Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Instrumen Jiwa

28 Januari 2023   23:35 Diperbarui: 29 Januari 2023   00:22 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Instrumen Jiwa | Dokumen pribadi oleh Inosensius I. Sigaze.

Instrumen jiwa terdengar dalam sunyinya keheningan hari ini. Badai tidak datang, salju pun menyepi enggan turun menyapa bumi.

Gemersik daun tak lagi berbisik halus berirama hingga terdengar seperti instrumen di kampungku.

Daun bersentuhan, hingga riuh bagaikan instrumen yang benar-benar asing di telingaku.

Itu seindah kenangan di tahun lalu saat di kampung, di bawah teduhan dahan-dahan yang rimbun dan hijau.

Negeriku, alamku berpadu dalam ritme hidup hingga terdengar seperti instrumen jiwa. 

Dia menggetarkan jiwa, membuka mata, menyentuh nalar, menyapa jari-jari dengan kata-kata, sampai ada kata, "kamu perlu menulisnya."

Instrumen jiwa datang dari alam hidup yang tidak biasa bersuara seperti layaknya manusia.

Tak ada protes, nyinyir, keluh dan kesah. Dia cuma serupa nada-nada asing yang terus mendekati kuping, pikiran dan hati.

Itu inspirasi yang meletup dalam hati dengan buih kata-kata hidup. Itu cinta yang mengubah jiwa tersenyum gembira hingga berdebar melukis kata-kata adab.

Itu suara dari keheningan alam yang tengah menggoda jiwa yang lara mencari dengan rindu tiada hentinya.

Kunamakan dia instrumen jiwa, karena terlalu berharga dan penuh rahasia di dalam jiwa alam ini.

Ia teman tak berwajah dalam setiap jejak hari-hari hidupku. Kapan kau diterima oleh yang lain?

Salam berbagi, ino, 29.01.2023.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun