Mohon tunggu...
Maureen Assyifa Agnimaya
Maureen Assyifa Agnimaya Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Saya seorang pelajar di salah satu SMA negeri di Bandung. Sebenarnya cita-cita saya adalah menjadi seorang fashion designer karena saya suka sekali menggambar. Saya juga suka menulis cerpen, dan beberapa kali pernah menjadi juara menulis cerpen di berbagai lomba. Di media ini, saya akan menitipkan cerpen-cerpen yang pernah saya ikut sertakan dalam lomba menulis. Semoga menjadi inspirasi buat siapapun yang mencari referensi menulis cerita yang sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Purple Code

4 Mei 2023   09:12 Diperbarui: 4 Mei 2023   09:27 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Sret... sreet... tililiiitttt...!" berkali-kali Daffa menyentuh layar hologram di depannnya. Tapi tak ada hal yang bisa menyingkirkan kebosanannya. Berita yang muncul dari ae-tube (aplikasi yang berisi video dan musik -red) masih seputaran kabar menghilangnya Princess Sharon.

"Niiit...niit...!" Daffa menekan tombol pada jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Es teh manis, gulanya dua sendok, esnya jangan terlalu banyak!" perintah Daffa melalui sebuah microphone kecil yang menyatu dengan layar jam tangannya. Tak lama, terdengar suara pintu bergeser diikuti suara berisik.

"Es...es teh manissss... gula dua sendok... es jangan banyak...!"  suara berisik itu sahut menyahut dengan suara musik yang terdengar tak beraturan.

"Stop!" perintah Daffa lagi setengah berteriak di dekat jam tangannya. Lalu tiba-tiba suara berisik itu berhenti.

"Haah...aku harus memperbaiki lagi robot sialan ini!" sungut Daffa kesal sambil mendekat ke sebuah robot yang tingginya tak lebih dari pinggangnya. Robot itu membawa sebuah nampan yang berisi es teh manis pesanan Daffa.

"Sruuttt...!" Daffa menyeruput es teh manis sampai nyaris tak bersisa. Terasa tenggorokannya menjadi lebih segar. Daffa kembali menyalakan layar hologram melalui tombol yang ada di jam tangannya. Kemudian jarinya menyentuh salah satu aplikasi yang tertera dalam layar itu. Seharian ini, sudah 20 film yang dia tonton tapi Daffa masih bosan. Kamar tidurnya yang berukuran 4x4, nampak dingin. Dindingnya berwarna pualam semakin menambah kesan dingin dari kamar itu, padahal lampu LED yang tertanam di langit-langit kamar menyala begitu terang.

"Elu gak silau pake lampu kamar seterang ini?" protes Cody sewaktu dia main ke rumahnya. Cody terheran-heran dengan pilihan Daffa akan lampu di kamarnya. Daffa hanya tersenyum menanggapi protes Cody.

Entahlah, Daffa juga tak tahu alasannya kenapa dia begitu menyukai terang. Kata Ibu, dari sejak bayi Daffa selalu menjerit ketakutan kalau ruangan di dalam rumahnya gelap. Bahkan berkali-kali Daffa kecil seketika meronta dan menjerit saat gerbong Hyperloop (sebuah kereta berkecapatan tinggi -red) atau flying car yang ditumpanginya masuk kedalam terowongan. Sampai sekarang ketakutan ini masih Daffa rasakan, meski mau tidak mau, dia harus menekan rasa takut itu saat dia berada diluar rumah.

Daffa ingat, waktu pertama kali dia mengikuti praktek robotech di sekolahnya. Pak Royan guru robotech, tiba-tiba mematikan lampu laboratorium pada saat menerangkan materi yang ada dalam infocus. Sekonyong-konyong Daffa menjerit tanpa dia sadari. Tentu saja seisi kelas heran dan kesal melihat tingkah Daffa. Dan karena hal itu, teman-temannya menganggap dia aneh dan tidak ada dari mereka yang mau berteman dengannya. Untungnya masih ada Cody, satu-satunya teman di kelasnya yang masih mau bermain dengannya meski terkadang Cody pun suka tercengang melihat keajaiban Daffa.

"... kabar terakhir yang berhasil kami himpun dari saksi mata yang melihat Princess Sharon, ada sebuah flying car berwarna hitam keluar dari mansion dimana Princess Sharon tinggal..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun