Mohon tunggu...
muhalbirsaggr
muhalbirsaggr Mohon Tunggu... Guru sekaligus Operator/telah menulis Buku Antologi Jejak Pena dan Lukisan Rasa

Saat ini giat Menulis/orangnya pendiam-pekerja keras/konten favorit aku adalah Karya Fiksi/Non Fiksi, Inovasi pendidikan, Puisi serta perjalanan wisata

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kecewa Bercampur Kesal - Jalan Buntu Hati Pasrah

12 Agustus 2025   09:16 Diperbarui: 12 Agustus 2025   09:16 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hati Pasrah - Semua Jalan sudah ditempuh  (M.2025)

Kecewa Bercampur Kesal -- Jalan Buntu, Hati Pasrah
Karya: Muhalbir

Kupikul beban bak gunung yang retak di puncaknya
Menelusuri lorong demi lorong mencari cahaya
Namun setiap pintu menjelma dinding yang menutup rapatnya
Meninggalkan langkahku dalam sunyi yang membekap maya

Kuketuk hati manusia dengan palu harap
Menyusuri lembah janji dan telaga tutur
Namun semua gema hanya berakhir hambar dan hambar
Seakan rintihku hanyalah angin yang tak perlu diatur

Kutukar siang dan malam demi secercah jawab
Menyulam doa di sela letih dan debu
Namun di hadapan, jalan lurus menjadi kelok gelap
Seolah takdir sedang mengujiku tanpa ragu

Hari berlari, jatuh tempo menjadi bayang yang menempel
Masalah ini ibarat laut menutup semua pantai
Ku berenang, ku dayung, namun ombak tetap menempel
Menarikku kembali ke pusaran yang tak pernah selesai

Kesal ini seperti bara di langit senja
Menghanguskan kabut yang dulu kusebut sabar
Namun di sela abu, ada bisikan-Nya
Bahwa ujung gelap tetap punya fajar

Aku kecewa pada tangan yang cepat tertarik
Saat kupinta genggam di tepi jurang
Namun aku sadar, manusia hanyalah pengantar titip
Tak bisa memutuskan takdir yang sedang datang

Kukumpulkan sisa jiwa yang hampir tercerai
Menautkannya pada janji yang tak pernah ingkar
Meski jalan buntu menatapku tanpa celah terurai
Kehendak Allah adalah jalan yang sebenar

Maka kututup mata, kubiarkan Dia yang menuntun
Menembus rimba kebuntuan yang kuanggap abadi
Sebab di balik kecewa yang menikam dan membakar daun
Ada hujan rahmat yang siap memadamkan perih ini

Kini aku tak lagi bertanya pada arah
Kubiarkan langkahku diatur tangan-Nya
Sebab aku tahu, meski kisah ini tak mudah
Allah takkan meninggalkan hamba-Nya selamanya

Makassar, 12 Agustus 2025

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun