Yang diajak bicara menghentikan kegiatan makan siangnya, lalu berdiri dan berjalan meninggalkan Yuna yang sedang terpaku di tempatnya.
Semua siswa berbisik-bisik, berani-beraninya siswa kelas sebelas menghentikan kegiatan makan orang yang sangat disegani di sekolah.
Kedua sabahatnya mendekat, Haera mendekatkan wajahnya lalu berbisik tepat di telinganya.
"Yuna, kakak itu yang tidak sengaja ku senggol di lorong kelas."
Yuna membolakan matanya, ia kaget bukan main mengetahui kakak kelas yang diajak bicara beberapa menit lalu adalah orang yang sama dengan yang mengamuk kepada sahabatnya di lorong kelas karena tidak sengaja menyenggol lengannya.
"Yang seperti itu harusnya diberi tahu." Ucap Yuna kesal.
Semua orang yang ada di kantin kembali riuh setelah hening beberapa menit melihat interaksi adik kelas dengan penguasa sekolah.
Yuna lalu duduk dan langsung menyantap makan siangnya dengan perasaan kesal karena perkataannya tidak digubris oleh sang kakak kelas. Kakak kelas dengan perawakan yang tinggi, hidung mancung dan kulit putih. Pernah sekali ia melihat kakak kelasnya itu memarkirkan motor di parkiran sekolah.
Di sekolah ini jarang sekali para siswa membawa kendaraannya sendiri ke sekolah, kadang mereka diantar atau menaiki kendaraan umum seperti bus.
Setelah jam sekolah selesai, Yuna dan kedua sahabatnya langsung bergegas menuju tempat bimbel. Sebenarnya Yuna masih bisa belajar seorang diri di rumah. Namun, sang Ayah menuntut Yuna untuk menjadi anak yang pintar dan bisa menjadi siswa yang berada di posisi pertama.
Mereka sedang duduk di bangku masing-masing untuk menerima materi. Namun, bau makanan khas Korea menyeruak memenuhi ruangan. Menyapa setiap hidung yang berada di ruangan itu.