Mohon tunggu...
Kezia AmeiliaSaktyani
Kezia AmeiliaSaktyani Mohon Tunggu... Seniman - Pelajar

Semua dimulai dari bawah

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sebuah Langkah

24 Februari 2021   02:38 Diperbarui: 24 Februari 2021   02:43 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

                "Permisi, kami boleh ikut gabung disini ga? Meja lain sudah penuh soalnya." Terlihat dua orang murid menggunakan seragam dengan logo bertuliskan SMA BINAAN BANGSA. Wajah mereka sangat mirip namun rambut mereka berbeda. Yang satu panjang bahkan diikat, yang satunya lagi pendek.

                "Iya boleh, duduk aja kosong kok kursinya." Arunika menyambut dengan terbuka.

                "Terimakasih," ucap mereka berdua bersamaan.

                "Kalian kembar?" tanya Arunika dengan mata terkagum melihat dua orang kembar namun berbeda kelamin ini.

                "Iya, namaku Lea, kalau dia Leo. Aku lebih tua sepuluh menit dari Leo," Leandra, si kembar perempuan memperkenalkan diri mereka. Tak lama berselang, makanan yang mereka tunggu-tunggu akhirnya tiba. Keempat murid olimpiade itu makan di meja yang sama sambil sesekali mengobrol.

                Suatu kebetulan yang luar biasa, Leo dan Adalvino ternyata satu kamar di hotel ini. Begitu juga dengan Lea dan Arunika yang sama-sama satu kamar. Itu karena mereka berdua juga adalah perwakilan kabupaten Jembrana. Arunika dan Adalvino senang dengan hal ini, karena Lea dan Leo kelihatannya anak yang baik.

                Mereka dikarantina selama satu minggu sebelum seleksi tingkat provinsi. Semua peserta olimpiade serasa memikul sebuah bom besar di pundak mereka yang sewaktu-waktu bisa saja meledak dan menghancurkan mereka. Seharian belajar di ruang karantina masing-masing, dijejalkan soal-soal latihan yang bahkan seharusnya belum mereka pelajari.

                Di ruang karantina 07, Adalvino dan Arunika di bimbing oleh Pak Anton dengan serius. Keheningan mengisi ruangan itu. Suara detik jam dinding yang menemani mereka. Keringat mengalir dipelipis mereka. Mata mereka fokus pada kertas yang ada dihadapan mereka. Kertas tes yang di buat Pak Anton untuk menguji kemampuan mereka.

                Sulit. Soal-soal yang ada diatas kertas itu benar-benar sulit. Namun Vino dan Aru tidak menyerah. Meski mengalami kesulitan, mereka menikmatinya. Semakin sulit sebuah soal, semakin menarik ia. Begitulah yang di rasakan kedua siswa yang gila belajar ini.

                Pak Anton melirik jam yang ada di tangannya, "Oke, waktu habis. Silahkan tinggalkan lembar jawaban kalian diatas meja. Sekarang kalian boleh istirahat. Hasil ujiannya akan bapa kirim lewat grup chat."

                "Baik pak, terimakasih." Jawab keduanya kompak.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun