Mohon tunggu...
Kezia AmeiliaSaktyani
Kezia AmeiliaSaktyani Mohon Tunggu... Seniman - Pelajar

Semua dimulai dari bawah

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sebuah Langkah

24 Februari 2021   02:38 Diperbarui: 24 Februari 2021   02:43 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

                "Seneng ya Vin, bisa ikut karantina kayak gini. Tapi pasti kangen sama rumah deh," Arunika berbicara sambil menyelipkan rambutnya di belakang telinga.

                "Iya, lumayan juga dapet uang saku buat adek-adek di panti." Adalvino tersenyum membayangkan adik-adik asuhnya yang kurang lebih ada sembilan orang itu kegirangan saat mendapat uang jajan darinya.

                "Kamu ini lembut banget ya. Perhatian dengan adik-adikmu walau tidak sedarah,"

                "Hubungan darah bukan segalanya Aru. Banyak kakak-beradik yang malah saling bunuh. Yang terpenting itu bukan darah, tapi ini." Adalvino menunjuk dadanya.

                "Paru-paru maksudmu?" Arunika sengaja menjawab seperti itu untuk mengerjai Vino. Terlihat wajah Vino jadi merah karena malu dan kesal dibuat Arunika.

                "Tapi ngomong-ngomong Vin, kalau ga salah di panti Philautia kamu anak yang paling besar ya? Umurmu kan sudah 16 tahun, dan kamu pernah cerita sudah tinggal disana selama sebelas tahun. Masa tidak ada yang mau mengadopsimu?"

                Adalvino terdiam mendengar pertanyaan Arunika. Ia berpikir sejenak, karena merasa ragu untuk mengatakannya. Ia merasa tidak yakin karena ini hanya dugaannya saja. Ia kemudian menarik napasnya dalam dan membuangnya secara perlahan sebelum angkat bicara.

                "Sebenarnya aku merasa ini ada hubungannya dengan orang tuaku." Jawabnya dengan tatapan mata serius. Arunika dibuat terpaku olehnya.

                "Apa maksudmu? Coba jelaskan." Pinta Arunika.

                "Sulit untuk menjelaskannya sekarang. Tapi pokoknya, itu yang aku rasakan."

                Arunika hendak bertanya lebih jauh namun niatnya terhalang karena tiba-tiba ada dua orang yang menghampiri meja mereka.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun