Mohon tunggu...
Paris Ohoiwirin
Paris Ohoiwirin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menyelesaikan pendidikan terakhir di sekolah tinggi Filsafat Seminari Pineleng, Sulawesi Utara. Gemar membaca dan menulis tema-tema sastra, sejarah dan filosofis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mimpi Sang Dosen

29 Januari 2023   11:40 Diperbarui: 29 Januari 2023   11:42 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Benar. Kami sangat merindukan sekolah itu kembali.

***

Rizky makin tak percaya, Ia merasa dipermainkan. Setelah "dibuang" ke sebuah pulau terpencil, sekarang ia menghadapi sebuah sekolah yang kosong ditinggal penghuninya. Tapi ia tak bisa melampiaskan kemarahannya kali ini. Pulau Brea sangat terpencil dan terisolir. Kapal merapat ke sana hanya sekali dalam dua bulan. Tidak ada tenaga listrik ataupun sinyal telekomunikasi.

Ia telah memasuki dunia yang sama sekali tak diinginkannya. Tapi ia telah terlanjur basah. Ia harus bertindak. Rizky akhirnya memutuskan untuk menemui kedua kepala desa yang bertikai. Desa Alise adalah kampung pertama yang ia tuju. Dengan langkah tegas ia berjalan menuju rumah sang kepala desa. Ketika menemui sang kepala desa, Rizky langsung menawarkan jasanya. Namun jawaban yang ia dapatkan sungguh di luar dugaan...

"Kami tidak butuh sekolah sekarang ini. Kami bisa hidup mandiri dengan hasil perkebunan dan hasil laut kami. Sekolah hanya memisahkan anak-anak dari orang tuanya, membuat mereka malas bekerja," sang kepala Desa Alise menjawab Rizky dengan nada ketus.

"Tapi, bagaimanapun pendidikan itu perlu. Dengan membaca dan berhitung, anak-anak ini bisa mengadakan kontak dengan dunia luar. Pulau ini masih bisa lebih baik dan lebih maju dari sekarang ini!" Rizky mencoba untuk membujuk sang kepada desa.

"Lebih baik kau pergi saja. Kehadiran orang asing sepertimu malah akan membuat perseteruan masyarakat kami semakin parah." 

Jawaban kepala desa Alise yang tak ramah membuat Rizky patah semangat. Ia tak menyangka bahwa sang kepala desa tidak memiliki pandangan yang luas dan bijak mengenai pendidikan. Bagaimanapun ia masih berharap untuk dapat membujuk kepala desa yang lain, kepala desa Belise.

Dari rumah sang kepala desa Alise, ia bergerak menuju rumah kepala desa Belise. Sesampainya di sana, ia langsung menemui sang kepala desa yang sementara duduk santai di beranda rumahnya siang itu. Tanpa membuang waktu lagi, Rizky mengutarakan maksudnya, dengan peratama-tama membujuk sang kepala desa untuk berdamai dengan desa tetangganya.

"Sampai kapan pun kami tidak akan berdamai dengan mereka! Sampai mereka sendiri datang bersujud di sini!" ujar kepala desa Belise dengan nada kemarahan.

"Bagaimana dengan sekolah? Pendidikan di desa ini tidak bisa berjalan tanpa persatuan!" kata Rizky, masih berusaha untuk membujuk sang pemimpin desa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun