Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tiow Pu Chi, Papa

20 April 2020   06:00 Diperbarui: 20 April 2020   06:10 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tubuh Ayah Calvin merosot ke aspal. Matanya setengah terpejam. Telah sia-siakah ia berusaha selama ini? Well, belum bisa dikatakan usaha yang panjang. Belum juga sebulan ia memulai lembaran baru.

Lembaran baru? Entah tinta warna apa yang diteteskan Bunda Manda ke lembaran satu ini. Yang jelas, hati Ayah Calvin kelam luar biasa.

Ayah Calvin berontak. Dia sedih dan marah. Bunda Manda bermain tarik ulur perasaan.

Mengapa dirinya tak dianggap?

Mengapa mata hati Bunda Manda belum terbuka?

Belum cukupkah semua yang dia lakukan selama beberapa minggu terakhir untuk menebus momen yang hilang?

Rentetan pertanyaan bagai melecehkan Ayah Calvin. Masih terlalu banyak momen yang mesti ditebusnya. Tak dinyana, pecah hatinya saat Bunda Manda meniupkan desas-desus bila sang suami telah berpulang.

Tidak. Ayah Calvin belum pergi. Dia masih di sini. Separah itukah kesalahan yang telah dia perbuat? Apakah mengabaikan anak dan istri selama tujuh tahun benar-benar tak termaafkan? Terlalu, mungkin kata yang lekat dengan salah satu pedangdut senior itu yang pantas disematkan padanya.

Semula Ayah Calvin senang. Senang lantaran istrinya takkan lagi mendapatkan bantuan keranjang solidaritas. Itu berarti, dia punya peluang besar untuk memenuhi kewajibannya sebagai suami yang baik. Nafkah Silvi dan Bunda Manda berada dalam list tanggung jawabnya.

Tapi...

Kesenangan itu memudar seiring kebohongan Bunda Manda. Suaminya telah meninggal dunia. Hoax, tidak benar, berita palsu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun