"Guh, jangan guh!!"
"Minggir kalian semua, minggir!!"
Bau bensin tercium dan orang-orang mulai melarikan diri ketakutan, beberapa berteriak menyuruh Teguh berhenti, tapi tidak dihiraukan.
"Ampun... ampun..." Ucap Yadi, ia sudah begitu lemas hingga tak mampu lagi memeluk kaki Tejo, wajahnya sudah mulai pucat kehilangan darah.
"Astagfirullah..." Pak Ramli berdoa dari kejauhan sembari memangku Ampli mushala yang baru dilepasnya dari motor Yadi.
Tak lama suara bising Azan Ashar memenuhi pasar, membuat sadar beberapa bahwa ternyata sudah cukup lama pengeroyokan ini terjadi. Suara azan tersebut begitu bising hingga suara-suara warga yang berteriak menghentikan Teguh kalah.
Teguh sendiri sudah tak mampu mendengar suara azan, teriakan manusia, juga hati nuraninya, seperti ketika ia bisa tidur nyenyak di antara bising azan pada subuh hari. Barangkali iblis, setan atau jin benar-benar telah merasuki tubuhnya, menutupi kedua telinganya.
Tak lama telah tumpah ruah bensin di badan Yadi, dan semua orang menjauhi Yadi.
Yadi sudah pasrah saat itu, ia hanya berdoa bahwa segala rasa sakit ini hilang dengan cepat.
Bahwa semuanya berlalu dengan cepat.
Bahwa ia terbangun, dan semua ini hanya mimpi buruk belaka.