Wati dalam rupa yang masih pucat lemas mengatakan pada media yang meliput, "Yadi tidak mungkin maling. Lagian jika iya, kenapa juga perlu dibakar seperti ini suami saya? Kenapa tak diserahkan ke kepolisian saja? Suami saya manusia, bukan hewan..."
Berita ini demikian viral, video-video yang tersebar di mana puluhan orang mengeksekusi mati Yadi, dan polisi menetapkan dua tersangka dari video sebagai barang bukti. Salah satunya Teguh, dan entah pasal apa yang mengenainya. Ketika ditanya, dia hanya bilang bahwa ia kerasukan setan hari itu, tanpa rasa penyesalan terlihat di wajahnya.
"Memang berapa harga Ampli?"
"300 ribu."
"Bah, orang mati karena begituan." Ucap salah satu warga yang mendatangi haul akbar di mushala.
Ketika itu Ramli telah kembali dari kepolisian mengambil barang bukti berupa ampli yang dibawa Yadi. Teringat-ingat di kepalanya tadi, Ramli lihat istri Yadi marah-marah di depan polisi karena motor suaminya tidak bisa dikembalikan karena uang tebusannya kurang, Ramli yang kasihan dan merasa bersalah akhirnya diam-diam membayar uang tebusan tersebut ke polisi.
Ramli sesungguhnya sedikit menyesal. Jika saja Ramli tidak berteriak, jika saja ia merelakan semua ini, tak perlu segala petaka ini terjadi pikirnya. Tapi betul benar bahwa tak ada kemalingan lagi terdengar di kampung. Obrolan warung kopi dengan bangga mengatakan tindakan mereka benar efektif mengusir para maling tersebut dari kampung, dan dalam bisik-bisik, Teguh, yang ditangkap kemarin diam-diam sudah dijadikan pahlawan kampung oleh para pemuda. Sedangkan malang nasib Tejo, video dia menendang Yadi begitu jelas memperlihatkan tampangnya dan dia juga turut diseret ke penjara bersama Teguh. Tadi ketika warga berkunjung ke penjara, menangis sejadi-jadinya Tejo, dia bilang baru menendang tiga kali karena telat, tapi tak dihiraukan polisi.
Sekarang Ramli sedang di hadapan ampli bersama tukang yang dipanggil untuk memperbaiki dan sekalian memasangnya, dan tiba-tiba terdengar suara kencang dari sound sistem mesjid, dan tukang itu bilang ke Ramli dengan wajah heran:
"Katanya rusak pak amplinya? Ini gak rusak kok pak?"
Mendengar itu kaki pak Ramli seketika lemas.