Mohon tunggu...
Kiki RizkiDwitami
Kiki RizkiDwitami Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa

Bersekolah di SMAN 1 PADALARANG

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rumah untuk Mazaya

22 Februari 2021   07:59 Diperbarui: 22 Februari 2021   08:03 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Mengingat hal itu membuat Mazaya merasakan panas pada netranya. Ia berusaha dengan keras agar liquid bening itu tidak jatuh dari Karamelnya.

"Nana capek?" Mazaya bertanya dengan lirih, membuat jelaga malam yang tadinya menyorot jenaka kini berubah menjadi sorot kosong yang berteriak meminta tolong. Meminta untuk dibebaskan dari belenggu harapan dan perjuangan.

"Banget." baritone itu bergetar. Memperlihatkan bagaimana lelah dan hancurnya pria itu diwaktu bersamaan.

Ranum pucat itu kembali terbuka untuk melanjutkan ucapannya, "Tapi Nana nggak boleh berhenti, 'kan? Nana masih punya harapan walaupun kecil, Nana masih harus nemenin Yaya disaat Yaya jatuh. Nana masih punya janji buat gelar tikar di Burj Khalifa."

Dan dengan itu Mazaya menarik Nazelo kedalam pelukannya. Rembulan menjadi saksi kedua insan itu saling mengungkapkan rasa frustrasinya dalam dekapan hangat juga isak tangis dan raungan pilu.

.

Jantungnya tidak bisa untuk berdetak dengan normal ketika dirinya baru saja dihadapakan dengan kejadian yang mengejutkan. Kejadian dimana Nazelo kembali kambuh dengan kedua lengan mencengkram dadanya sendiri dengan erat sembari bergumam sesak dengan lirih. Rasanya seperti dikejar-kejar crank, berhadapan dengan Voldemort, terjebak didalam Padang Rumput yang tidak berujung, dan masih banyak lagi. Air mata berlomba-lomba menuruni pipi tembamnya saat yang bisa Ia lakukan hanyalah menunggu kedatangan Dokter setelah menekan tombol darurat yang ada didinding atas bangsal Nazelo.

"S-sakithh..." rintih Nazelo lirih masih mencengkram erat dadanya.

"Nana yang kuat. Jangan tidur Nana!" Teriak Mazaya begitu Nazelo hampir kehilangan kesadarannya. Tangan kirinya bergerak memukul-mukul ringan pipi tirus milik Nazelo, berusaha mempertahankan pundi-pundi kesadaran pria pemilik jelaga malam itu.

"Ya-ya, akh sesakh...hhh."

Sayup-sayup rungu Mazaya menangkap suara langkah yang tergesa-gesa bergerak mendekati ruangan yang kini tengah ditempati oleh Mereka berdua. Dalam isak tangisnya, Mazaya berusaha mengulas senyum sembari mendongakan kepala Nazelo untuk menatap kearahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun