Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tiow Pu Chi, Papa

20 April 2020   06:00 Diperbarui: 20 April 2020   06:10 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Pagi, Bu Manda. Barusan kita lagi ngobrolin rencana keranjang solidaritas buat bulan mulia."

Kebohongan besar, pikir si pemilik toko sarkastik. Senyum simpul merekah di wajah cantik Bunda Manda. Dengan anggun, ia memasuki toko dan mulai memilih barang.

Seorang ibu berdaster bunga-bunga mencolek bahu Bunda Manda. Mengatakan jika ketua RW akan menghentikan bantuan keranjang solidaritas. Bunda Manda menoleh bingung. Gerakan tangannya memilih telur yang kondisinya masih bagus terhenti.

"Soalnya Bu Manda dikategorikan mampu. Lah itu, suaminya aja punya BMW." Si ibu berdaster motif bunga menutup paparannya.

Ayah Calvin dapat menangkap percakapan itu dari tempatnya bersembunyi. Hati pria mana yang tak melonjak girang jika diakui sebagai suami dari wanitanya? Kesenangan Ayah Calvin memudar sirna saat Bunda Manda menimpali.

"Oh, dia bukan suami saya. Suami saya sudah meninggal."

Sedetik. Tiga detik. Lima detik. Puluhan palu godam menghantam dada Ayah Calvin. Tiap kata yang terucap dari lisan istrinya meruntuhkan segala bahagia dan rasa percaya diri. 

Bunda Manda masih menganggapnya tiada. So, apa maksud ciuman yang berbalas, air mata, selimut, dan belaian di rambut? Tubuh pria itu lunglai. Tersandar di tembok belakang toko.

"Trus dia siapa? Kok tinggal di rumah Bu Manda?" selidik ibu lainnya.

Bunda Manda hanya angkat bahu. Terlalu panjang untuk diceritakan. Kalaupun ia memutuskan untuk berbelah rasa, ibu-ibu penggosip ini bukanlah rekomendasi yang tepat. Jewelry sibling lebih lumayan tenimbang para penggosip berlidah panjang.

Semua belanjaan telah bertukar dengan uang. Bunda Manda segera pamit. Berjalan secepat dia bisa menuju rumah. Tak ingin membuat Silvi menunggu kelewat lama. Tas-tas kresek berisi terigu, gula, minyak goreng, mentega, dan margarin berayun liar di lengannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun