Mohon tunggu...
Kiki RizkiDwitami
Kiki RizkiDwitami Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa

Bersekolah di SMAN 1 PADALARANG

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rumah untuk Mazaya

22 Februari 2021   07:59 Diperbarui: 22 Februari 2021   08:03 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Meski dilontarkan dengan begitu ringan, Mazaya dapat menangkap nada penuh kesedihan yang dipadukan dengan rasa pasrah yang terdengar menyayat hati. "Okey, maaf. Lanjutin ceritanya." pinta Mazaya berusaha mengalihkan pembicaraan yang disetujui Nazelo dengan senang hati.

"Dia itu cewek teriang yang pernah gue temui. Hidupnya seakan-akan cuma numpang nafas sama ketawa. Tapi faktanya, Gue terlalu bego buat ngertiin Dia."

"Gue terlalu bodoh buat nangkap sinyal minta tolong yang selalu dia lemparin dan berakhir dengan Gue harus kehilangan Dia."

"Dia pergi ninggalin Gue seudah nyemangetin Gue yang baru sadar dari keadaan kritis. Dia ninggalin Gue buat ngelepasin bebannya yang mana bikin luka baru didiri Gue. Luka besar yang nggak pernah kering."

"Yang bisa Gue lakuin Cuma nangis dan nyesel. Tapi Dia nggak pernah kembali. Nggak walaupun Gue nangis kesetanan waktu liat badannya yang penuh darah ditutupin sama kain putih di parkiran gedung Rumah Sakit. Nggak juga waktu Gue ngamuk dipemakaman Dia yang mana bikin Gue jatuh kritis dan nggak sadarin diri selama hamper dua minggu. Dia bener-bener nggak kembali."

Jelaga hitam itu mengalirkan liquid bening meski sang empunya tengah bercerita dengan senyuman. Membuat Mazaya merasa tenggelam dipilu yang tak berujung meski posisinya hanyalah pendengar setia.

Masih dengan menatap wajah pria yang tak kunjung menghentikan tangisnya itu Mazaya bertanya, "Temen Lo kecelakaan?"

Pria itu terkekeh kecil sebelum akhirnya menatap balik karamel Mazaya dengan pasti, "Nggak, Dia milih suicide dengan loncat dari atap gedung rumah Sakit seabis nengokin Gue."

Nafas Mazaya tercekat, netranya tak bisa untuk tidak bergetar ketika jelaga hitam itu menatapnya dengan dalam. Menariknya untuk tenggelam lebih jauh lagi untuk menelusuri semua kesenduan dibalik langit malamnya itu.

"Dia berpikir bunuh diri adalah jalan yang bisa buat semua rasa sakitnya menghilang. Tapi-"

"-nggak ada yang baik-baik aja seudah dia pergi. Nggak dengan Gue terus-terusan merasa menyesal karena nggak bisa jadi sahabat yang baik, nggak dengan Keluarganya yang ngerasa gagal dan kehilangan putri tersayangnya, nggak dengan guru konsultasinya yang merasa nggak pantas menanggung jabatannya lagi. Nggak ada yang baik-baik aja."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun