Rizky makin teduh mendengar penuturan lelaki yang baru dikenalinya itu. Mata hatinya mulai terbuka. Ia merasakan suatu empati yang mendalam.
"Apakah anda sudah menyerah? Ataukah ada rencana baru yang hendak kau laksanakan?" tanya Rizky lagi.
      "Aku hampir saja putus asa dan ingin pulang. Tetapi kedatangamu membawa suatu harapan. Mungkin kita bisa menghidupkan sekolah ini kembali," kata sang profesor sambil menatap penuh harapan kepada Rizky.
Untuk beberapa saat Rizky berpikir keras. Ternyata dia tidak sendiri. Ada orang lain yang seperti dirinya, seorang akademisi yang berjuang di tengah-tengah masyarakat demi memajukan taraf hidup mereka.
"Aku terima tantangan ini!" kata Rizky mantap. Akhirnya ia melepaskan rasa curiganya sambil tersenyum serta menjabat erat tangan lelaki yang mendaku sebagai profesor itu.
***
Satu minggu berlalu sejak pertemuan itu dan mereka mulai bergerak. Tetapi apa yang mereka rencanakan tak semudah kenyataannya.
Tidak ada orang lain yang mau membantu mereka untuk mendirikan kembali gedung sekolah yang telah reot itu. Beberapa orang bahkan melempari dan mengejek mereka. Namun mereka akhirnya bisa menyelesaikan bangunan itu juga meski pekerjaan mereka berlangsung sulit.
Setelah bangunan sekolah selesai, ternyata tidak dengan sendirinya mereka mendapatkan murid. Walaupun mereka telah berjuang mengajak warga untuk belajar lagi, tidak ada tanggapan yang serius. Apalagi akibat perseteruan yang terjadi antara dua kampung yang ada, setiap orang saling mencurigai yang lain.
"Aku menyerah profesor. Kita pulang saja. Tidak ada yang bisa kita harapkan dari semua ini! Mereka tidak pernah menganggap kita ada. Kita tidak akan pernah bisa mengajarkan apa-apa lagi kepada mereka," kata Rizky ketus.
"Kau telah menyerah setelah kita mulai mengatasi kesulitan-kesulitan besar dalam membangun gedung sekolah itu? Sungguh suatu kesia-siaan. Jangan patah semangat. Setiap pengorbanan ada nilainya." Perkataan itu membuat Rizky terhenyak. Perkataan itu baru saja menyadarkan Rizky betapa sudah sedemikian jauh mereka melangkah dan berkorban untuk tanah itu. Jika mereka mundur, mereka mengkhianati usaha keras mereka sendiri selama ini.