Kemarin 29 Februari 2024, hampir merata di seluruh wilayah Indonesia turun hujan. Bahkan di beberapa ruas jalan di Jakarta sudah muncul genangan air.
Hujan turun dari pagi dan terus berlangsung sepanjang hari. Menurut penanggalan Tiongkok kuno yang saat itu masih banyak penduduknya yang bertani, sehingga sangat tergantung pada alam. Hari ke 20 setelah Imlek dikenal sebagai Pu Thien Chon, Tian Chuan Ri, atau hari Tambal Langit.
Berdasar legenda, para petani berkeluh kesah karena hujan turun hampir tanpa henti. Ternyata langit sedang terjadi kebocoran.
Untung Dewi Nuwa segera terbang untuk menambal langit yang bocor. Dengan menggunakan batu lima warna, sehingga hujan berhenti dan umat manusia terhindar dari banjir.
Peristiwa ini dirayakan oleh para petani dengan harapan pertanian akan bertambah baik dan manusia dapat hidup sehat dan bahagia.
Pada era dinasti Sung, perayaan ini agak meredup. Namun terkenal kembali pada era dinasti Ming dan Qing.
Perayaan Hari Tambal Langit ini kebanyakan masih dirayakan di kalangan suku Hakka. Sekarang banyak berdomisili di Taiwan dan Singkawang, Kalimantan Barat.
Saat merayakan, mereka membuat kue lima warna dari bahan ketan yang lengket, sebagai simbol batu lima warna.
Salah satu kue yang digoreng adalah kue keranjang. Yang hampir selalu ada saat perayaan Imlek. Setelah digoreng, lalu kue ini ditempelkan di atap rumah, atau menusukkan jarum pada kue keranjang yang telah digoreng, sebagai simbol