatinya tenang.
“Ka, bautnya miring tuh. Coba benerin,” kata Om Dedi.
Raka memperbaiki dengan hati-hati.
“Gini, Om?”
“Ya, itu baru bener. Tangan lo terampil. Sayang kalau gak dimanfaatin.”
Kata-kata sederhana itu menancap dalam. Akhirnya, ada yang percaya padanya tanpa syarat.
Malamnya, ia pulang dengan wajah kotor tapi hati lega. Untuk pertama kali, masa depan gak
terasa menakutkan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!