Keesokan harinya Yuna bersiap diri untuk pergi sekolah. Ia menatap pantulan dirinya dari cermin, memastikan bahwa penampilan dirinya sudah rapih dengan jas almamater berwarna merah marun yang membalut tubuhnya dan rok di atas lutut serta rambut sebahu yang terurai bebas.
Gadis itu berjalan menuju halte bus dekat apartemennya. Sudah banyak siswa dan pekerja yang menunggu bus di sana. Setelah beberapa saat, bus berwarna biru pun tiba. Ia langsung menaiki bus itu dan duduk di kursi dekat jendela.
Sekarang zaman sudah canggih, membayar bus pun sudah memakai kartu yang diisi saldo. Ia turun dari bus dan berjalan menuju gedung sekolahnya. Gerbang sekolah dengan gedung sekolahnya terbilang cukup jauh. Sebelum sampai di gedung sekolah, Yuna melewati taman yang sering digunakan para siswa untuk membaca buku atau sekedar bersantai.
SMA Golden, salah satu SMA favorit di kota Mawar. Salah satu sekolah yang memiliki banyak murid berprestasi di bidang akademik maupun non-akademik. Yuna, salah satu murid kedua terpintar di angkatannya.Â
Yuna berjalan menuju gedung sekolah. Menaiki satu persatu anak tangga menuju ruang kelasnya. Hanya terdapat dua puluh lima murid dalam satu kelas. Ia duduk di barisan kedua dan bangku ketiga.
Yuna membuka bukunya lalu menulis beberapa kalimat di sana. Ia akan memasukkan kembali alat tulisnya. Namun, dari arah belakang ada dua orang siswa yang sedang kejar-kejaran menyenggol lengannya, menyebabkan pulpennya menggelinding di lantai.
Saat ingin mengambilnya, ada tangan lain yang terlebih dulu mengambil pulpennya. Ia megangkat wajahnya. Gadis cantik dengan rambut hitam panjang serta senyum hangatnya yang mengambil pulpennya, Haera. Sahabatnya.
Haera menghampiri Yuna dan menyodorkan pulpen itu kepadanya. Ia pun langsung mengambil pulpennya, tiba-tiba ada suara yang mengejutkan mereka.
"Haera, Yuna yuhuuuuu." Teriak gadis berambut pendek dari ambang pintu.
"Berisik." Jawab Yuna.
Gadis berambut pendek itu mengerucutkan bibirnya. Kesal dengan jawaban Yuna. Ia lalu duduk tepat di depan Yuna.