Mohon tunggu...
Irma Fitriani
Irma Fitriani Mohon Tunggu... Lainnya - Ada

-

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Siapa Pemimpin Wanita Surga?

9 Februari 2021   11:25 Diperbarui: 9 Februari 2021   11:34 1309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

 Sayyidatuna Fatimah menjawab "Wahai ayahku mereka merencanakan sesuatu dan akan membunuhmu. Aku takut terjadi sesuatu atasmu." Maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata "Tenanglah wahai anakku sesunggahnya Allah selalu menjaga ayahmu."  

 Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata "Berdirilah bersamaku." Maka Sayyidatuna Fatimah berdiri bersama ayahnya, keluar dari Ka'bah dengan hati yang teguh. Sedangkan orang Quraisy bersiap-siap menghadang Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam Nabi menghadap mereka dengan berdoa dan lewat di depan mereka dengan penuh haibah/wibawa.  

 Orang-orang Quraisy terdiam seribu bahasa dan hanya melihat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam melintas di depan mereka. Hati dan pikiran  

Sayyidatuna Fatimah tenang, Sayyidatuna Fatimah yakin bahwa ayahnya dalam lindungan dan penjagaan Allah Subhanahu wa Ta'ala yakin bahwa Allah  tidak menyerahkan ayahnya pada orang-orang kafir kecuali atas musibah yang mengangkat ayahnya ke martabat dan derajat yang tinggi.  

 Yang sangat disesalkan oleh Rasulullah  Shallallahu 'alaihi wa sallam  bahwa ujian dan gangguan yang diterima muncul dari orang terdekat sendiri. Yaitu Abu Lahab (paman Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam) dan istrinya Ummu Jamil. Setiap hari Sayyidatuna Fatimah menemukan duriduri dan kotoran di depan pintu rumahnya, dan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tetap sabar membersihkannya, tidak berbicara.  

 Hari berganti hari, minggu berganti minggu. Sayyidatuna Fatimah melihat ayahnya tetap sabar dan berusaha untuk sabar, ayahnya selalu bermujahada atau berusaha dan bersukur. Yang mana tidak keluar dari lisannya kecuali kata-kata yang baik, juga tidak menyimpan dalam hati kecuali hal-hal yang baik. Sayyidatuna Fatimah mengambil pelajaran yang sangat berharga yaitu ArRahmah dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.  

 Kemudian Quraisy melibatkan keluarga Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam permusuhannya, tetapi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tetap melindungi keluarganya dari gangguan Quraisy. Ummu Jamil (istriAbu Lahab) berkata, "Wahai kedua anakku kepalaku dan kepala kalian haram bersetuhan jika kalian tetap bersama anak-anak Muhammad."  

 Utsbah dan Utaibah anak Abu Lahab menikah dengan Rugayyah dan Ummu Kultsum putri Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.  

 Maka Utsbah dan Utaibah menceraikan Ruqayyah dan Ummu Kulsum. Di tenggah panasnya terik matahari kedua putri Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam  tersebut berjalan meninggalkan rumah suaminya. Perempuan yang masih muda dan cantik kembali ke rumah ayahnya dengan hati yang penuh luka dan kesedihan.  

 Bayangkan, bagaimana keadaan seorang anak perempuan yang baru saja melaksanakan pernikahan, dan merasakan manisnya kasih sayang dan kegembiraan harus merasakan pedihnya dan pahitnya perceraian..? Apa salah mereka..? Apa dosa mereka..? Mereka tidak melakukan kesalahan sedikitpun. Mereka tidak melakukan dosa apapun. Akan tetapi karena keras kepala, kebencian dan kebodohan. Maka, kembalilah  

Ruqqayyah dan Ummu Kulsum dengan hati penuh kekecewaan.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun