Mohon tunggu...
Imam Muhayat
Imam Muhayat Mohon Tunggu... Dosen - Karakter - Kompetensi - literasi

menyelam jauh ke dasar kedalaman jejak anak pulau

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Deskripsi Diri pada Kerangka Tidak dalam Kesendirian

18 Juli 2019   16:48 Diperbarui: 18 Juli 2019   17:07 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada naskah jurnal Edukasi berjudul, "Lembaga Wakaf: Suatu Solusi Pembiayaan Pendidikan Islam," memberikan inspirasi bagi saya menggelorakan suatu gerakan pemahaman umat, yang selama ini wakaf sering dipersepsikan dengan wakaf tanah semata. padahal betapa masih banyak bentuk wakaf yang perlu dikembangkan untuk pemberdayaan pembiayaan pendidikan Islam. Melalui wakaf produktif, wakaf  usaha tani, wakaf usaha perdagangan, wakaf  kompetensi keilmuan, wakaf  usaha penerbitan, dan lain sebagainya bertujuan mendorong dan mengarahkan kualitas lembaga pendidikan Islam. Naskah tersebut saya jadikan rujukan dalam berbagai kegiatan ceramah, pendampingan masyarakat, workshop Forum Wakaf, dan pendampingan kegiatan Badan Wakaf  Indonesia(BWI), kabupaten Badung. 

Dampak dari kegiatan yang saya lakukan mengambil rujukan literasi tersebut dapat saya gambarkan banyak di antara masjid, musala, tempat pengajian, dan lembaga pendidikan, madrasah diniyah di Kabupaten Badung-Bali akhirnya dengan cara wakaf patungan. Cara tersebut cukup efektif  hingga terkumpul dana yang signifikan, kemudian diwujudkan dalam bentuk pembangunan tempat-tempat dimaksud. Bahkan saya pernah melakukan pendampingan kepada kaya di daerah Nusa Dua. Beliau punya tanah yang lumayan luas yang sedianya diperuntukan pembangunan penginapan. 

Dengan pendampingan yang mengikutsertakan karib saya, tempat tersebut sekarang bukan menjadi penginapan, tetapi berubah menjadi lembaga pendidikan  yang dimulai dari TK sampai Madrasah Aliyah. Dengan adanya sekolah tersebut akhirnya juga berkembang usaha-usaha produktif  berupa mini market, dan pasar malam yang ramai dikunjungi banyak peminat dan yang membutuhkan kebutuhan yang diinginkan. Dengan demikian, lembaga pendidikan dapat lebih jauh mengembangkan potensi-potensi ekonomi,  kerekatan hubungan sosial kemasyarakatan, dan sosial keagamaan. Alhamdulillah, kini selain sebagian tanah tersebut menjadi aset yayasan sebagian sudah diwakafkan untuk menjaga eksistensi dan keberlanjutan lembaga pendidikan dengan kualifikasi yang baik berdasar potensi inisasi perwakafan yang saya lakukan.

Pada makalah yang saya muat di Proceeding berjudul, "Pengembangan Nilai-nilai Keislaman di Bali pada Era Digital," saya yakini terdapat nilai kebaruan yang bersifat inovatif. Sebab, saat berkembangnya era digital tidak sedikit kebingungan umat untuk mengambil suatu sikap menerima atau menolak. Permasalahan yang dihadirkan sesungguhnya bukan masalah menerima atau menolak  era digital, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana kita dapat memanfaatkan media informasi yang begitu dahsyat itu menjadi potensi pemberdayaan untuk berbagai kepentingan. Saat saya mengadakan diskusi di lingkungan kos di Batu bersama teman-teman akademik yang sedang menempuh pendidikannya, ternyata mereka sepakat teknologi digital ini mesti kita akomodasi secara bijak untuk kepentingan kemaslahatan umat. 

Dengan memberikan kesimpulan bahwa umat harus mampu memanfaatkan teknologi digital ini sebagai bagian yang tak terpisahkan untuk mengembangkan dahwah Islamiyah atas dasar nilai-nilai Islam mengenai akidah, ibadah, dan akhlak. Oleh karena itu belakangan banyak bermunculan media online yang mengarah untuk kebutuhan itu. Termasuk kami yang saat itu mengadakan lingkar diskusi era digital, akhirnya dari komunitas kecil anak kos di Pendem,  Batu, Malang--dapat menghasilkan kesepakatan menerbitkan sebuah Journal of Islamic Education "Al-Hayat,"  sebagai media online. Alhamdulillah sudah banyak yang merasakan kemanfaatan bagi banyak orang lewat respon aktifnya lewat media digital juga.

Makalah yang berjudul, "Accreditation Policy and Quality of Higher Education," sebagai wujud pengawasan saya terhadap mutu di mana saya mengajar, yaitu STAI Denpasar, Bali. Artinya secara tidak langsung saya sudah menetapkan sebuah fenomena paradigma baru keilmuan, bahwa mutu pendidikan dalam pencapaian mutunya mesti melewati proses akreditasi yang dilakukan oleh lembaga pendidikan tersebut. Karena dengan kegiatan itu sudah pasti fasilitas-fasilitas baru yang lebih representatif. Peralatan dan media pendidikan yang baru juga dilengkapi sesuai kebutuhan. Semua itu sebagai wujud langkah nyata penjaminan mutu lembaga pendidikan tempat saya mengajar. Naskah ini saya tulis saat lembaga di mana saya mengajar sedang mempersiapkan pelaksanaan akreditasi Prodi Manajemen Pendidikan Islam STAI Denpasar-Bali. 

Disamping kesiapan kami menyongsong kehadiran asesor dari BAN PT., sebagai civitas akademika selalu berusaha mewujudkan kualitas Tri Dharma Perguruan Tinggi.  Upaya-upaya telah kami lakukan dengan membaca secara seksama mengenai standar ukur yang disodorkan BAN PT berdasarkan peraturan pemerintah tentang akreditasi. Saya bersyukur atas kiat yang saya, kami lakukan baik dari segi pemahaman secara verbal dan menimba berbagai pengalaman dari mereka yang sudah melaksanakan akreditasi yang sebelumnya peringkat lembaga kami berkualifikasi peringkat akreditasi C berubah menjadi B. Semangat untuk mewujudkan akreditasi yang lebih baik dibanding sebelumnya, maka kami semua mempersiapkan dengan baik juga sekaligus mencermati berbagai literatur yang membahas tentang proses pelaksanaan akreditasi. 

Tentu tidak ada yang lebih nyata dari hasil akreditasi tersebut, tanpa adanya peningkatan fasilitas ruangan , menambah jumlah buku-buku perpustakaan, menjalin banyak kerjasama, mengadakan koordinasi dengan berbagai lembaga penelitian, dan menguatkan kompetensi para dosen dengan mengikuti berbagai latihan kerja baik bersifat akademik maupun non-akademik. Saya sadar bahwa akreditasi yang diperoleh oleh setiap PT harusnya tidak hanya ditempatkan sebagai pajangan asal para pejabat senang, tetapi lebih dari wujud kesadaran spiritual apa yang dilaksanakan oleh institusi beserta SDM yang bersangkutan selalu dilandasi nilai-nilai profetik. 

Penguatan jatidiri semua pemangku kepentingan dengan sifat-sifat profetik tersebut dapat dipastikan tidak akan tergerus arus zaman dengan kondisi dan situasi apa pun. Karena memang semua yang dilakukan para pemangku kepentingan itu tidak lain hanya mengharap rida-Nya, dan merupakan bagian dari ekspresi rasa syukur kepada Allah atas segala nikmat yang diberikan kepada hambanya. Karena itu makna syukur bagi saya adalah dapat mempertahankan yang baik dan mencari inovasi yang lebih baik. Contohnya yaitu peringatan-peringatan Hari Besar Islam di kampus dan masyarakat yang awalnya lebih dominan bersifat seremonial, kini dapat saya arahkan menuju kegiatan-kegiatan yang lebih produktif : penilaian madrasah diniyah, seminar, pentas seni, pameran dagang, pameran buku Islam, temu karya umat, lomba cipta-baca puisi, kompetisi anak-saleh-salehah, penilaian keluarga sakinah, penilaian peningkatan pengetahuan agama bagi para mualaf, dan penilaian kreator pengelola masjid/musala dengan keindahan, keasrian, kenyamanan, kebersihan-kesucian, dan lain sebagainya.

Konsistensi

Keilmuan yang saya dalami sebagai dosen STAI Denpasar  adalah Manajemen pendidikan Islam dan bidang khusus saya adalah manajemen evaluasi pendidikan Islam. Saya melakukan pengembangan keilmuan dengan mengikuti berbagai kegiatan yang terkait dengan manajemen pendidikan Islam dan secara khusus tentang evaluasi pendidikan Islam. Misalnya dalam kegiatan workshop, seminar, pertemuan ilmiah, penelitian, penulisan naskah ilmiah, dan pengabdian pada masyarakat menaruh minat lebih yang ada hubungannya dengan  fokus bidang keilmuan, dan keahlian akademik.  Untuk mengembangkan bidang keahlian. Misalnya saya sudah bergabung dengan organisasi, forum, komunitas manajemen dan evaluasi. Misalnya saya bergabung dengan Forum Prodi Manajemen Pendidikan Islam (FPMPI-IV), dan Perkumpulan Program Studi Manajemen Pendidikan Islam (PPMPI).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun