tercinta...?! Hatinya kini tercabik-cabik dan terbakar oleh api kerinduan. Â
 Ketika meninggal Rosulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, Fathimah menangis dan mensifatkannya dengan berkata kepada Sayyidina Anas RA ketika kembali dari penguburan Rosulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam keadaan di penuhi debu. Melihat hal tersebut, Fathimah berkata, "Wahai Anas, apa yang telah kau lakukan..?" Anas menjawab, "Kami baru saja menguburkan Rosulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam..!!" Â
 Sayyidatuna Fathimah berkata lagi,"Apakah kalian senang wahai Anas, telah menaburkan debu atas Rosulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam..???!!" Anas pun berkata, "Demi Allah...!! Wahai Putri Rosulillah, kami tidak sadar atas apa yang telah kami lakukan. Tidaklah kami meletakkan serta menguburkannya, kecuali kami baru tersadar dan menyesali atas apa yang telah kami lakukan...!" Â
 Sayyidatuna Fathimah berusaha menghimpun seluruh perasaannya yang tercabik-cabik. Ia berusaha berjuang dengan melangkah yang teramat berat untuk mendekati kuburan ayahandanya tercinta, Rosul Allah Shallallahu 'Alayh Wa Sallam. Â
 Setelah berada di sisinya, ia menggenggam sekepal tanah dari kuburan itu untuk di dekatkannya ke matanya yang sembab karena banyaknya menangis. Lalu menciuminya dan berkata dengan lirih: "Kemuliaan apakah yang dapat menandingi orang yang mencium tanah Ahmad..? Sepanjang kehidupannya, takkan pernah ia dapatkan lagi kemuliaan yang semisalnya.. Aku telah tertimpa musibah, yang mana jika tertimpa pada terangnya hari akan merubahnya menjadi gelapnya malam.." Â
 Kemudian Fathimah melantunkan, Â
S iapa wani ta peminpin surga itu ?
Â
 "Langitpun di penuhi debu.. Sang mataharipun tergelincir.. Seluruh jagat di penuhi kegelapan.. Dan bumi menjadi berduka setelah perginya Sang Nabi.. Sebagai bukti penyesalan atas banyaknya goncangan musibah.. Maka menangislah wahai penduduk timur dan barat.. Â
Dan menangislah engkau wahai kaum Muhdlor dan Yamani.. Wahai penutup para Rosul yang cahayamu penuh keberkahan.. Semoga sholawat serta salam Sang Penurun al-Qur'an selalu menyertaimu.. " Â
Tak dapat dipungkiri lagi kepergian sang ayah membuat Fathimah tertimpa kesusahan yang tidak pernah di rasakan oleh orang lain. Wajah cantiknya tidak lagi nampak tersenyum manis sama sekali setelah kepergian sang ayah. Yang mana Fathimah sangat murah senyum sebagaimana ayahnya Shallallahu 'Alayh Wa Sallam. Akan tetapi sepeninggal ayahnya, senyum itu tak pernah nampak lagi. Â