Mohon tunggu...
Irma Fitriani
Irma Fitriani Mohon Tunggu... Lainnya - Ada

-

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Siapa Pemimpin Wanita Surga?

9 Februari 2021   11:25 Diperbarui: 9 Februari 2021   11:34 1309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Sayyidatuna Khadijah begitu melimpah hartanya. Akan tetapi dia sekarang berada dalam boikotan di lembah Abi Thalib. Mereka tertimpa atas apa-apa yang menimpa. Keadaan lapar yang sangat amat luar biasa mereka lalui 2 atau 3 hari tidak secuil makananpun masuk ke dalam perut mereka. Bahkan mereka  

sampai dalam keadaan memakan dedaunan yang ada di sekitar mereka (bahkan tampak urat mereka berwarna hijau).  

 Sedangkan pemboikotan bukan seminggu, sebulan, atau setahun. Tetapi mendekati 3 tahun, dalam keadaan yang sangat amat memprihatinkan ini. Setahun telah berlalu, dan Fatimah berumur 13 tahun. Fatimah mendekati ibunya melewati tangisan-tangisan bayi dan rintihan anakanak kecil kepada ibunya karena lapar. Sayyidatuna Khadijah dalam keadaan sangat lapar dan lemas. Akan tetapi yang sangat menakjubkan adalah, mereka saling menahan dan menutupi satu sama lain agar tidak ada yang saling cemas. Bahkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menampakkan wajah yang cerah walaupun dalam keadaan yang sama, agar mereka tidak cemas. Sungguh merupakan pemandangan dan pelajaran yang indah Satu sama lain ingin membantu mengemban risalah kenabian, Rasulullah Saw sangat sabar menghadapi apa yang terjadi. Hari dan malampun berlalu. Ketika Semua orang tertidur, semua mata tertutup. Terdengar teriakan "Aaaahk.. Aaaahk." Dari banyak segi diiringi isak tangis bayi karena sangat lapar. Hal ini disebabkan hari-hari yang mereka lalui di tengah panasnya gurun, bahkan tidak secuil rotipun masuk keperut mereka.  

Begitu juga keadaan Fatimah dan Ummu Kultsum, sedang Ruqayyah bersama suaminya dalam rantauan di negeri Habasya. Tubuh Fatimah tampak sangat kurus bahkan seolah-olah kulit perutnya menempel dengan tulang punggungnya karena sangat lapar. Namun, Fatimah dengan sekuat tenaga menahan apa yang terjadi demi tegaknya agama Islam.  

 Di satu segi Sayyidatuna Khadijah jatuh sakit dan terkapar di tempat tidurnya. Sehingga memberikan bekas yang sangat menyakitkan bagi Fatimah dan Ummu Kultsum.  

Betapa sering nya Sayyidatuna Fatimah tidak tidur malam menjaga dan melayani ibunya. Tampak suatu prilaku yang sangat mulia dan indah dari akhlaq fatimah yang bersumber dari seorang ibu. Suatu pelajaran yang seharusnya dan seandainya para wanita di zaman sekarang ini  

mempelajarinya, ini merupakan suatu akhlaq yang dapat mengangkat ke derajat yang tinggi.  

 Sayyidatuna Fatimah setia mendampingi dan duduk di samping ibunya yang dalam keadaan tidak dapat bergerak dan berbicara. Kemudian datang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam merasa dengan kedatangan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam Sayyidatuna Khadijah dengan sekuat tenaga menahan segala rasa sakit. Berdiri dengan semangat dan menampakkan ketegarannya di depan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sayyidatuna Khadijah berusaha menutupi rasa sakitnya sehingga tidak menambah beban Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.  

 Sayyidatuna Fatimah melihat kejadian yang sangat menakjubkan dan begitu indah. Terdapat pelajaran yang sangat berharga, melihat ikatan cinta yang agung, yang luar biasa, dan murni. Sebuah rasa dan pengorbanan cinta yang tidak mengetahui rasa ini baik langit ataupun bumi.  

Subhanallah, seorang istri mencintai suaminya sampai ke derajat yang sangat tinggi ini. Sebuah cinta yang menimbulkan rasa tidak ridho jika suaminya melihat apa yang terjadi atasnya, sedangkan ia dalam keadaan sakit yang sangat parah. Tidak ingin menambah beban kesedian suaminya, tidak ingin suaminya sedih atasnya. Sungguh ini pelajaran yang berharga bagi para wanita.  

 Sayyidatuna Fatimah bertumbuh semakin dewasa, masa kecilnya berlalu dalam pemboikotan 13, 14, 15, berlalu dalam kesusahan dan derita dalam pemboikotan yg penuh kesengsaraan . Suatu hari datang Bilal bin Rabbah ke tempat pemboikotan dengan sembunyi-sembunyi membawa sepotong roti yang disimpan di ketiaknya agar tidak terlihat oleh orang kafir Quraisy. Bilal mendekati Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan memberikan sepotong roti ke Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun