"Oh, Rizky, silahkan duduk. Ada perlu apa kau ke mari?"
"Begini Pak Kadir, saya ke sini untuk melamar pekerjaan sebagai seorang dosen sosiologi. Pak Rektor memberikan ini kepada Pak Kadir."
Rizky menyerahkan amplop yang dimaksud. Pak Kadir segera membuka dan membaca isinya. Rizky bertanya-tanya dalam batinnya. Apakah lazim bahwa prosedur penerimaan pegawai dosen harus melalui sebuah departemen penelitian. Apanya yang harus diteliti?
"Begini," suara Pak Kadir menghentak Rizky. "Sang rektor bersedia menerimamu menjadi dosen utama di fakultas Sosiologi." Sebuah senyuman merekah di ujung bibir Rizky.
"Hanya saja," perkataan Pak Kadir kembali tertahan. Wajah sumringah Rizky kembali meredup dalam kecemasan.
"Hanya saja kau ditugaskan mengajar selama lima tahun di sebuah Sekolah Dasar di pulau Brea."
Rizky hampir tak memercayai pendengarannya.
"Apa? Mengajar di pulau terpencil? Di sebuah Sekolah Dasar pula?" keluh Rizky dengan kencang.
"Anda menolak persyaratan ini?" tanya Pak Kadir santai, sambil tersenyum tipis.
"Aku harus kembali menemui rektor! Pasti dia salah memberi rekomendasi!" tukas Rizky sengit.
Rizky bergerak cepat ke ruang rektor tanpa mengucapakan permisi pada Pak Kadir. Ia hampir saja tak mendapati pemimpin Universitas Prapanca itu kalau terlambat sedikit saja. Sang rektor baru saja hendak mengunci pintu ruangannya ketika Rizky tiba.