Mohon tunggu...
Kiki RizkiDwitami
Kiki RizkiDwitami Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa

Bersekolah di SMAN 1 PADALARANG

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rumah untuk Mazaya

22 Februari 2021   07:59 Diperbarui: 22 Februari 2021   08:03 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Juga keadaan dimana membuat ruang lingkupnya hanya berputar disekitar rumah, sekolah dan rumah sakit.

Dan kemarin, tepatnya pada dini hari ia harus kembali merasakan serangan rasa sakit pada jantungnya sehingga ia dilarikan ke rumah sakit dan langsung ditangani oleh Dokter Andi- Dokter yang sudah menanganinya dari dulu. Dokter yang sudah ia anggap sebagai kakak sendiri.

Nazelo tidak bisa berhenti bersyukur begitu ia kembali membuka mata dipagi harinya. Penyakit yang dideritanya bisa membuat dirinya bertemu dengan Tuhan kapan saja. Namun ia tidak merasa putus asa, ia tidak menyerah, ia terus memperjuangkan kehidupannya meski ia hanya memiliki persentase hidup yang sangat rendah, ia yakin tulisan tangan Tuhan itu indah dan ia hanya perlu menikmatinya.

Namun ketika di malam harinya ia melihat perawat memasuki ruang rawatnya sembari mendorong bangsal yang berisikan seorang gadis pucat pasi yang tengah tak sadarkan diri dengan penyebab percobaan bunuh diri membuat dirinya merasa dihantam batu besar. semesta selalu bercanda, ironisnya ketika ia berusaha memperjuangkan kehidupannya yang harus dibantu dengan alat-alat yang begitu memuakan itu, ia harus dihadapkan dengan seseorang yang menyia-nyiakan kehidupannya tanpa berpikir panjang. Dan fakta lain yang menamparnya adalah pelaku percobaan bunuh diri itu adalah sosok yang tidak ingin ia temui lagi. Sosok yang pernah ia bantu untuk bangun.

"Lo mau denger dongeng?" Nazelo menawarkan dongeng dengan cuma-cuma yang ditanggapi cibiran oleh Mazaya.

"Jadi Lo mau nyeramahin Gue dengan kedok dongeng?"

"Gue Cuma butuh teman cerita, dan siapa tau Lo butuh dongeng pengantar tidur buat ngusir pikiran suicide yang ada di otak Lo."

"Hm, not bad. Call!" Mazaya mengangguk menyetujui meski tidak terdengar begitu yakin namun ia merasa tidak ada salahnya mencoba mendengarkan sebuah dongeng yang Ia yakini pasti bagian terberat dikehidupan lelaki yang pernah menasehatinya mengenai kehidupan tempo hari.

"Gue dulu punya temen, cewek. Dia konyol, idiot, tingkahnya kaya orang yang otaknya ilang setengah." baritone itu mengalun dengan merdu, melontarkan pembuka dongeng yang tak pernah ia ceritakan kepada siapapun.

"Gue tebak, Lo jatuh cinta sama temen Lo itu."

Mendengar tebakan Mazaya membuat Nazelo terbahak dengan miris, "Gue terlalu sibuk buat jatuh cinta Mazaya. Kehidupan Gue udah diujung tanduk, Gue bisa dipanggil Tuhan kapan aja."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun