Dulu ia nulis itu dengan semangat. Sekarang, tulisan itu terasa seperti suara kecil dari masa lalu
— mengingatkannya pada impian yang sempat ia tinggalkan.
Mungkin, pikirnya, bukan kuliah yang menakutkan.
Tapi kehilangan dirinya sendiri di tengah harapan orang lain.
Hari kelulusan tiba. Semua orang sibuk berfoto dengan toga dan bunga.
Raka berdiri di pojok halaman, memegang map ijazah sambil memperhatikan tawa temantemannya.
“Ka! Sini foto!” teriak Dimas.
Raka mendekat dan berpose. Setelah itu, Dimas menepuk punggungnya.
“Abis ini hidup beneran dimulai, Ka.”
Raka tersenyum kecil. “Kayaknya gue gak kuliah dulu, Dim. Gue mau bantu bengkel Om Dedi
dulu.”
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!