Mohon tunggu...
Kiki RizkiDwitami
Kiki RizkiDwitami Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa

Bersekolah di SMAN 1 PADALARANG

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rumah untuk Mazaya

22 Februari 2021   07:59 Diperbarui: 22 Februari 2021   08:03 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Namun, mendapati pertanyaan tentang bagaimana jika yang sarat akan keputus asaan dan begitu menusuk kedalam relung hatinya membuat Ia bertanya-tanya kembali mengenai kemungkinan kecil yang Ia perjuangkan.

Ketika karamelnya mendapati jelaga hitam yang biasanya menyorot dengan tajam namun penuh kehangatan itu kini berganti menjadi sorot kosong yang berteriak mengenai rasa muak, lelah, putus asa juga rasa ingin bebas yang terbelenggu, hati kecilnya bertanya apa berjuang memang pilihan yang benar?

Apa yang tengah Ia perjuangkan berharap untuk diperjuangkan?

Atau lebih jelasnya, Apa Nazelo memang berharap untuk terus berjuang meski diambang kesakitannya?

Karena jujur saja sorot kosong itu begitu mengusik pikirannya dan berakhir membuat Ia tidak fokus dalam melakukan segala hal; memakai krim pembersih muka sebagai pasta gigi saat sikat gigi, menyimpan gawai di dalam lemari pendingin, memakai sabun cair untuk rambut yang mana seharusnya menggunakan shampoo, membuang roti dan memakan bungkusnya, dan masih banyak lagi.

Dan sekarang, saat dimana jelaga malam itu kembali menatapnya dengan sorot yang akhir-akhir ini selalu hadir disana itu membuat dirinya kembali mengalami peperangan batin. Dan peperangan batin itu semakin bertambah begitu ranum pucat milik si jelaga malam itu kembali melontarkan pertanyaan yang merenggut kewarasannya.

"Mati itu sakit nggak, ya?"

Mazaya tidak bisa untuk tidak merasa sakit ketika pertanyaan itu menjadi pukulan telak pada ulu hatinya. Bariton yang lirih itu bak belati yang menikam jantungnya tanpa tedeng aling-aling. Membuatnya hanya bisa menatap sendu pada pemilik jelaga malam itu.

"Kenapa nanya gitu?"

"Penasaran aja. Emangnya Lo nggak kepo? 'Kan kalo Kita tahu, Kita bisa nyiapin diri biar nggak kaget banget. Kan nggak lucu pas Malaikat Pencabut Nyawa datang Kitanya lagi bengek soalnya kaget."

Gadis ayu itu tahu bahwa lawan bicaranya ini tengah melemparkan candaan, namun Ia juga mengerti dengan pasti maksud tersembunyi dibalik candaannya itu. Gue harus nyiapin diri, Mazaya. Kematian bisa datang kapan aja ke Gue.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun