Sore itu, ibunya datang ke bengkel. Raka sempat panik — takut dimarahi.
Tapi ibunya cuma berdiri di pintu, melihat anaknya bekerja.
“Capek, Ka?” tanya Ibu lembut.
“Sedikit,” jawab Raka, gugup.
Ibu tersenyum. “Kamu kelihatan bahagia.”
Raka menatapnya. “Ibu gak marah aku gak kuliah dulu?”
Ibu menggeleng. “Awalnya iya. Tapi lihat kamu sekarang, ibu ngerti. Ibu cuma mau kamu
bahagia, bukan cuma kelihatan berhasil.”
Kata-kata itu membuat Raka terdiam lama. Ternyata yang ia butuhkan bukan izin, tapi
pengertian.
Beberapa bulan kemudian, Dimas pulang liburan dan ngajak ketemu di taman yang dulu.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!