"Di mana pelakunya Pak Ramli?!"
"Itu depan, motor Vega R yang ada ampli di belakangnya itu"
"Oke Pakk, kejaar semuaa!!!"
Motor Satria cepernya di gas pol, dan mereka tanpa helm dengan sikap badan menunduk mencoba untuk tidak menghalangi angin segera membalap Pak Ramli dan sekian motor lainnya hingga dekat dengan pelaku. Teguh tanpa ragu, dengan pentungan besinya, berhasil mementung kepala pria tersebut yang terpelanting jatuh jauh di antara aspal.
Tanpa sadar mereka sudah berada di pasar, dan orang-orang mulai berkumpul memperhatikan ada ribut apa di sini. Pak Ramli masih berteriak: "Maliiing, maliing, ini maliing, jangan di lepas!"
Motor-motor berhenti pada jarak yang cukup jauh, dan pria yang jatuh tersebut, yang terlihat kepalanya sudah bopeng mengucur darah seperti air mancur, masih terlihat memiliki tenaga untuk meninggalkan motornya. Awalnya orang-orang ketakutan melihat sosok yang kini tampangnya telah begitu mengerikan oleh luka-luka yang terlihat mematikan, masih bisa bergerak setengah berlari sempoyongan menjauh sampai salah satu pemuda berteriak:
"Kejaaar! Kejaar pelakunya jangan sampe lepas!"
***
Janji Yadi adalah tidak merokok ketika menikah dengan Wati. Wati bilang bapaknya meninggal karena kanker paru-paru, dan kanker adalah vonis mati bagi masyarakat ekonomi kalangan mereka. Ia tidak mau menjanda dan anaknya menjadi yatim, merasai kesusahan yang dialaminya semasa kecil, dan Yadi menjanjikan itu padanya.
Beberapa bulan kemudian setelah menikah ia langgar janji itu ketika dirinya dilanda stress oleh sepinya pekerjaan dan statusnya yang hanya lulusan SMP, lalu bertengkarlah mereka. Yadi kemudian berjanji lagi sembari membuka bisnis servis elektronik, lalu tak lama ia langgar lagi ketika sepi pelanggan dan barang bekas rusak yang dibelinya murah dan diperbaiki tak kunjung laku. Selalu begitu siklusnya selama ini.
Kini Wati telah hamil, dan Yadi sekali lagi telah berjanji, sampai tadi malam ia langgar ketika uang ngurus kelistrikan di orkes yang ternyata tidak bisa langsung turun. Rokok seakan menenangkan syarafnya yang tegang, setiap asap yang memenuhi paru-parunya membuatnya mampu menghela napas menikmati hidup, hidup yang tidak pernah menyayanginya.