Mohon tunggu...
Kezia AmeiliaSaktyani
Kezia AmeiliaSaktyani Mohon Tunggu... Seniman - Pelajar

Semua dimulai dari bawah

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sebuah Langkah

24 Februari 2021   02:38 Diperbarui: 24 Februari 2021   02:43 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Setelah mengganti celana, Adalvino berjalan menuju ruang tamu. Ia berjalan disepanjang lorong kamar lantai dua, lalu berbelok untuk menuruni anak tangga yang mengarah langsung ke ruang tamu dengan televisi yang sedang menyala.

                "Maaf, nunggu lama?" tanya Adalvino pada gadis yang ada di hadapannya. Gadis yang ia sama sekali tidak kenal.

                "Tidak terlalu. Tempat ini nyaman ya. Seru juga banyak anak kecil lucu-lucu," gadis dengan rambut sebahu itu menatap Adalvino sambil tersenyum. Adalvino hanya bisa membalasnya kikuk. Ia masih bertanya-tanya siapa orang ini.

                "Aduh, aku lupa memperkenalkan diri. Kenalin, namaku Arunika Effemia Bumantara, kita satu sekolah, satu angkatan juga. Aku dari kelas XI-Sience B." gadis bernama Arunika itu mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

                "Vino, Adalvino Ferianto Ranggana," Adalvino menyambut tangan Arunika dengan perasaan bingung. Ia hanya menatap gadis itu. Wajahnya terasa familiar, apa mungkin mereka pernah berpapasan disekolah atau disuatu tempat? Adalvino berusaha mengingat.

                "Maaf kalau aku tiba-tiba dateng kesini. Kita pernah ketemu di lab fisika saat tes untuk olimpiade. Waktu itu kita duduk bersebelahan. Aku dateng kesini mau ngasih surat dari Bu Jen, buat orang tua kamu katanya," Arunika terkejut dengan ucapannya sendiri. "Maksudku, buat wali kamu. Sorry," Arunika merasa bersalah dengan ucapannya mengingat Adalvino adalah seorang yatim-piatu.

                "Oh begitu. Iya gapapa santai aja. Makasih ya sebelumnya," Adalvino tersenyum sambil mengambil amplop berisi surat dari Arunika.

                "Yaudah, kalo gitu aku permisi dulu ya." Ucap Arunika bangkit dari duduknya. "Buru-buru nih soalnya udah sore, dah Adalvino. Sampai ketemu hari Senin disekolah."

                "Oke, makasih ya Arunika, sampai ketemu lagi," Adalvino mengantar Arunika sampai depan pagar panti asuhannya. Arunika pulang dengan berjalan kaki. Adalvino hanya memperhatikan punggung Arunika yang terus menjauh, lalu lenyap di belokan ujung jalan. Adalvino kemudian masuk kembali kedalam rumahnya.

                Ia masih memegang surat yang tadi diberikan oleh Arunika. Masih bertanya-tanya sebegitu pentingkah surat ini sampai-sampai ada perwakilan dari sekolahnya yang mengantar kesini di hari sabtu, hari libur untuk menikmati waktu dirumah dengan keluarga?

                Adalvino ingat, tadi gadis itu bilang ini surat untuk wali murid. Ia mulai khawatir, ia berpikir ia sedang dalam masalah. Adalvino bergegas masuk ke kamarnya lalu mengambil cutter untuk membuka amplop tersebut. Di ambilnya surat putih dengan cap dari kepala sekolah itu. Tangannya bergetar, matanya bergerak mengikuti setiap kata yang ada di atas kertas itu.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun