"Itu benar Rizky, masalahnya kita membutuhkan dana besar untuk membeli satu set generator."
"Jangan khawatir. Kita tidak membutuhkan generator. Kau ingat tentang baterai pertama buatan Volta?"
 Sang profesor menyernyitkan dahi, "apa maksudmu?"
"Alesandro Volta menggunakan tumpukan berselang-seling antara logam seng dan tembaga, di mana di antara susunan itu, ia  menyisipkan semacam kapas yang diberi larutan asam. Dengan cara itu, ia berhasil menghasilkan listrik secara konstan untuk pertama kali. Aku yakin, hanya dengan sedikit modifikasi kita bisa mendapatkan baterai untuk menerangi desa ini. Kini kita bisa mengganti cairan asam itu dengan air laut. Tentu saja kita membutuhkan wadah dan sistem lebih besar."
"Tapi apakah itu cukup untuk menerangi seluruh desa?"
Pertanyaan sang profesor membuat Rizky tersenyum lebar sambil menggelengkan kepala.
"Tidak. Saya sedang berpikir untuk menerangi tempat-tempat umum seperti balai desa dan alun-alun. Jika ini berhasil, maka proyek ini bisa juga diterapkan di setiap rumah secara mandiri."
Sang profesor mengangguk seolah paham benar dengan apa yang dikatakan Rizky. Untuk kesekian kalinya, Rizky kembali memesan perlengkapan dari ibukota. Kali ini untuk proyek kelistrikannya itu. Dengan kesabaran dan kepiawaiannya, ia berhasil membangun semacam keramba yang mengapung di laut, tak jauh dari pantai, namun tak terlalu terpengaruh oleh pasang surut air laut. Di dalam keramba itu, ia mencelupkan puluhan elemen logam yang terdiri dari seng dan tembaga. Listrik yang dihasilkan akan disimpan. Perangkat sederhana ini telah menghasilkan listrik yang cukup untuk menerangi lampu LED di lapangan desa dan balai desa. Masyarakat bersukacita dan berbahagia atas penerangan ini.
Sejak saat itu, alun-alun menjadi lebih ramai dengan berbagai kegiatan seperti pembelajaran di malam hari, rekreasi, bahkan pertandingan olahraga pada malam hari. Cahaya telah bersinar di tengah-tengah pulau Brea.
Kini pulau Brea telah siap berkembang menjadi masyarakat yang maju. Sejak serangkaian program dan kegiatan kedua pendidik ini dilaksanakan dengan sabar, saat itu pula anak-anak warga mulai mengetahui tentang dunia luar dan tidak kaku dalam interaksi dengan para pendatang. Mereka mampu menjual hasil tani maupun hasil hasil laut mereka kepada para pedagang yang datang ke pulau itu secara lebih cermat dan bijak. Warga pun mulai mengenal perdagangan. Beberapa anak ikut disekolahkan lanjut ke luar daerah.
***