Ia menatap langit. Bintang-bintang samar di balik lampu jalan.
“Gue takut, Dim,” katanya pelan — padahal Dimas gak ada di sana.
Takut gagal. Takut salah pilih. Takut ngecewain orang tua.
Dan yang paling menakutkan: takut gak punya arah.
Beberapa hari kemudian, Dimas datang ke rumah dengan wajah sumringah.
“Ka! Gue keterima resmi. Bulan depan udah mulai orientasi!”
Raka tersenyum. “Selamat ya, Dim. Lo keren.”
“Lo gimana? Udah daftar di mana?”
Raka menunduk. “Belum, Dim. Gue belum siap.”
Biasanya Dimas bakal ngebanyol. Tapi kali ini, dia cuma diam.
“Belum siap kenapa?”
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!