Mohon tunggu...
Kezia AmeiliaSaktyani
Kezia AmeiliaSaktyani Mohon Tunggu... Seniman - Pelajar

Semua dimulai dari bawah

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sebuah Langkah

24 Februari 2021   02:38 Diperbarui: 24 Februari 2021   02:43 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

                "Itu sebabnya aku dan Lea belajar mati-matian, bahkan menjadikan satu sama lain sebagai saingan agar bisa mendapat banya beasiswa dan menghasilkan uang sendiri. Keluargaku memang bisa dibilang cukup kaya, tapi kami tidak mau menyentuh uang mereka." Lanjutnya lagi.

                Sepertinya Adalvino bisa mengerti perasaan Leo dan Lea. Mereka hanya memiliki satu sama lain. Orang tua yang hidup bersama mereka sedari kecil malah memberikan luka tersendiri bagi mereka. Adalvino jadi tahu, alasan mereka ikut olimpiade tak jauh beda dengan dirinya, untuk sebuah pengakuan dari orang tua.

                "Kalian beruntung, kamu dan Lea," Adalvino memasang ekspresi lembut di wajahnya. "Kalian bisa saling mengandalkan. Kalian pintar, bisa saling membantu. Dan aku yakin untuk masalah yang satu ini, kalian juga pasti bisa menyelesaikannya dengan baik. Semangat ya Le." Adalvino menepuk bahu Leo mencoba menyemangati.

                "Aku lemah banget ya Vin. Baru masalah kayak gini aja rasanya sudah meu menyerah. Aku tahu kamu berasal dari panti asuhan,tapi kamu terlihat jauh lebih kuat dariku." Leo menatap Adalvino, menunggu tanggapan darinya.

                "Bunda Helen sering bilang, kita harus belajar menerima luka, karena luka banyak mengajarkan betapa pentingnya menghargai sesuatu," ujar Adalvino.

                "Kamu tahu kisah tentang Kronos dari mitologi Yunani?" tanya Adalvino, Leo hanya memandanginya dengan kebingungan. Adalvino kemudian tersenyum.

                "Kronos adalah titan anak dari Uranus sang dewa langit dan Gaia sang dewi bumi. Kronos sangat berambisi terhadap kekuasaan, sampai ia bahkan tega mebunuh ayahnya sendiri dengan sebuah sabit untuk merebut kekuasaannya." Adalvino bercerita dengan pandangan lurus kea rah jendela besar di kamar hotel itu.

                "Setelah itu, Kronos mengambil Rhea sebagai istrinya. Namun Gaia yang murka karena Uranus suaminya terbunuh meramalkan bahwa keturunan Kronos akan melakukan hal yang sama terhadapnya. Mendengar itu, Kronos ketakutan. Itu sebabnya setiap kali Rhea melahirkan seorang anak, Kronos akan langsung memakannya hidup-hidup, itu terjadi sampai anaknya yang ke lima." Leo terkejut mendengar cerita kejam itu. Tapi ia penasaran dengan kelanjutannya.

                "Ketika Rhea melahirkan anaknya yang ke-enam, ia bersiasat agar anaknya ini tidak dimakan juga, ia menyembunyikan anaknya yang bernama Zeus itu ditempat Gaia dan memberikan sebuah batu yang dibalut dengan selimut untuk menipu Kronos." Adalvino menelan ludah untuk membasahi tenggorokkannya yang terasa kering lalu melanjutkan ceritanya.

                "Zeus kemudian tumbuh menjadi seorang dewa yang sangat kuat. Ia pergi menghadap Kronos dan memberikan sebuah ramuan buatan Gaia kepadanya. Sesaat seteleh diminumnya ramuan itu, Kronos memuntahkan semua anak yang telah di telannya. Karena mereka keturunan dewa, mereka tidak mati. Lalu terjadilah perang antara para titan dan dewa yang menyebabkan tergulingnya kekuasaan Kronos, tepat seperti yang di ramalkan oleh Gaia. Maka Zeus berkuasa atas langit mulai saat itu." Selesai cerita Adalvino, ia menatap ke arah Leo.

                "Apa maksudmu menceritakan kisah itu?" Leo semakin kebingungan dibuatnya.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun