Mohon tunggu...
Imam Muhayat
Imam Muhayat Mohon Tunggu... Dosen - Karakter - Kompetensi - literasi

menyelam jauh ke dasar kedalaman jejak anak pulau

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Deskripsi Diri pada Kerangka Tidak dalam Kesendirian

18 Juli 2019   16:48 Diperbarui: 18 Juli 2019   17:07 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berikut ini adalah deskripsi diri yang pernah tertulis untuk menjelaskan kenyataan profesi  yang mesti dijalani. Hal ini dibuat sebagai bahan evaluasi bagi yang berkepentingan dengan tata ukur standar yang sekiranya mendekati kebenaran atas usaha penilaian yang sedang dinilai. Adapun item-item permasalahan dan jawaban sebagai berikut ini:

PENGEMBANGAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Usaha Kreatif

Saya mengajar berdasarkan KKNI terurai dalam satuan acara perkuliahan (SAP) pada  matakuliah yang saya ampu. Karena itu saat awal kuliah, saya mengadakan kontrak belajar dengan mahasiswa. Yakni terkait proses pembelajaran, tugas, keaktifan dalam kelas saat diskusi selama satu semester. Tak kalah pentingnya menetapkan batas nilai minimal  yang dinyatakan tidak lulus. Sehingga mereka lebih semangat dan rajin dalam mengikuti kuliah.

Untuk memberikan gambaran yang jelas kepada para mahasiswa,  maka saya susun tentang deskripsi  matakuliah. Kemudian saya sampaikan tentang tujuan umum matakuliah dengan ilustrasi akhir perkuliahan mahasiswa mempunyai pengetahuan pemahaman bersifat implisit maupun eksplisit. Adapun tujuan khusus yang ingin saya capai pada akhir perkuliahan mahasiswa mampu:

Mendeskripsikan matakuliah dengan berbagai aspeknya,  tujuan matakuliah, dan kerangka teoritis dan praktis dalam konsep matakuliah yang saya sampaikan.

Menjelaskan manfaat dari kerangka teoritis dan praktis matakuliah berikut bagaimana konsep matakuliah secara umum tersebut menjadi pengayaan pengetahuan.

Menguraikan, dan mentransformasikan matakuliah menjadi bagian internalisasi diri baik bersifat individu, sosial yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Untuk mendorong proses pembelajaran agar berhasil lebih baik, maka setiap saya mengajar perlu persiapan bahan dan media pembelajaran diantaranya sebagai berikut:

Bahan berupa: Buku Wajib; 2) Buku Terkait; 3) Artikel/Jurnal; 4) Berita & Koran, fenomena alam, baik bersifat fisikal maupun metafisikal.

Adapun Medianya adalah: 1)  White board; 2) Spidol; 3) Kertas; 4) Laptop; 5). LCD, bahkan saya membuat jurnal ilmiah secara online, alhayat.or.id, yang bisa diakses. Selain itu dapat dibuka pada kompasiana.com/imammuhayat. Pada laman tersebut berisi contoh-cohtoh pembelajaran tidak kurang dari jumlah artikel 475 judul. Tentu contoh-contoh itu hanya saya  buka jika sesuai dengan materi yang saya ampu, selama satu semester ( 14 kali pertemuan aktif).

Strategi dan metode pembelajaran penting untuk menghindari kejenuhan, kebosanan, rasa kantuk agar kembali dapat menggaerahkan suasana kelas, dan memacu kreativitas selama pembelajaran berlangsung. Terkadang orientasi perkuliahan saya laksanakan dengan menggunakan pendekatan  HOT (High of Thinking), students centred, active learning, discussion group, investigation group, dan role playing.  Saat-saat tertentu  dalam diskusi, dosen hanya mendampingi sembari mendorong, mengarahkan dan me-review semua proses suasana diskusi tersebut dan meluruskan isi.

Pada akhir proses pembelajaran, dan akhir semester, penilaian menjadi sangat berarti untuk mencapai tujuan proses pembelajaran. Karena itu saya melakukannya dengan model penilaian diantaranya yang saya lakukan adalah: 1) Test Formatif: a. Kehadiran di kelas; b. Presentasi makalah; c. Partisipasi dalam diskusi, d. Makalah yang dibuat oleh mahasiswa. 2) Test Semester: a. Ujian tengah semester; dan b. Ujian akhir semester. Lalu kita jumlahkan dengan rumus tertentu sesuai bobot nilai setiap itemnya.

Saya sadari keterbatasan kemampuan kompetensi sebagai dosen, maka saya selalu mengadakan peningkatan untuk menambah pengetahuan baik melalui pertemuan ilmiah, Bimtek kompetensi dosen, membaca literatur terkait, menulis jurnal dengan tujuan dapat meningkatkan proses pembelajaran dari waktu ke waktu semakin meningkat. Alhamdulillah semua itu bermanfaat. Suatu saya adakan penjajakan tentang kualifikasi saya mengajar, maka berdasarkan penilaian mahasiswa mereka merasa senang dapat menerima proses pembelajaran yang saya sampaikan.

Dampak Perubahan

Mengajar itu saya ibaratkan menuang air di gelas yang sudah terisi, tetapi masih ada ruang yang bisa saya masuki air. Ruang yang masih ada itulah dengan gerak tangan saya menjadi bertambah. Apalagi air yang saya tuang itu air yang jernih sehingga dapat langsung diminum siapapun. Proses pembelajaran yang saya lakukan yang utama adalah dampak capaian materi langsung dapat dievaluasi dengan baik. Sehingga dapat saya ketahui kelemahan dan kelebihan, baik setelah selesai saya menyampaikan materi dalam setiap pertemuan maupun selama satu semester.

Adapun dengan adanya tujuan umum dan tujuan khusus pembelajaran yang sudah saya tetapkan sebelumnya, maka saya dapat memetakan pembahasan materi kuliah berangkat dari bab-bab pembahasan dan sub-bab, serta penjelasan masing-masing sub-bab berlangsung dengan jelas. Terlebih pada penjelasan tersebut saya ikuti dengan bahan dan media yang tersedia, maka lebih memudahkan dalam memberikan ilustrasi materi yang saya sampaikan.  Sehingga saya menyampaikan materi kuliah berlangsung secara teratur.

Pada saat saya mengajar memakai perangkat media online, rasanya para mahasiswa lebih nyaman. Berlangsung menyenangkan dan tidak membosankan. Contoh online berupa: gambar, catatan, atau ilustrasi lainnya. Kadang contoh itu dengan home page saya sendiri. Para mahasiswa dapat dengan mudah mendapatkan pengertian materi yang saya sampaikan. Saya tinggal perintahkan mereka semua membuka materi kuliah sebagai ancar-ancar contoh lewat HP masing-masing. Pengajar tinggal mengajukan capaian tujuan. Misalnya, jika saya terapkan dengan metode HOT (High of Thinking), students centred, active learning, discussion group, investigation group, role playing, skrip kooperatif, atau Jigsaw, dan masih ada banyak metode lainnya, maka dampak langsung segera dapat saya ketahui, misalnya:

dampak langsung dapat saya lihat adalah mempermudah saya dalam mengajar karena ada kelompok yang menjelaskan kepada mahasiswa lain;

waktu untuk pemetakan materi dengan waktu singkat;

mahasiswa aktif bicara dan dapat mengungkapkan pendapatnya sesuai tema bahasan.

Dampak lebih positif, mahasiswa semakin ramah dengan pembelajaran media IT pengetahuan mahasiswa bertambah dengan sendirinya;

selain memberikan kesempatan para mahasiswa mengembangkan kemampuan kompetensi di era digital, dosen dengan home page-nya tersebut secara signifikan menambah kualifikasi sitasinya pada karya yang telah dipublikasikan;

Sehingga manfaat dapat diperoleh bagi dosen maupun mahasiswa dalam waktu yang bersamaan.

Disiplin

Prinsip saya disiplin dimulai dari diri sendiri. Apalagi dosen sebagai teladan bagi mahasiswa. Kepribadian dosen yang baik penting adanya. Bermanfaat baik langsung maupun tidak langsung dapat memberi contoh kepada para mahasiswa. Saya hadir 10 menit sebelum proses pembelajaran berlangsung, sembari menyiapkan bahan, dan media yang saya pakai saat proses pembelajaran berlangsung. Perhatian pada kostum yang saya pakai saat mengajar sangatlah penting, sebagai bentuk ilustrasi kepribadian. Misalnya:  kerapian, kebersihan, kepantasan pakaian yang sopan, dan aroma yang dapat menyegarkan ruangan. Dengan melangkahkan kaki kanan dengan membaca basmalah masuk kelas terasa lebih nikmat. Tepat waktu jadwal yang telah ditentukan, saya bagi sesi pembelajaran dengan tiga bagian, pertama pembukaan saya mulai dengan ucapan salam, berlanjut memberi perhatian dan upaya identifikasi mahasiswa yang hadir.

Saya lanjutkan untuk menarik perhatian kepada seluruh mahasiswa dengan trik-trik, dan joke-joke yang menyenangkan. Sesi kedua, penyampaian materi sesuai SAP/course of outline. Separoh penyampaian materi sudah biasa saya adakan tes formatif yang saya perlukan sehingga dapat mengetahui seberapa banyak pemahaman mahasiswa dapat menyerap, memahami, dan mencapai materi yang telah saya sampaikan. Sesi ketiga penutup untuk memberikan gambaran untuk materi pertemuan yang akan datang, sehingga nantinya para mahasiswa lebih siap dan cepat paham. Selain itu, ketika saya berhalangan hadir, maka saya mengadakan kontak dengan ketua kelompok tingkat (Korti) dengan memberikan pesan proses pembelajaran berlangsung secara mandiri dengan materi yang sudah saya titipkan pada TU yang saat itu bertugas.

Materi didiskusikan di kelas sesuai kelompok yang sudah saya tentukan. Sebagai bukti keaktifan mahasiswa, maka saya akan mengambil bukti absensi dan skrip kooperatif (baik catatan selama diskusi berlangsung maupun bahan yang sudah ditelaah). Hasil diskusi dilaporkan kepada dosen bersifat kegiatan kelompok dan skrip koopertatifnya hasil telaah dari bahan yang sudah dikirim oleh dosen.

Dengan teknik tersebut maka perkuliahan berjalan normal, tidak mengecewakan mahasiswa, maupun pihak civitas akademika. Setelah saya dapatkan hasilnya dari kegiatan mahasiswa tersebut, lalu saya masukkan pada daftar catatan  kendali mutu hasil pembelajaran dalam kurun waktu satu semester. Jika saya perlukan dari hasil tersebut saya review dan saya sampaikan pada pertemuan lain dengan tidak mengurangi waktu jadwal yang ada. Melalui kesepakatan dengan Korti (koordinator tinggkat) saya mesti mengganti waktu saat saya tidak dapat menghadiri acara perkuliahan.

Keteladanan

Dalam Islam keteladanan menjadi prioritas utama. Karena itu sebagai dosen dalam ucapan, sikap, dan tindakan tidak bisa diabaikan. Saya sadar sebagai dosen tidak semata-mata berkewajiban mentransfer ilmu pengetahuan. Tetapi di pihak lain harus dapat mewujudkan kepribadian mahasiswa yang utuh. Karena itu sebagai dosen harus terlebih dahulu ada penguatan kemampuan intelektual, kemuliaan moral, keluhuran individual-sosial, dan kematangan spiritual. Dari kriteria yang sedemikian itu saya melakukan berbagai pengembangan kepribadian berlandaskan nilai-nilai sosial, norma-norma agama, dan kebangsaan. Setelah saya dapat memerankan pola yang seperti itu, maka sering saya dapat mengingatkan kepada mahasiswa, tanpa beban, yang belum sesuai dengan aturan pedoman akademik terkait kepribadian mahasiswa, sikap, dan tindakannya, baik yang bersifat proses pelaksanaan akademik maupun tindakan di dalam dan di luar kampus.

Keteladanan, kerapian berbusana yang saya perankan kemudian saya dapat mengubah pola pakaian mahasiswa yang belum menunjukkan kepribadian utuh. Misalnya, saya dapat menegur mahasiswa yang berambut gondrong, kuliah memakai kaos oblong, beralas kaki yang tidak rapi, penampilan yang kurang pantas. Tidak jarang saya mengilustrasikan gambar sebagai contoh saat proses pembelajaran dengan kostum feminis, sebagai ilustrasi mengubah penampilan yang norak bagi perempuan. Dampaknya kemudian yang dapat saya lihat mahasiswa-mahasiswi lebih terarah, terkontrol baik saat berada di lingkungan kampus maupun di luar kampus.

Suatu saat saya juga menyertai kegiatan mahasiswa yang saya maksudkan sebagai bentuk pendampingan memberikan teladan secara langsung rasa empati kepada sesama. Saya laksanakan pada event peringatan hari-hari besar Islam maupun Nasional. Juga pada saat suasana kegembiraan, misalnya upacara pernikahan mahasiswa atau alumni, dan pada saat yang tidak menyenangkan, misalnya terjadinya musibah alam maupun kemanusiaan. Dengan keteladanan yang saya perankan itu para mahasiswa kini semakin menunjukkan kematangan dalam sikap dan tindakan terhadap pola kehidupan keseharian. Memandang saya sebagai dosen yang tidak acuh tak acuh dengan mahasiswanya. Betapa kadang masih ada mahasiswa yang menilai sebaliknya, karena memang kurang merasa nyaman disiplin yang saya lakukan secara ketat demi penjaminan mutu lembaga pendidikan.

Keterbukaan terhadap Kritik

Dosen profesional adalah terbuka dan ramah terhadap kritik. Orang profesional biasanya terbuka terhadap otokritik maupun autokritik.  Saya sebagai dosen mesti banyak mawas diri dan bercermin terhadap materi yang saya sampaikan dalam proses pembelajaran. Apakah sudah baik atau belum, memenuhi sasaran atau sebaliknya terhadap tujuan pembelajaran. Saya selalu memperhatikan indikasi ketercapaian pembelajaran, suasana kelas, nilai yang didapatkan oleh mahasiswa, rasa kepuasan mahasiswa terhadap penerimaan yang saya sampaikan di kelas. Sedangkan otokritik saya mintakan kepada mahasiswa pada saat sela-sela pembelajaran berlangsung. Misalnya saya tanyakan apa yang saya sampaikan cukup jelas, dapat dipahami, isinya sudah memenuhi standar materi matakuliah atau barangkali terlalu cepat atau lambat. Respon balik saya mintakan kepada para mahasiswa. Keterbukaan saya terhadap kritik dari mahasiswa berdasarkan asumsi bahwa pada saat ini para mahasiswa juga dapat dengan cepat mencari sumber-sumber bacaan lewat internet. Jika yang disampaikan oleh mahasiswa itu sesuai rujukan dan acuan sumber literasi yang jelas, maka dengan senang hati saya menerima dengan baik. Sebaliknya bila yang disampaikan itu belum menukik langsung pada materi kuliah pun, tetap saya apresiasi dengan baik---atas pertimbangan membangun karakter pembelajaran berpusat pada mahasiswa. Sehingga para mahasiswa semakin berani mengemukakan pendapatnya dan lebih terpacu untuk mengadakan penggalian materi kuliah di luar proses pembelajaran.

Pada waktu akhir perkuliahan biasanya tata usaha akademik juga mengedarkan instrumen penilaian bagi dosen  dengan respondensi mahasiswa. Dari hasil observasi kompetensi dosen yang diberikan kepada mahasiswa tersebut, kemudian saya cermati kekurangan-kekurangan yang ada pada diri saya. Kemudian segera saya perbaiki sesuai masukan mahasiswa. Contoh langsung  model keterbukaan yang saya lakukan adalah biasanya dalam proses pembelajaran terkadang saya ambilkan materi dari jurnal naskah yang saya tulis sendiri maupun yang ditulis penulis lainnya. Malah justru saya memberikan nilai yang tinggi bagi para mahasiswa yang dapat menemukan kesalahan baik kesalahan tulis maupun isi dalam jurnal tersebut. Karena saya sadari bahwa selama masih berada di bawah matahari itu tentu tidak ada yang sempurna, maka kritik dari para mahasiswa justru sangat saya perlukan untuk memperbaiki yang belum dapat dilaksanakan secara optimal dalam pembelajaran.

PENGEMBANGAN KEILMUAN

 Produktivitas Ilmiah

Karya ilmiah menjadi sangat berarti bagi seorang dosen. Dengan menulis banyak yang bisa dirasakan langsung oleh penulis. Diantaranya pengetahuan, pemahaman, cara mendiskripsikan, dan keterampilan menganalisis suatu permasalahan dengan baik. Dengan banyak menulis semua keterampilan terasah, sehingga keilmuan seorang dosen lebih dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Adapun produktivitas ilmiah selama menjadi dosen sebagaimana karya-karya yang sudah saya publikasikan dengan judul berikut ini:

Lembaga Wakaf: Suatu Edukasi, Solusi Pembiayaan Pendidikan Islam, (Tulungagung: Edukasi, STAIM Press, Vol. 01/No. 01, 2013), ISSN-23383054, halaman 128-138.

International Proceeding, The Development of Islamic Studies in Indonesia and Malaysia, Postgraduate of Maulana Malik Ibrahim State Islamic University Malang dan Faculty of Islamic Studies The National University of Malaysia, Pengembangan Nilai-nilai Keislaman di Bali pada Era Digital, International Proceeding, The Development of Islamic Studies in Indonesia and Malaysia, (Malang: UIN Press, 2014), ISBN 13: 978-602-14259-3-0, halaman 277-292.

Hymne Orang Asing-Puisi dan Prosa, (Yogyakarta: Interlude, Februari 2016), ISBN 978-602-73873-2-3, halaman i s/d xi &1 s/d 123.

Profil Mushola Jabal Nur, (Tulungagung: STAIM Tulungagung, Februari 2016), ISBN-978-602-71303-3-3, halaman i s/d xiii & 1 s/d 151.

Perjalanan Menuju Pulau Harapan, (Tulungagung: STAIM Tulungagung, Februari 2016), ISBN-978-602-71303-2-6, halaman i s/d ix & 1 s/d 67.

Widya Balina Jurnal Pendidikan dan Ekonomi, Strategi Pengembangan Karakter Islami dalam Pembelajaran PAI, (Denpasar: STAI Denpasar Bali Press, Juni 2017), ISSN 2477-6491,  halaman 503 s/d 522.

Widya Balina Jurnal Pendidikan dan Ekonomi, Tata Kelola Pendidikan Tinggi dalam Organisasi NU dan Muhammadiyah, (Denpasar: STAI Denpasar Bali Press, Juni 2017), ISSN 2477-6491, halaman 733 s/d 756.

Widya Balina Jurnal Pendidikan dan Ekonomi, Implikasi Supervisi dalam Manajemen Pendidikan Islam, (Denpasar: STAI Denpasar Bali Press, Juni 2017), ISSN 2477-6491, halaman 01 s/d  27.     

The Role of Mushola Jabal Nur in Strengthening Aqidah Islamiyah and Mental Improvement Society, (Nganjuk: Journal of Islamic Education/Open Journal System, 2017), ISSN Online 2599-3046, halaman 118-141.

Accreditation Policy and Quality of Higher Education, (Nganjuk: Journal of Islamic Education/Open Journal System, 2018), ISSN Online 2599-3046, halaman 89-104.

Makna dan Kegunaan

Dari jumlah sepuluh karya yang tercantum pada pengembangan keilmuan produktivitas ilmiah, 4 (empat) diantaranya berkualifikasi ISSN, dan 4 (empat) lainnya ISBN, dan dua yang lain berkualifikasi ISSN Online. Sedangkan perspektif kategori naskah 7 diantaranya  karya ilmiah, baik hasil penelitian maupun kajian pustaka. Sedangkan dua diantaranya sebagai karya sastra, dan satu refleksi semi penelitian action research (Profil Mushola Jabal Nur).

Pada naskah ilmiah saya gunakan sebagai penunjang pembelajaran di kelas dan percontohan bagi para mahasiswa, dosen, dan tujuan pengembangan keilmuan. Dua karya sastra berguna untuk refleksi diri dalam berkesenian dan sering saya jadikan visualisasi pentas seni kegiatan "Baca Puisi," pelatihan "Penulisan Puisi," bentuk ekspresi "Creative writting," yang saya selenggarakan di lingkungan mahasiswa, pelajar, dan komunitas seni. Pernah saya jadikan rujukan diskusi pengadilan puisi di Sanggar Teater Eska UIN Yogyakarta pada tahun 2016;  Kegiatan OPAK di Kampus STAI Denpasar-Bali; Yayasan Pendidikan Terpadu Baitul Amin, Nusa Dua, Bali; Komunitas Jatijagat Kampung Puisi, Renon; Bentara Budaya--Kompas Group di Jalan Ida Bagus Mantra-Bali.

Setiap kali saya mengadakan pelatihan, workshop, alamat akun--web saya dengan alamat https/imammuhayat kompasiana, alhayat.or.id  yang melihat dan berkesempatan membaca naskah-naskah yang saya tulis sejumlah 72, 962 pengunjung-per-tanggal 12 Oktober 2018. Sedangkan pada home page saya di: alhayat.or.id, pertanggal 12 Oktober 2018 sejumlah 6.052. Di antara mereka kemudian minta izin menggandakan dengan kopian dan satu di antaranya naskah diterbitkan dalam kompulan tulisan berupa buku ber-ISBN yang mencantumkan nama saya dan akun dari Kompasiana. Adapun manfaat artikel yang saya tulis di Kompasiana itu telah nyata memberikan kontribusi langsung terhadap berbagai kepentingan, baik terkait pengembangan ilmu pengetahuan dan pemasaran berbagai produk hasil bumi, perdagangan, jasa, hasil kreatif handy craft, seni pertunjukan, dan informasi lainnya.  Karena semua tulisan di Kompasiana dapat dimanfaatkan sebagai iklan sebagaimana kesepakatan antara penulis dengan admin Kompasiana.

Diantaranya ada yang memberikan respon menarik, bermanfaat, dan aktual. Saya rasa diera digital seperti sekarang ini, teknik, strategi, dan cara yang lebih efektif agar keilmuan saya ada kelebihan kegunaannya dan kemanfaatannya harus saya publikasikan secara luas lewat media online. Awalnya memang terasa berat melakukannya. Tetapi dengan sudah biasa melakukan terasa ringan.

Usaha Inovatif

Pada naskah jurnal Edukasi berjudul, "Lembaga Wakaf: Suatu Solusi Pembiayaan Pendidikan Islam," memberikan inspirasi bagi saya menggelorakan suatu gerakan pemahaman umat, yang selama ini wakaf sering dipersepsikan dengan wakaf tanah semata. padahal betapa masih banyak bentuk wakaf yang perlu dikembangkan untuk pemberdayaan pembiayaan pendidikan Islam. Melalui wakaf produktif, wakaf  usaha tani, wakaf usaha perdagangan, wakaf  kompetensi keilmuan, wakaf  usaha penerbitan, dan lain sebagainya bertujuan mendorong dan mengarahkan kualitas lembaga pendidikan Islam. Naskah tersebut saya jadikan rujukan dalam berbagai kegiatan ceramah, pendampingan masyarakat, workshop Forum Wakaf, dan pendampingan kegiatan Badan Wakaf  Indonesia(BWI), kabupaten Badung. 

Dampak dari kegiatan yang saya lakukan mengambil rujukan literasi tersebut dapat saya gambarkan banyak di antara masjid, musala, tempat pengajian, dan lembaga pendidikan, madrasah diniyah di Kabupaten Badung-Bali akhirnya dengan cara wakaf patungan. Cara tersebut cukup efektif  hingga terkumpul dana yang signifikan, kemudian diwujudkan dalam bentuk pembangunan tempat-tempat dimaksud. Bahkan saya pernah melakukan pendampingan kepada kaya di daerah Nusa Dua. Beliau punya tanah yang lumayan luas yang sedianya diperuntukan pembangunan penginapan. 

Dengan pendampingan yang mengikutsertakan karib saya, tempat tersebut sekarang bukan menjadi penginapan, tetapi berubah menjadi lembaga pendidikan  yang dimulai dari TK sampai Madrasah Aliyah. Dengan adanya sekolah tersebut akhirnya juga berkembang usaha-usaha produktif  berupa mini market, dan pasar malam yang ramai dikunjungi banyak peminat dan yang membutuhkan kebutuhan yang diinginkan. Dengan demikian, lembaga pendidikan dapat lebih jauh mengembangkan potensi-potensi ekonomi,  kerekatan hubungan sosial kemasyarakatan, dan sosial keagamaan. Alhamdulillah, kini selain sebagian tanah tersebut menjadi aset yayasan sebagian sudah diwakafkan untuk menjaga eksistensi dan keberlanjutan lembaga pendidikan dengan kualifikasi yang baik berdasar potensi inisasi perwakafan yang saya lakukan.

Pada makalah yang saya muat di Proceeding berjudul, "Pengembangan Nilai-nilai Keislaman di Bali pada Era Digital," saya yakini terdapat nilai kebaruan yang bersifat inovatif. Sebab, saat berkembangnya era digital tidak sedikit kebingungan umat untuk mengambil suatu sikap menerima atau menolak. Permasalahan yang dihadirkan sesungguhnya bukan masalah menerima atau menolak  era digital, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana kita dapat memanfaatkan media informasi yang begitu dahsyat itu menjadi potensi pemberdayaan untuk berbagai kepentingan. Saat saya mengadakan diskusi di lingkungan kos di Batu bersama teman-teman akademik yang sedang menempuh pendidikannya, ternyata mereka sepakat teknologi digital ini mesti kita akomodasi secara bijak untuk kepentingan kemaslahatan umat. 

Dengan memberikan kesimpulan bahwa umat harus mampu memanfaatkan teknologi digital ini sebagai bagian yang tak terpisahkan untuk mengembangkan dahwah Islamiyah atas dasar nilai-nilai Islam mengenai akidah, ibadah, dan akhlak. Oleh karena itu belakangan banyak bermunculan media online yang mengarah untuk kebutuhan itu. Termasuk kami yang saat itu mengadakan lingkar diskusi era digital, akhirnya dari komunitas kecil anak kos di Pendem,  Batu, Malang--dapat menghasilkan kesepakatan menerbitkan sebuah Journal of Islamic Education "Al-Hayat,"  sebagai media online. Alhamdulillah sudah banyak yang merasakan kemanfaatan bagi banyak orang lewat respon aktifnya lewat media digital juga.

Makalah yang berjudul, "Accreditation Policy and Quality of Higher Education," sebagai wujud pengawasan saya terhadap mutu di mana saya mengajar, yaitu STAI Denpasar, Bali. Artinya secara tidak langsung saya sudah menetapkan sebuah fenomena paradigma baru keilmuan, bahwa mutu pendidikan dalam pencapaian mutunya mesti melewati proses akreditasi yang dilakukan oleh lembaga pendidikan tersebut. Karena dengan kegiatan itu sudah pasti fasilitas-fasilitas baru yang lebih representatif. Peralatan dan media pendidikan yang baru juga dilengkapi sesuai kebutuhan. Semua itu sebagai wujud langkah nyata penjaminan mutu lembaga pendidikan tempat saya mengajar. Naskah ini saya tulis saat lembaga di mana saya mengajar sedang mempersiapkan pelaksanaan akreditasi Prodi Manajemen Pendidikan Islam STAI Denpasar-Bali. 

Disamping kesiapan kami menyongsong kehadiran asesor dari BAN PT., sebagai civitas akademika selalu berusaha mewujudkan kualitas Tri Dharma Perguruan Tinggi.  Upaya-upaya telah kami lakukan dengan membaca secara seksama mengenai standar ukur yang disodorkan BAN PT berdasarkan peraturan pemerintah tentang akreditasi. Saya bersyukur atas kiat yang saya, kami lakukan baik dari segi pemahaman secara verbal dan menimba berbagai pengalaman dari mereka yang sudah melaksanakan akreditasi yang sebelumnya peringkat lembaga kami berkualifikasi peringkat akreditasi C berubah menjadi B. Semangat untuk mewujudkan akreditasi yang lebih baik dibanding sebelumnya, maka kami semua mempersiapkan dengan baik juga sekaligus mencermati berbagai literatur yang membahas tentang proses pelaksanaan akreditasi. 

Tentu tidak ada yang lebih nyata dari hasil akreditasi tersebut, tanpa adanya peningkatan fasilitas ruangan , menambah jumlah buku-buku perpustakaan, menjalin banyak kerjasama, mengadakan koordinasi dengan berbagai lembaga penelitian, dan menguatkan kompetensi para dosen dengan mengikuti berbagai latihan kerja baik bersifat akademik maupun non-akademik. Saya sadar bahwa akreditasi yang diperoleh oleh setiap PT harusnya tidak hanya ditempatkan sebagai pajangan asal para pejabat senang, tetapi lebih dari wujud kesadaran spiritual apa yang dilaksanakan oleh institusi beserta SDM yang bersangkutan selalu dilandasi nilai-nilai profetik. 

Penguatan jatidiri semua pemangku kepentingan dengan sifat-sifat profetik tersebut dapat dipastikan tidak akan tergerus arus zaman dengan kondisi dan situasi apa pun. Karena memang semua yang dilakukan para pemangku kepentingan itu tidak lain hanya mengharap rida-Nya, dan merupakan bagian dari ekspresi rasa syukur kepada Allah atas segala nikmat yang diberikan kepada hambanya. Karena itu makna syukur bagi saya adalah dapat mempertahankan yang baik dan mencari inovasi yang lebih baik. Contohnya yaitu peringatan-peringatan Hari Besar Islam di kampus dan masyarakat yang awalnya lebih dominan bersifat seremonial, kini dapat saya arahkan menuju kegiatan-kegiatan yang lebih produktif : penilaian madrasah diniyah, seminar, pentas seni, pameran dagang, pameran buku Islam, temu karya umat, lomba cipta-baca puisi, kompetisi anak-saleh-salehah, penilaian keluarga sakinah, penilaian peningkatan pengetahuan agama bagi para mualaf, dan penilaian kreator pengelola masjid/musala dengan keindahan, keasrian, kenyamanan, kebersihan-kesucian, dan lain sebagainya.

Konsistensi

Keilmuan yang saya dalami sebagai dosen STAI Denpasar  adalah Manajemen pendidikan Islam dan bidang khusus saya adalah manajemen evaluasi pendidikan Islam. Saya melakukan pengembangan keilmuan dengan mengikuti berbagai kegiatan yang terkait dengan manajemen pendidikan Islam dan secara khusus tentang evaluasi pendidikan Islam. Misalnya dalam kegiatan workshop, seminar, pertemuan ilmiah, penelitian, penulisan naskah ilmiah, dan pengabdian pada masyarakat menaruh minat lebih yang ada hubungannya dengan  fokus bidang keilmuan, dan keahlian akademik.  Untuk mengembangkan bidang keahlian. Misalnya saya sudah bergabung dengan organisasi, forum, komunitas manajemen dan evaluasi. Misalnya saya bergabung dengan Forum Prodi Manajemen Pendidikan Islam (FPMPI-IV), dan Perkumpulan Program Studi Manajemen Pendidikan Islam (PPMPI).

Dalam berbagai kegiatan pendampingan, saya melakukan, misalnya penguatan manajemen pengelolaan sistem informasi marbot masjid/mushola. Saya juga sudah mengadakan diskusi bulanan program studi manajemen pendidikan Islam yang saya adakan pertemuan tersebut sekali dalam satu bulan. Pada saat saya memberikan khutbah Jumat atau kajian subuh, dan kegiatan lain yang terkait dengan kelembagaan Islam tidak lupa saya rekatkan dengan manajemen pendidikan Islam dan evaluasi pendidikan Islam. 

Maksudnya, dengan pendekatan keilmuan saya itu, solusi pengembangan fokus pada masalah manajemen pendidikan Islam. Aktivitas transformasi keilmuan saya di luar keilmuan pun biasanya selalu saya rekatkan dengan memberikan tekanan dalam perspektif pendekatan manajemen pendidikan Islam. Kini sudah dapat saya rasakan bahwa kompetensi keilmuan manajemen pendidikan Islam dan evaluasi pendidikan Islam yang menjadi fokus kajian saya terasa lebih berkembang dan berkelanjutan, berikut contoh konsistensi bidang keilmuan dengan mengadakan kajian di bawah ini:

Accreditation Policy and Quality of Higher Education, (Nganjuk: Journal of Islamic Education/Open Journal System, 2018), ISSN Online 2599-3046, halaman 89-104.

  • Widya Balina Jurnal Pendidikan dan Ekonomi, Tata Kelola Pendidikan Tinggi dalam Organisasi NU dan Muhammadiyah, (Denpasar: STAI Denpasar Bali Press, Juni 2017), ISSN 2477-6491, halaman 733 s/d 756.
  • Widya Balina Jurnal Pendidikan dan Ekonomi, Implikasi Supervisi dalam Manajemen Pendidikan Islam, (Denpasar: STAI Denpasar Bali Press, Juni 2017), ISSN 2477-6491, halaman 01 s/d  27.

Target Kerja

Dalam pengembangan keilmuan target kerja yang sudah nyata saya lakukan sebagai penjaga gawang, pimpinan redaksi--mengurus langsung Jurnal Pendidikan dan Ekonomi, Widya Balina yang diterbitkan oleh STAI Denpasar, Bali. Juga, penjaga gawang, Chief Editor Journal of Islamic Education "Al-Hayat" yang diterbitkan oleh "Al-Hayat Al-Istiqomah Foundation." Sebagai pimpinan suatu jurnal saya sudah biasa dikejar dead line untuk mewujudkan hasil terbitan yang diharapkan. Karena itu dalam waktu satu tahun, rata-rata yang dapat saya wujudkan dalam bidang jurnal ini setidak-tidaknya berupa empat naskah penelitianlapangan/literer yang dapat dimuat di jurnal pengembangan ilmu yang sesuai dengan keilmuan dan spesifikasi keilmuan saya. 

Selain itu review-review pedoman akademik yang berkaitan dengan pengembangan kualitas pengajaran secara institusi, menggerakkan pengembangan keilmuan lewat seminar, workshop, diskusi mingguan dosen, pola baru pengembangan PKM, review pemberdayaan kinerja institusi, dan peningkatan kualitas berbagai kegiatan kemahasiswaan. Dampak yang dapat saya rasakan disamping dapat memberikan penguatan kompetensi mahasiswa dan saya sendiri sebagai dosen juga memberikan nilai tambah secara kuantitatif suatu target kerja menjadi kinerja yang nyata. Biasanya, jika suatu target itu belum dapat saya selesaikan, maka strategi langkah akhir adalah menyusun target baru untuk mewujudkan target lama dengan melipatgandakan jurus akhir mewujudkannya. Misalnya dalam dua bulan terakhir ini karena saya belum dapat mewujudkan penelitian terkait dengan PKM---yang saya targetkan dalam satu tahun, maka harus ada yang dapat saya hasilkan. Misalnya saat ini sudah menghasilkan produk penelitian yang berjudul:

Metode Group Investigation dan Role Playing  untuk Optimalisasi  Dialog Kerukunan;

Pendampingan MUI Kabupaten Badung terhadap Tata Informasi Masjid dalam Mendorong Kesuksesan Annual Meeting IMF-WB 2018.

Bersama-sama membangun citra institusi STAI Denpasar Bali sebagai kampus berbasis riset.

Bersama-sama menguatkan kualitas dosen STAI Denpasar Bali berkualifikasi nasional dan internasional dalam bidang penelitian dan karya ilmiah, dan dapat dimanfaatkan oleh pengguna secara optimal.

Memfasilitasi para dosen meraih kepangkatan dan serdos dengan mengadakan pelatihan dan penyamaan persepsi antara dosen dengan TU.

Memprogramkan jenjang karir dosen sedini mungkin, sehingga nantinya STAI Denpasar dapat melahirkan profesor dari lingkungan kampusnya.

Memperjuangkan kesejahteraan dosen tetap di lingkungan STAI Denpasar, Bali.

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Implementasi Kegiatan

Penerapan bidang keilmuan saya dalam pengabdian kepada masyarakat seperti yang sudah saya lakukan sebagai berikut ini:

Mendampingi kegiatan mahasiswa dalam kegiatan peduli kemanusiaan dengan penggalian dana dengan mendirikan Posko Kemanusian yang diperuntukkan bagi korban musibah bencana: gempa di Aceh, lahar dingin gunung Merapi, gempa Yogyakarta, erupsi gunung Agung, gempa di Lombok, dan terakhir gempa di Palu dan Donggala. Selain itu peduli sesama bersamaan hari Raya Qurban, terakhir kami mengadakan kunjungan untuk masyarakat pegunungan di Kutuh, Bangli. Yang menarik dan menjadi momentum pembelajaran kepedulian yang dilakukan mahasiswa STAI Denpasar, Bali, saat melakukan gerakan penggalian dana di jalan Cokroaminoto dan jalan Sudirman Denpasar---bersamaan dengan acara Annual Meeting IMF-WB 2018, maka mereka tidak diperkenankan oleh SATPOL PP, dimana saya ikut mendampingi mereka sehingga saya sendiri mengetahui apa, bagaimana yang sesungguhnya terjadi. Sehingga saya sebagai dosennya dapat mengambil jalan tengah yang dimaui SATPOL PP, sementara kegiatan peduli oleh mahasiswa juga dapat berjalan dengan baik. Kemudian kita buatkan Posko Peduli Palu dan Donggala di areal kampus yang tentu tidak mengganggu kelancaran lalu lintas.

Bersama anggota FKUB Kabupaten Badung saya sering mengadakan kunjungan kerja ke beberapa daerah di Indonesia, termasuk ke Manado untuk mengetahui dari dekat bahwa Pemda tersebut memperoleh peringkat satu dalam penerapan kerukunan di Indonesia. Saya mendapatkan pengalaman dari paparan para pejabat yang saya kunjungi termasuk di Manado tentang strategi pelaksanaan mencapai kerukunan di daerahnya. Setelah kami pulang dari Manado pengalaman dari Manado kami terapkan di wilayah Kabupaten Badung dalam bentuk sosialisasi Kecamatan seluruh Kecamatan se-Kabupaten Badung. Dampak dari kegiatan yang kami laksanakan itu akhirnya indeks kerukunan di wilayah Badung berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Agama RI, Badung mendapat indeks kerukunan dengan nilai 78,5.

Contoh lainnya, pada saat terjadi gempa 7,0 SR di Pidie Aceh saya bersama kawan-kawan yang berasal dari MUI Kabupaten Badung mengadakan penggalian dana untuk membantu saudara kita yang terkena musibah di Pidie Aceh Jaya. Himbauan dan seruan yang saya sampaikan lewat MUI---dimana saya sebagai Sekjen MUI Kabupaten Badung, mendapat respon umat muslim Kabupaten Badung yang luar biasa. Hingga saat itu ada seorang orang yang sangat respek terhadap kegiatan kami, dan ia bersedia membangun satu masjid dengan biaya sumbangannya sendiri. Selama kunjungan di Pidie Aceh Jaya tersebut saya juga sempat mengadakan pendampingan di Pondok Pesantren Dar Maryam untuk penguatan kualifikasi akademik di pesantren dengan harapan dampak trauma gempa yang barusan terjadi tidak berpengaruh pada kejiwaan mereka. Belakangan saya dapatkan informasi, bahwa dengan pendampingan saya tersebut mereka banyak yang diterima di perguruan tinggi, awalnya kalkulasi penerimaan di PTN 25 persen miningkat menjadi 35 persen.

Selama menjadi dosen saya menawarkan mengadakan pendampingan di sejumlah masyarakat dengan berbagai pengembangan, baik bersifat pengembangan fisik maupun rohani. Kegiatan tersebut saya tawarkan  di beberapa masjid, paguyuban, komunitas muslim, majelis taklim, ibu-ibu muslimah diantaranya: Masjid Al-Fattah Taman Griya, Jimbaran Bali, Masjid Jabal Nur Nusa Dua, Bali, masjid Baitul Ummah, Kekerabatan Al-Hayat Al-Istiqamah, kabupaten Nganjuk, Kekerabatan Bani Hasyim Cangkring, Nganjuk, Jawa Timur. Belakangan dari yang pernah saya dampingi tersebut diantaranya berubah status kelembagaannya menjadi yayasan yang berstatus legal formal, sebagai pendampingan bersifat kualifikasi manajemen pendidikan Islam.

Saya dalam pengabdian kepada masyarakat biasanya bekerjasama dengan ketua PKM hubungannya dengan bhakti sosial, mahasiswa dan dosen terjun di masyarakat pada saat terjadi penggusuran kampung di serangan, dan juga kegiatan kemasyarakatan di desa Kutuh, kabupaten Bangli.

Perubahan

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang saya lakukan secara langsung atau dengan cara mengikuti dari belakang untuk kegiatan mahasiswa---yang biasanya mahasiswa itu kalau mengadakan kegiatan, kadang melalui pemberitahuan, kadang juga tidak. Namun saya sebagai Kaprodi Manajemen Pendidikan Islam selalu memantau kegiatan mahasiswa itu dengan berbagai cara, sehingga saya selalu mengetahui kegiatan di luar kampus yang mereka adakan. Dengan berbagai kejadian kegiatan yang dilakukan mahasiswa yang positif tentu tidak ada masalah. Namun dengan kegiatan yang justru menimbulkan masalah tentu harus dievaluasi. 

Evaluasi bisa saya sampaikan pada saat tertentu dan dengan pendekatan lain. Intinya bahwa keterlibatan dosen dalam aktivitas kemahasiswaan yang bersifat ekstra sangat bermanfaat untuk bahan evaluasi dan evaluasi yang saya sampaikan tepat pada sasaran yang dituju. Nilai positifnya saya dapat mendampingi kegiatan mahasiswa, maka mahasiswa semakin akrab dengan saya dan komunikasi semakin terjalin dengan baik. Suatu saat mahasiswa dilarang mencari dana kepedulian untuk Palu dan Donggala yang kebetulan saya ikuti dari belakang, sehingga saya dapat menyelesaikan permasalahan dengan SATPOL PP Kodya Denpasar dengan baik dan mahasiswa saya tarik mundur menuju kampus dengan kerelaan mereka semua.

Dampak kepedulian yang saya lakukan bersama MUI Kabupaten Badung saat terjadi gempa di Pidie Aceh, saya bersama teman-teman lain dapat meyakinkan umat muslim se-Kabupaten Badung, pertama dapat mengumpulkan dana dari seseorang saja dapat membangun kembali satu masjid yang ada di Pidie, Aceh Jaya sebelumnya rata dengan tanah. Dari hasil penggalian dana lainnya dapat disalurkan langsung kepada para korban dengan memberikan santunan, dan sebagian lain dapat untuk kegiatan pendampingan di Pesantren Dar Maryam dengan mendanai penguatan ketrampilan mereka. Putri-putri pesantren dibelikan mesin jahit sebanyak 50 set. Selain itu pendampingan akademik, yang belakangan dilaporkan sebelumnya sekitar 25 persen menjadi 35 persen diterima di Perguruan Tinggi negari, baik di Aceh dan di luar Aceh.

Contoh kegiatan perjalanan saya sebagai anggota FKUB kabupaten Badung di beberapa daerah di Indonesia, pada tahun ini di Manado dan kota Tarakan. Sebagai contoh langsung kami mengorek informasi dari kota Manado yang mendapat kualifikasi indeks nilai kerukunan tertinggi di Indonesia. Belakangan kami terapkan di kabupaten Badung dengan mengadakan sosialisasi kerukunan, yang sebelumnya indeks kabupaten Badung mencapai 71,2 belakangan naik menjadi 78,5 berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kemenag RI pada bulan September 2018.

Hasil pendampingan yang selama ini saya lakukan terutama pada kelembagaan, perkumpulan, kekerabatan berdampak signifikan. Misalnya pendampingan yang saya lakukan di Masjid Al-Fattah Taman Griya, Jimbaran, sebelumnya masjid tersebut belum mempunyai badan hukum yang berbentuk yayasan, kini sudah berbentuk yayasan yang di dalamnya saya sebagai Anggota Badan Pembina Yayasan Masjid Al-Fattah Taman Griya, Jimbaran, Bali. Juga di Yayasan Wira Husada Badung yang sebelumnya tidak ada lembaga pendidikan, kini lengkap terdapat pendidikan mulai dari TK sampai Aliyah. Di dalamnya saya sebagai Humas yayasan. Adapun pendampingan selanjutnya saya lakukan di lingkungan kekerabatan di Nganjuk kini terbentuk Yayasan Bani Hasyim Cangkring, dan Yayasan Al-Hayat Al-Istiqomah, pada kedua yayasan tersebut saya sebagai pembina. Manfaat langsung pada yayasan Al-Hayat kini sudah mempunyai Journal of Islamic Education Al-Hayat dengan kualifikasi OJS yang bermanfaat langsung dalam pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Alhayat sudah terindeks nasional maupun internasional. Moraref, Mendeley, LIPI, Akademia, dan indexing lainnya.

Dukungan Masyarakat

Saat erupsi Gunung Agung, terlihat masyarakat belum terbiasa memakai masker. Dengan sosialisasi yang saya sampaikan risiko tingkat kerawanan pada gangguan pernafasan, akhirnya masyarakat 98 persen mau memakai masker. Juga dengan sosialisasi bahaya pembalakan liar di hutan gunung Agung yang sebelumnya belum disadari sepenuhnya, kini mereka sadar bahwa pohon penting sebagai penahan air. Bahkan, kini mereka sadar reboisasi  gunung Agung harus diwujudkan melalui gerakan masyarakat. Akhirnya kegiatan itu dapat bermanfaat dimana kawasan itu menjadi tempat wisata yang asri sekaligus untuk memperkenalkan produk kuliner masyarakat Karangasem dengan peningkatan pendapan harian meningkat 100 persen. Padahal sebelumnya mereka mengandalkan hasil dari menggarap ladang saja.

Pengabdian kepada masyarakat yang saya lakukan di balik kenyataan masyarakat heterogen, multikultural dengan dinamika perubahan yang tidak pernah selesai bersama kawan-kawan lintas agama hasilnya menunjukkan antarmasyarakat saling memahami, saling menghormati, saling menjaga, dan saling memberikan perlindungan antara yang satu dengan lainnya. Yang lebih nyata dapat saya rasakan bahwa kami sebagai muslim yang minoritas di Bali tumbuh kesadaran harus pandai menempatkan diri dan sebaliknya saudara kami yang Hindu sebagai mayoritas sepakat siap melindungi berbagai hajat hidup dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya beberapa masjid di kabupaten Badung ditandai oleh prasasti Bupati Badung. Madrasah milik umat Islam satu diantara gedung lainnya mendapat bantuan. Kami rasakan jaminan kesehatan bagi umat muslim pun tidak dibedakan dengan umat lainnya. Itulah bentuk dukungan pejabat dan masyarakat di Bali. Misalnya lagi pada saat umat muslim melaksanakan salat Jumat, karena rata-rata masjid/musala di Bali sangat kekurangan tempat parker, maka penjaga, penata, dan pengaman arus lalu lintas notabene non-Muslim. Dengan demikian 100 persen keamanan, kenyamanan umat muslim melaksanakan ibadahnya terjamin dengan baik.

Keberhasilan pengabdian kepada masyarakat yang selama ini saya lakukan hampir 95 persen didukung umat dan masyarakat. Contoh, pedulu renovasi kembali musala Al-Ikhlas, Nusa Dua, yang kebakaran akhir tahun 2016, Kegiatan kemanusiaan di Aceh, erupsi Merapi, Gempa di Yogyakarta, erupsi Gunung Agung, gempa di Lombok, dan terakhir di Palu dan Donggala, semua atas dukungan pejabat, umat, dan masyarakat. Tercatat, misalnya, musala al-Ikhlas, Nusa Dua yang kebakaran hanya tengat waktu 3 bulan sudah berdiri kembali untuk kegiatan ibadah dan diniyah. Kegiatan kemanusian di atas biasanya kita kerjasamakan dengan beberapa lembaga untuk kemudian diantar bersama di tempat tujuan. Berkat kerjasama semua pihak semua masalah dapat teratasi dan bantuan tepat  sasaran sesuai program perencanaan.

Kemampuan Komunikasi

Konsep komunikasi yang baik bagi saya adalah, "saring sebelum share." Sewaktu mengadakan pengabdian kepada masyarakat beberapa pertanyaan terlintas di benak saya: apa berada di mana, untuk apa, dengan siapa harus berkolaborasi, dan bentuknya seperti apa, bagaimana mewujudkannya. Setelah masalah-masalah saya temukan kemudian membuat gambaran singkat sebagai rumusan menyusun perencanaan program untuk pijakan pelaksanaan hingga pembahasan dan hasil. Dengan kejelasan semua itu sebagai pijakan saya mengadakan komunikasi dengan tim pelaksana. Kemudian kami juga harus menggandeng orang lain untuk berkolaborasi dengan orang yang tepat sesuai fokus pengabdian kepada masyarakat tersebut. Kejelasan program yang hendak saya laksanakan itu akan lebih mudah meyakinkan banyak orang, khususnya bagi mereka yang langsung saja ajak komunikasi.

Contohnya, pada saat saya mengadakan pendampingan untuk membenahi perpustakaan di kampus STAI Denpasar, Bali, saya harus bekerjasama dengan ahli perpustakaan yang bernama bapak Ahmad Poso (Allahu Yarham, yang beberapa bulan kemudian beliau meninggal dunia), dengan keahliannya kemudian memberikan materi tentang perpustakaan. Karena beliau tidak mungkin mengerjakan sendirian pekerjaan teknis, maka saya komunikasikan dengan staf TU, memberdayakan petugas administrasi STAID yang bernama Wilda, dan saudara Lukman Mudzakkir untuk mewujudkan pekerjaan teknis tersebut. Dalam satu bulan perpustakaan STAID  berubah 100 persen dengan indeks buku yang tertata rapi.

Pada kesempatan lain, saya juga mengadakan pengabdian kepada masyarakat  untuk pembenahan perpustakaan di Lembaga Pendidikan Terpadu Baitul Amin Nusa Dua, Bali. Tentu saya tidak biasa melaksanakan pekerjaan teknis tersebut. Kemudian saya menghubungi Kepala UPT UIN Yogyakarta yang bernama Dr. Labibah Zain, agar beliau sebagai pimpinan dapat mengirimkan mahasiswa KKN-nya Prodi Perpustakaan ke Bali. Benar komunikasi yang saya sampaikan direspon oleh beliau dengan mengirimkan 2 orang mahasiswi KKN ke Lembaga Pendidikan Terpadu Baitul Amin. Selama dua bulan 2 mahasiswi melaksanakan KKN semua pekerjaan teknis 2000 eksemplar lebih buku terindeks, dan keduanya juga dapat mendampingi guru-guru untuk melanjutkan pekerjaan dengan hasil yang gemilang. Semua buku terdata dan terindeks berdasarkan klasifikasinya.

Saat kami mengadakan renovasi mushola Jabal Nur, Nusa Dua, Bali, karena di Bali untuk membangun saja belum tentu tidak menghadapi masalah dengan lingkungan, maka saya menghadap langsung dengan kelian adat dan kelian dinas---yang kemudian disarankan agar pemborongnya bersifat kolaboratif antara Muslim dan Hindu. Atas saran tersebut kemudian kami menunjuk kontraktor CV. Bali Cemerlang miliknya, maaf, orang Hindu.  Saat pekerjaan mulai dikerjakan ternyata pihak kontraktor menunjuk pengawasnya berasal dari unsur Muslim, sehingga semua pekerjaan berjalan dengan baik tidak ada kendala-kendala yang berarti, dan berjalan lancar. Semua itu berkat komunikasi timbal balik dengan iktikad kesepahaman bersama, tentu semua itu melalui kelancaran dalam melaksanakan komunikasi yang baik untuk mencapai tujuan.

Kerjasama

Tumbuh--kembangnya kesepahaman bersama sebagai wujud awal suatu kerjasama. Karena kerjasama memang harus dimulai dengan kesepahaman untuk mencapai tujuan. Saya pernah melakukan kerjasama dengan sebuah media koran Harian Tribun Bali. Bentuk kerjasama berupa pelatihan jurnalistik bagi santri Diniyah Mushola Jabal Nur dalam rangka Pesantren Ramadan. Pihak Tribun Bali  sepakat mengirim wartawannya dalam pelatihan tersebut tanpa uang transport dan honor, namun dengan kesepahaman itulah kita dengan bijak menetapkan putusan demi kebaikan bersama, dan tentu keberlanjutan dalam melaksanakan program hingga dapat meberikan impact nyata bagi mereka yang mengikuti pelatihan. Beberapa bulan kemudian para peserta latihan diantara karya-karya naskahnya dimuat di Harian Tribun Bali.

Suatu saat, saya sebagai pimpinan, "Journal of  Islamic Education Alhayat," dituntut para penulis minta dikirimi paper journal. Karena minimnya dana yang ada, maka saya melakukan kerjasama dengan Musala Jabal Nur, MUI Kabupaten Badung  untuk penggalian dana lewat amplop dimulai saat sebelum salat Jumat. Keberanian itu harus saya lakukan karena saya yakini bahwa misi yang saya lakukan itu adalah merupakan suatu gerakan dakwah literasi yang selama ini masih dianggap asing bagi umat. Lain halnya pada saat mengadakan pengajian mereka ramai-ramai mengadakan penggalian dana dari pintu ke pintu pun dianggap sangat wajar. Oleh sebab itu, saya tidak harus menyerah karena esensi dakwah yang sesungguhnya tidak hanya seperti apa yang mereka persepsikan, bahkan seperti yang saya lakukan pun tidak lebih rendah nilainya dengan yang mereka lakukan. Keberanian saya seperti itu akhirnya kini banyak yang bisa memahaminya. Paling tidak sudah mulai mendapat apresiasi sebagian jamaah. Dampak langsung apa yang sudah saya lakukan adalah menginspirasi mereka. Kemudian, secara nyata berkembang literasi umat Islam.

Contoh lagi dapat saya suguhkan, sebagai ilustrasi buah kerjasama yang saya lakukan. Sebelum berdirinya Lembaga Pendidikan Terpadu Baitul Amin Nusa Dua, Bali, jauh hari sebelumnya saya sudah merancang berdirinya lembaga pendidikan yang saya maksud itu. Strategi langkah pertama adalah saya harus bisa memanfaatkan lahan kosong itu untuk kegiatan ekonomi. Saya kontraklah sebagian lahan tersebut untuk kegiatan ekonomi. Belakangan saya tawari yang punya lahan agar di belakang warung senggol didirikan lembaga pendidikan. Awalnya yang punya lahan menolak dengan alasan akan didirikan penginapan. Karena tempat tersebut bersebelahan dengan masjid, maka saya tetap berusaha keras meyakinkan pemilik lahan bisa berdiri lembaga pendidikan.

Tentu tidak mudah untuk meyakinkan orang, karena itu harus lewat orang lain, kebetulan saya punya teman akrab yang bekerja di Kemenag RI bernama, Nur Arifin. Suatu ketika ia berada di Bali  menginap di Sanur Beach. Maka saya ajaklah yang punya lahan itu, H. Jafar Daeng Tombong bersama ibu Yethi Sinaryati menemui saudara Nur Arifin, yang sebelumnya sudah saya sampaikan kepadanya agar ia dapat meyakinkan bapak/ibu bersedia merelakan lahannya untuk lembaga pendidikan. Tidak cukup kami menemuinya di hotel. Tepat tengah malam, saudara Nur Arifin bersama yang punya lahan langsung meninjau lapangan. Hasil pertemuan tersebut terasa berhasil dapat menyakinkan beliau berdua.

Kemudian, hari berikutnya--saya lanjutkan menghubungi bapak Drs. H. Wayan Syamsul Bahri, yang kebetulan beliau saat itu Kabag TU di Kanwil Provinsi Bali. Gayung bersambut, terjadilah akumulasi, liquifaksi niat yang serius bahwa beliau berdua sangat bertekat mendirikan lembaga pendidikan. Dengan berjalannya waktu bersamaan urusan administrasi yang tuntas, bergulirnya hari demi hari--puncaknya pada tahun 2012, awalnya babak baru terukir tinta emas--berdiri TK dan MI saja dan setahun kemudian MTs, dan Aliyah. Kini lembaga pendidikan terpadu Baitul Amin, Nusa Dua--berdiri megah bersebelahan dengan Puja Mandala, Nusa Dua, Bali. Saya yakin cikal bakal pendidikan itu akan bermanfaat sampai kapan pun juga. Seperti pada awal sebelum berdiri saya sampaikan ungkapan serupa kepada yang punya lahan, H.M. Jafar Daeng Tombong dan ibu Hj. Yethi Sinaryathi. Berkat perjuangan itu betapa saya tidak terjun langsung di lembaga tersebut, karena kesibukan saya sebagai dosen, beliu masih setia memberikan tanda mata paling tidak saat lebaran, dan sampai naskah ini saya tulis--mereka masih memberi  tali asih sebagai tanda penghormatan langkah-langkah profesional yang pernah saya lakukan. Manfaat kerjasama!

Selain itu, saya sebagai ketua Prodi sudah melakukan kerjasama, baik yang saya lakukan untuk menunjang kegiatan akademik, misalnya pelaksanaan KKN, PPL, KKL yang memerlukan MoU agar pelaksanaan kegiatan tersebut berjalan dengan baik. Kerjasama lainnya terkait penguatan institusi yakni dengan melakukan kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi: kerjasama dengan UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang, Unisma, Malang, UIN Sunan Ampel Surabaya, IAIN Jember, IAIN Tulungagung, Universitas NU Blitar, Pondok Pesantren Modern Gontor, Ponorogo, dan masih banyak lainnya.

MANAJEMEN PENGELOLAAN INSTITUSI

Implementasi Kegiatan

Setelah saya menjabat sebagai ketua Prodi MPI STAI Denpasar Bali lebih banyak tugas yang harus saya emban untuk meneruskan kegiatan-kegiatan, baik internal institusi maupun eksternal institusi. Tugas-tugas di luar kampus untuk menghadiri berbagai pertemuan yang sealur dengan institusi MPI. Misalnya menghadiri pertemuan PPMPI di Yogyakarta pada 24-26 April 2018, dan pertemuan FPMPI-IV Surabaya pada 6 Agustus 2018, dan masih banyak pertemuan lainnya yang dihadiri. Selain ini dalam kegiatan internal institusi menyiapkan, merencanakan, melaksanakan, membuat laporan dan evaluasi kegiatan PPL, KKL, KKN yang diselenggarakan setiap tahun akademik. Semua kegiatan tersebut terangkum dalam wujud buku laporang yang dicetak internal kampus. Hal itu saya maksudkan untuk memenuhi kriteria-kriteria isian dan persyaratan menyatakan secara langsung berasal dari isian Borang Institusi dan upaya peningkatan kualifikasi akreditasi kampus melalui BAN-PT.

Saya mengenal baik dengan pengurus Yayasan yang mengelola seluruh operasional kegiatan kampus. Juga, akrab dengan ketua STAI Denpasar-Bali. Pemikiran-pemikiran terkait dengan pengembangan pengelolaan kampus biasanya tidak harus saya sampaikan pada saat pertemuan rapat resmi. Namun dapat saya sampaikan pertemuan non-formal sekalipun. Misalnya pengelolaan dan pengembangan perpustakaan yang awalnya belum secara keseluruhan terindeks dengan baik saya usulkan untuk segera dikerjakan untuk menyongsong akreditasi kampus. Gayung bersambut, masalah terurai, pelaksanaan dimulai, pekerjaan selesai. Semua itu tentu berkat komitmen bersama dan integritas aktivitas berbasis kinerja.

Perspektif eksistensi Jurnal Pendidikan dan Ekonomi "Widya Balina" yang diterbitkan oleh STAI Denpasar, Bali--setelah terbit satu kali pada tahun 2015 banyak kendala-kendala sampai awal tahun 2016, dan kemudian saya mengajukan penanganan langsung yang akhirnya dapat berjalan lancar. Selama saya terjun di dalamnya, sudah terbit 4 nomor terbitan. Tentu masih perlu penanganan serius untuk menjaga konsistensi terbitan dan kualitas tampilan isi agar cepat memperoleh peringkat akreditasi jurnal.

Saya sebagai ketua Prodi MPI STAI Denpasar, Bali selalu memberikan masukan kepada para dosen, baik secara langsung maupun tidak langsung terkait proses pembelajaran di kelas agar penjaminan mutu dapat berjalan dengan baik. Karena itu tidak segan-segan kemudian saya share lewat WA tentang model, "Course of Outline" agar proses pembelajaran berlangsung runut, berikut penilaian berjalan tertib. Pengelolaan institusi selama saya menjabat sebagai ketua Prodi MPI sudah mengadakan review pedoman akademik berbasis KKNI. Hasilnya adalah terbitan baru 1 buah buku peer-review pedoman akademik tahun 2018.

Sadar diri masih banyak kekurangan dalam pengelolaan institusi, saya selalu menyempatkan kehadiran dalam berbagai pertemuan ilmiah, workshop, Bimtek, pelatihan, dan lokakarya tentang tata kelola institusi. Pertemuan yang pernah saya hadiri adalah di Malaysia, Singapore, dan Thailand, serta di dalam negeri sendiri yang terekor di CV---walau terkadang tidak mendapat bantuan dana kampus---saya hadiri acara agar mendapat pengetahuan, ketrampilan baru sebagai pengembangan diri sebagai dosen dalam ikut serta menguatkan pengelolaan institusi. Sebab saya yakin dengan pengelolaan institusi yang baik, dampaknya bertambah kualitas pembelajaran. Dalam bidang penelitian, jika mengandalkan bantuan kampus tentu tidak cukup, maka kerjasama dengan institusi dan lembaga lain sebagai target. Hasilnya saya dapat bantuan dari FKUB, MUI, kerjasama dengan perorangan, beberapa masjid/musala, dan dengan Jaringan Pengusaha Muslim Indonesia (JPMI) kabupaten Badung-Bali. Semua itu tentu akan dapat menambah penguatan dalam pengelolaan institusi sebagaimana yang kita harapkan bersama.

Terkait dengan penguatan mahasiswa STAI Denpasar Bali, saya pernah menghadirkan penyair Aly D. Musyrifa dan Dr. Labibah Zain di STAI Denpasar, Bali, dengan kegiatan literasi dan seni budaya. Betapa berlangsung hanya sehari, alhamdulillah dengan kegiatan tersebut penguasaan mahasiswa tentang seni budaya dan teknik penulisan puisi berkembang di STAI Denpasar-Bali. Terbukti setiap kegiatan tahunan Orientasi Pengenalan Kampus (OPAK) selalu dijadikan salah satu agenda dalam kegiatan tersebut, dan kian tumbuhnya minat mahasiswa dalam bidang seni budaya.

Dukungan Institusi

Semua kegiatan kampus sudah tertuang pada perencanaan program akademik satu tahun ke depan. Semua kegiatan yang tertuang tersebut memang harus disertai perencanaan program yang jelas. Selama proposal yang disampaikan itu jelas, biasanya selalu disetujui oleh yayasan dan pimpinan kampus. Misalnya penggandaan review buku pedoman pelaksanaan program akademik yang harus dicetak untuk masing-masing dosen, penerbitan Jurnal, penambahan buku yang berbasis Prodi setiap tahunnya, peremajaan alat-alat kantor untuk kelancaran administrasi, perlengkapan media pembelajaran dan maintenence-nya ... selalu mendapatkan dukungan dari yayasan dan ketua. Selain itu,  saat saya sampaikan permasalahan ruang perkuliahan karena silang pemakaian dalam waktu bersamaan dan menjadi kendala proses pembelajaran, pihak yayasan langsung sigap responsif, dan kini sedang dikerjakan sebanyak 3 ruang tambahan.

Sedangkan keperluan-keperluan lain berkaitan keperluan mobilisasi menghadiri undangan dan keperluan antar jemput tamu dari/ke Bandara, karena sering harus mengadakan koordinasi dengan instansi pusat dan dengan mereka yang berkepentingan pendidikan, maka kita usulkan kampus punya mobil khusus untuk keperluan tersebut. Alhamdulillah sudah membeli mobil baru. 

Sedangkan yang saya usulkan hubungannya dengan pengembangan kampus yang mesti terpisah dengan lembaga pendidikan dasar dan menengah masih dalam tahap perencanaan, sedang persiapan lahan sudah ada tinggal kesiapan membangun lokasi. Berkaitan dengan tambahan kesejahteraan dosen pengajar yang beberapa tahun lalu belum bisa memberikan uang transpor kepada dosen, mulai tahun lalu sudah dapat dirasakan oleh para dosen.

Dalam kegiatan PPL dan KKN yang tahun lalu dilaksanakan PPL-KKN  integratif, saat pertemuan review kegiatan akademik saya sampaikan kelemahan dan kebaikannya dengan pertimbangan penjaminan mutu STAI Denpasar-Bali, akhirnya mendapat tanggapan serius sehingga berhenti PPL/KKN integratif tahun 2018.

Kebelulan tahun 2018/2019  adalah tahun politik. Hal ini saya diskusikan dengan hasil diskusi berupa dukungan politik yang dilakukan oleh unsur pimpinan STAI Denpasar tidak boleh dilakukan secara fulgar. Saya kritisi agar para akademisi dapat bermain cantik dalam hal dukung-mendukung pasangan calon tersebut diganti dengan cara menghadirkan tokoh-tokoh netral dalam membahas politik dalam perspektif akademik.

Sedangkan tentang pemikiran laboratorium pembelajaran di STAI perlu dibangun sedemikian rupa. Kedua Prodi MPI dan PAI sudah punya laborat yang mantap, baik berupa media pembelajaran maupun lokus pembelajarannya dari TK sampai Aliyah, dan SMK milik yayasan sendiri. Sedangkan untuk Prodi Ekonomi Syariah saya rasa belum mempunyai laborat yang signifikan, misalnya koperasi Mahasiswa. Maka pernah saya bicarakan dengan pihak yayasan agar STAI punya koperasi yang lega-formal, juga berbadan hukum yang resmi. Jika kendala dengan adanya koperasi mahasiswa terkait kelindan dengan usaha yayasan, masukan saya dengan modifikasi investasi. Dari porsi investasi dapat dihitung dengan jelas pembagian SHU-nya. Padahal yang kita butuhkan bukan semata-mata SHU-nya, tetapi model laborat dan media pembelajaran memang  mesti ada. Keberadaannya dapat menambah peringkat akreditasi kampus. usulan ini mendapat acungan jempol yayasan menuju kampus berbasis riset.

Kendali Diri

Kilas balik acara, "Bedah Buku Cosmic Intelligence di gedung Pascasarjana UIN Maliki, Malang pada tanggal 23 Juni 2013, bahwa sebagai dosen yang bergumul banyak perbedaan karakter, maka seorang dosen harus bisa mengontrol emosi, dan mental.  Tujuannya agar mampu menstabilkan keseimbangan, sehingga dapat menghapus keraguan dan memperkuat daya cipta. Pada saat saya disibukkan urusan Borang Akreditasi kampus, misalnya, sementara sebagian yang lain tidak terlibat di dalamnya, bisa jadi memancing kekesalan berdampak ketidak-harmonisan. Untungnya saya sudah biasa dengan suasana itu. Berkat bekal, "Pendidikan dan Pelatihan Teknik Substantif Peningkatan Kompetensi Penggerak Kerukunan, yang diselenggarakan di Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Denpasar pada 24 Juni s/d 3 Juli 2013, suasana semacam itu hanya saya anggap sebagai romantika pergaulan. Saya tidak perlu menyalahkan dan berprasangka buruk. Suatu ketika, karena kelelahan akut dalam mengerjakan persiapan Akreditasi, dan juga jurnal yang saya emban, sehingga saya tidak dapat melanjutkan pekerjaan berbuntut cibiran. Namun, saya anggap sebagai cambuk dan hanya masalah waktu saja. Dengan tengat waktu singkat, semua pekerjaan dapat saya selesaikan.

Teringat mengikuti Workshop tema, "Gerakan Sosial dan Resolusi Konflik.", diselenggarakan di Pakis, kecamatan Panti, Jember pada 5 s/d 8 Oktober 2013, bahwa konflik hanya dapat diselesaikan dengan win-win solution. Misalnya, orang yang tidak senang justru membeberkan kejelekan-kejelekan saja dan tidak melihat masih banyak yang bagus lainnya. Kenyataan seperti itu lebih baik banyak tebar senyum dan gojek ilmiah yang dapat masuk pada logika mereka. Sembari mencari akar masalah, maka saya melakukan identifikasi masalah untuk memenuhi jawaban yang mereka butuhkan. Saya sadari bahwa terjadinya konflik biasanya berasal dari harapan yang tidak sesuai kenyataan. Hanya dengan mewujudkan apa yang diharapkan itu maka konflik hilang dengan sendirinya. Namun, bukan berarti semua harapan sebagai sumber konflik mesti dipenuhi, karena ada yang bersifat prinsip atau mendasar. Misalnya saat pergantian kepemimpinan saat itu kampus belum dapat mewujudkan  peraturan pemerintah setiap Prodi  harus berisi 6 dosen ber-NIDN, maka mau tidak mau harus ada perubahan, walau tidak bersifat revolusioner. Hanya dengan mengurangi dan tidak meniadakan sama sekali, tentu konflik dapat diredam tanpa kekisruhan. Hal itu sesuai isi seminar yang saya ikuti: 4th International Conference of Islamic Scholar (ICIS): Upholding Islam as Rahmatan lil 'Alamin, di gedung Pascasarjana UIN Maliki, Malang, pada tahun 2015. Segala sesuatu permasalahan itu mengacu apa yang diperintahkan Allah yakni dengan cara hikmah, hasanah, dan mujadalah---tidak ada yang tidak dapat diselesaikan jika kita selalu mengikuti perintah Allah sebagaimana cara mencari solusi dalam mengurai permasalahan dengan tiga unsur penting itu, maka keelegaan semua kepentingan menjadi lebih utama, dan mulia.

Tanggung Jawab

Waktu sepuluh tahun menjadi dosen sembari membantu kegiatan institusi, saya semakin memahami apa yang harus dilakukan selain proses pembelajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Berbekal mengikuti berbagai pertemuan Bimtek pengelolaan institusi,  misalnya mengikuti Lokakarya Program Studi PTKIS Kopertais Wilayah IV Surabaya,   yang diselenggarakan di Kopertais Wilayah 4 Surabaya, pada tanggal 21-23 September 2016, juga kegiatan tersebut akhirnya dapat  memberikan gambaran yang jelas tugas-tugas Kaprodi MPI yang saya pegang sejak tahun 2016. Dampak pemahaman itu berbuah akreditasi MPI naik peringkat dari C menjadi B.

Agar pengetahuan tentang institusi dapat saya pahami dengan tuntas maka saya menulis artikel terkait berjudul, "Tata Kelola Pendidikan Tinggi dalam Organisasi NU dan Muhammadiyah, (Widya Balina: Volume 2. No. 4. Tahun 2017.)" Hasil penelitian itu semakin mematangkan tata kelola kampus, misalnya dikampus sudah mengacu pelaporan berbasis SAPTO, Jurnal dalam proses OJS, dan perangkat online lainnya. Setelah MPI mendapatkan akreditasi B, tantangan saya semakin berat disamping harus mewujudkan seperti yang senyatanya dan mempunyai produk outcome mahasiswa yang berkualitas. Karena itu  saya harus mendalami pola tata ukur akreditasi dari BAN-PT, hingga menghasilkan naskah artikel ilmiah dengan judul, "Accreditation Policy and Quality of Higher Education (Alhayat: Volume 2 No. 1), 2017. Akreditasi B tersebut memacu saya dan civitas akademika sebagai cemeti dosen dan mahasiswa dampaknya semua kegiatan kampus semakin semarak.

Pemantapan tata kelola institusi kampus semakin menarik, misalnya berkat kegiatan yang saya ikuti: The 1st Annual Conference on Islamic Education Management (Aciem): Islamic Education Management, Yogyakarta,  2018; Seminar, Workshop Audit Mutu Internal dan Rakerwil Perguruan Tinggi NU Jawa Timur, Green Hill Hotel & Convention Centre, Jember, 2018. 19 s/d 21 Januari 2018; Workshop Kurikulum Perguruan Tinggi (KPT) Berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) Surabaya, 7 April 2018. Pengetahuan tersebut kemudian saya aplikasikan dalam bentuk model tata kelola Prodi MPI  STAI Denpasar Bali berbasis citra institusi dan kualitas layanan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan dan loyalitas mahasiswa. Dengan strategi tersebut pada penerimaan mahasiswa baru meningkat 100 persen. Institusi kami masih kental dan masih sangat melekat istilah pengabdian dengan motto, "Ikhlas Beramal dan Lillahi Ta'ala," yang serig menjadi pembenar dan justifikasi kegiatan. Tidak salah, memang dan hal itu harus menjadi standar ukur utama dalam berbagai langkah-langkah kehidupan yang fana ini. Dalam hal itu, sering saya garis bawahi bahwa moto itu sesungguhnya mempunyai kedalaman kesadaran yang tak ada tandingannya. Jika kita beramal secara ikhlas dan karena Allah, maka Allah hanya mencintai orang-orang kuat dan orang-orang yang selalu melakukan yang terbaik, "inna al-Allaha yuhibbu idza 'amila ahadakum al-amal ayyutkinahu." Atas dasar itu manajemen Brand Image institusi bukan hal tabu dalam konteks Ikhlas Beramal dan Lillahi Ta'ala. "Pada era kekinian brand image menjadi penakluk, pesona, dan pemuas bagi seluruh kepentingan. Dan tidak ada jalan lain kecuali mewujudkan produk dengan kualitas yang baik," tegas saya dalam berbagai pertemuan rapat antar-pimpinan. Misalnya, Jumat (21/9/2018) sebagai pimpinan Jurnal kampus, harus dapat membagi waktu. Pasalnya didesak para dosen agar segera menerbitkan jurnal. Tentu tak bisa menglak lagi harus melakukan secepatnya, disela-sela kesibukan saya saat itu harus menghadiri undangan di luar kota, naskah saya edit dalam perjalanan: editing naskah, pencermatan isi, lalu tersaji hingga di hadapan pembaca, dengan merelakan begadang semalaman sebagai bentuk tanggung jawab yang saya emban itu.

Keteguhan pada Prinsip

Pernah 5 kali saya bersikeras mohon kepada pimpinan STAI Denpasar Bali agar dipenuhi mengikuti pertemuan ilmiah yang saya anggap sangat penting untuk kepentingan kompetensi saya dan keperluan kampus. Pertemuan tersebut diantaranya: "Pendidikan dan Pelatihan Teknik Substantif Peningatan Kompetensi bagi Dosen Angkatan II---yang diselenggarakan di Balai Diklat Denpasar tahun 2013;"  "Seminar, Workshop Audit Mutu Internal dan Rakerwil Perguruan Tinggi NU Jawa Timur, yang diselenggarakan di Green Hill Hotel & Convention Centre, Jember, tahun 2018;"  "Workshop Kurikulum Perguruan Tinggi (KPT) Berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)  yang diselenggarakan di Surabaya pada tahun 2018;"  "Workshop Peningkatan Kompetensi Dosen dan Penerapan Kurikulum 2013 di Perguruan Tinggi, yang awalnya hampir gagal diselenggarakan di STAI pada tahun  2014;"  "Workshop Metodologi Penelitian Bagi Dosen se-Eks Karesidenan Besuki dan Bali, dengan tema, Gerakan Sosial dan Resolusi Konflik, diselenggarakan di Pakis, Panti, Jember pada tahun  2013."  Semua pertemuan dapat saya ikuti, padahal sebelumnya kampus tidak siap mengirimkan utusan karena terkendala dengan dana. Namun dengan penawaran bahkan saya siap mengeluarkan separo yang ditanggung kampus pun saya siap lakukan. Sekali saja tidak dipersiapkan dana dari kampus asal diberikan surat tugas saya siap hadir.

Salah satu kegiatan STAI Denpasar Bali pernah didatangi penyair dan budayawan berasal dari luar Bali, ketika itu saya mengadakan negosiasi dengan yayasan untuk bisa mendatangkan penyair dan budayawan tersebut. Namun kampus tetap menolak dengan alasan tidak ada agenda tahunan seperti itu dan juga alasan tidak ada dana untuk honor. Tapi saya sedikit memaksa acara diselenggarakan oleh STAI Denpasar-Bali. Kampus menyiapkan spanduk dan jajan kotak saja sebanyak mahasiswa yang akan hadir. Ternyata dapat dipenuhi kemudian saya putar otak lagi kegiatan narasumber dengan roadshow budayawan di Lembaga Pendidikan Terpadu Baitul Amin, Nusa Dua, Bali, dan mendapat sambutan yang hangat, tidak dapat dari kampus mendapat dari tempat lain, paling tidak honor sedikit terpenuhi.

Dalam bidang pengajaran biasanya saya tetap mempertahankan yang pokok lebih saya dahulukan. Misalnya dalam waktu bersamaan saya harus mengajar kemudian di kampus ada acara pembukaan dan pembekalan mahasiswa PPL, maka yang saya dulukan adalah kegiatan mengajar di kelas dulu. Ternyata semuanya seiring dapat berjalan beriringan---selesai saya mengajar masih dapat melaksanakan tugas pembekalan, pengarahan  PPL tersebut, seperti kejadian pada tanggal 12 Oktober 2018 lalu.

PENINGKATAN KUALITAS KEGIATAN MAHASISWA

Peran

Peran saya dalam bentuk pemikiran untuk mahasiswa melalui contoh langsung berupa laku kreativitas tanpa henti. Banyak diantara para mahasiswa saya terinspirasi dengan banyaknya tulisan yang saya tulis di kompasiana dan dapat diakses langsung oleh mahasiswa. Suatu saat ada beberapa mahasiswa yang berkunjung di rumah untuk meminta bimbingan proses kreatif yang dilakukan. Saya sampaikan kata saja, "jangan takut salah dan lakukan secara berkala. Karena hanya dengan latihan terus-menerus akan menjadi kebiasaan, dan dari kebiasaan itu akan membentuk karakter. Setelah karakter terbentuk maka saudara sudah melakukan yang benar sesuai yang Anda inginkan," tegas kala itu. Semangat mahasiswa yang sedemikian itu kemudian saya sambut dengan mengadakan kegiatan berupa pelatihan menumbuhkan kreativitas, minat dan bakat bagi mahasiswa. Diantara yang dapat saya petik manfaat dari produk pelatihan itu dan keseriusan mahasiswa dapat bermanfaat bagi kegiatan kampus hingga saat ini. Misalnya mahasiswa, Oky Namud, yang sudah lulus tahun 2016 hingga kini masih saya libatkan untuk setting dan tata wajah Jurnal Widya Balina. Satunya lagi, Muhlisin, masih aktif juga membantu saya dalam peningkatan kualitas kreasi mahasiswa yang setiap tahun alumni tersebut duduk bersama saya mendampingi mahasiswa dalam kegiatan seni, olah raga, dan kegiatan kreatif lainnya di kampus.

Adapun peran saya yang berbentuk suatu kegiatan, saya selalu melibatkan mahasiswa. Seperti pada pelaksanaan kegiatan yang diadakan oleh MUI Badung yang diselenggarakan di Masjid Al-Fattah Taman Griya, Jimbaran-Bali dengan tema, "Workshop dan Bincang Seni Budaya dalam Kerangka Dakwah Islamiyah di Badung Bali: Bersama Hj. BRAY Sitoresmi Prabuningrat (Daiyah dan Actris); Penyair Nasional Aly D. Musyrifa (Santri dan Seniman); Dr. Labibah Zain, MA (Aktris dan Akademisi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, pada 21 Oktober 2017, para mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Denpasar saya ikutkan untuk meramaikan kegiatan tersebut. Yang menarik dari kegiatan itu dihadiri pelaku seni budaya, sehingga getar gestur suasana terasa memacu suasana kreatif bagi para mahasiswa.

Dengan kegiatan tersebut pada waktu yang tidak lama tumbuh minat mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Denpasar untuk mewujudkan kegiatan di bidang seni dan budaya mengadakan seminar dengan tema, "Meningkatkan Kualifikasi Minat Bakat Civitas Akademika STAI Denpasar-Bali,"  yang diselenggarakan di kampus Denpasar pada tahun 2014. Dalam Kegiatan seni budaya, teater, pidato, dan dakwah keagamaan, majalah dinding, Tilawatil Quran--saya selalu datang dan berkesempatan sebagai dewan juri pelaksanaan acara tersebut. Sebagai catatan suatu kegiatan, bahwa para mahasiswa tidak hanya sekadar ikut-ikutan acara saja, tetapi mayoritas mereka memang mempunyai kemampuan yang harus terus dikembangkan secara berkelanjutan. Karena itu setiap sebulan sekali saya dampingi mereka utamanya kegiatan kreativitas cipta puisi. Semua kegiatan itu, kata mereka pada saat melaksanakan PPL-KKN Integratif STAI Denpasar-Bali Tahun 2017, yang mereka laksanakan di Thailand, apa yang sudah saya berikan sangat bermanfaat dan dapat menarik para siswa di tempat lokus tersebut.

Implementasi Kegiatan

Dukungan institusi terhadap kegiatan mahasiswa tercermin pada kegiatan Pekan Olah Raga di Sekolah Tinggi Agama Islam Denpasar yang diselenggarakan pada bulan Juli 2018 dengan hasil yang gemilang. Bersamaan itu mendapat sponsor dari kementerian Olah Raga--Kemenpora RI dengan dukungan dana yang cukup lumayan. Adapun dukungan internal institusi setidak-tidak dalam satu tahun dapat dilaksanakan dua kali pelaksanaan. Diantaranya pada saat kegiatan Orientasi Pengenalan Kampus saat penerimaan mahasiswa baru, dan yang kedua saat libur semester untuk mengisi kegiatan kemahasiswaan agar suasana semarak kampus tetap terjaga.

Sedangkan pada saat bulan Ramadan biasanya kegiatan kemahasiswaan diarahkan dengan kegiatan keagamaan dan tadarus puisi. Dalam peringatan hari besar Islam seperti bulan Maulud dan peringatan Isra Mikraj diisi dengan pentas-pentas seni dan olah raga, dilaksanakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Tinggi Agama Islam Denpasar. Untuk kegiatan semacam ini biasanya dukungan institusi sebatas yang berhubungan dengan konsumsi. Acara tersebut sudah biasa dihadiri oleh para dosen dan tenaga kependidikan sehingga secara langsung dapat memberikan dorongan moral, dan motivasi bagi mahasiswa.

Tidak kalah pentingnya, seluruh kegiatan kemahasiswaan yang bersifat ekstra ini tetap mendapat pantauan dari para dosen, agar kualitas pelaksanaan kegiatan tetap terjaga. Misalnya, pelaksanaan kegiatan seni suara baca Alquran dan kegiatan kelompok Paduan Suara STAI Denpasar---kampus memfasilitasi pendamping yang profesional. Dampak dari pendampingan yang profesional tersebut dalam bidang seni suara baca Alquran satu diantara mahasiswa STAI Denpasar pernah mendapat nominasi MTQ Nasional sebagai utusan dari Provinsi Bali. Juga, dari Kelompok Paduan Suara STAI Denpasar sering tampil di beberapa tempat dalam mendukung acara kegiatan hari-hari besar Islam, acara seremonial organisasi sosial keagamaan, dan sering masuk acara di TVRI Denpasar.

Pengembangan kualitas kegiatan kemahasiswaan memang bukan semuanya menjadi tanggung jawab institusi. Namun, bagaimana pun juga para dosen ikut simpati kegiatan para mahasiswa termasuk penulis deskripsi diri ini. Tujuan jelas, tidak lain membekali para mahasiswa dengan berbagai kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotorik---sehingga menjadi penguatan mahasiswa agar selalu siap menghadapi semua kebutuhan dakwah Islamiyah di lapangan.

Konteks pelaksanaan kegiatan kemahasiswaan sebagai media pembelajaran yang bersifat ekstra kampus mesti saya pantau dan perlu pendampingan, saya dapat berekspresi diri untuk mengamati dari dekat. Manfaatnya adalah saya secara langsung dapat mengetahui bagaimana para mahasiswa itu merencanakan kegiatan, bagaimana melaksanakan kegiatan, dan bagaimana membuat paparan analisis kegiatan. Sudahkah sesuai dengan yang direncanakan, atau belum. dan  bagaimana dampaknya terhadap kegiatan itu diharapkan dapat langsung dirasakan oleh mahasiswa bersangkutan. Mereka pada saat selesai melaksanakan kegiatan rata-rata tambah komitmen diri, integritas diri, persepsi diri yang jelas. Indikatornya adalah keaktifan mahasiswa menghadiri kegiatan pembelajaran dan kegiatan keilmuan lainnya lebih meningkat.

Interaksi

Sebagai seorang dosen diantara rasa yang dapat memberikan rasa kepuasan dalam hidup adalah melihat langsung para alumninya berhasil, dan mereka dapat terlibat secara nyata suka duka dalam kehidupan sosial kemanusian, dan keagamaan. Karena itu saya selalu interaktif dengan para mahasiswa agar mereka dapat terbentuk kepribadian mereka dengan baik. Pada acara-acara Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), baik yang diselenggarakan oleh kampus maupun BEM, saya ikut mendampingi acaranya sebagai bagaian dari interaksi saya dengan para mahasiswa. Dengan kegiatan yang saya ikuti tersebut saya mendapat penghargaan dari Ketua III Bidang Kemahasiswaan STAI Denpasar sebagai bentuk penghargaan, "Pendampingan Kegiatan Mahasiswa STAI Denpasar dalam Kegiatan Sosial, Keagamaan, dan Kemanusiaan 2017."

Adapun kegiatan rutin yang setiap tahun saya lakukan terlibat kegiatan seleksi mahasiswa baru. Dalam kegiatan ini saya mendapat jatah menyeleksi administrasi maupun seleksi kompetensi calon mahasiswa baru. Dalam hal ini kegiatan yang saya lakukan adalah mengawasi kegiatan tes mahasiswa baru. Berikut menilai hasil tes kemudian mengadakan wawancara sebagai dasar rekap nilai dari kedua kegiatan yang dilaksanakan tersebut. Setelah melakukan kegiatan selama 5 tahun itu, saya dianugerahi penghargaan oleh Wakil Ketua Bidang Kemahasiswaan atas kegiatan, "Inisiasi Aktif dalam Momentum Seleksi Mahasiswa Baru Tahun 2017/2018."

Sekali lagi mendampingi kegiatan mahasiswa bukan terjadi dengan sendirinya, tetapi merupakan tantangan tersendiri ikhtiar melaksanakannya. Betapa tidak, pada saat mengadakan pendampingan para mahasiswa mencari dana di persimpangan jalan untuk meraih dukungan masyarakat, akhirnya dihentikan oleh SATPOL PP. Kegiatan itu sebagai bentuk kepedulian mahasiswa STAI Denpasar-Bali, "Peduli Gempa di Palu dan Donggala." Kesaksian tersebut bagi saya merupakan proses pembelajaran bagi mahasiswa untuk menumbuhkan empati di kalangan civitas akademika.

Pendampingan lain yang saya lakukan adalah menyertai para mahasiswa dalam momentum Qurban 2018. Saat itu kami ikut mengantarkan hewan qurban yang diperuntukkan lingkungan muslim yang ada di ujung bukit kabupaten Bangli. Perjalanan ditempuh selama 4 jam. Dalam kegiatan tersebut menyertai pula ketua PKM, Dr, Novena Ade Frediarini dan ketua Prodi PAI, Muhammad Fawaid, M.Pd.I. Rombongan mendapat sambutan hangat dari umat muslim dan non-muslim. Dari non-muslim langsung diwakili oleh ketua Kelian Banjar Desa Kutuh. Beliau menyatakan terima kasih atas silaturrahim dan peduli menyambung persaudaraan yang dijalin dengan warga desanya.

Tidak kalah pentingnya adalah interaksi batiniah dengan para mahasiswa menjadi penguatan hati saya sendiri. Dalam situasi dan dan kondisi apapun yang terkait dengan institusi, birokrasi, tata pergaulan kampus itu---dengan  interaksi batiniah dengan para mahasiswa berubah kelapangan dan kenyamanan. Ritual hidiyah fatikhah untuk para stakesholders, pimpinan, krue TU, mahasiswa bagi saya tak ubahnya menjadi spirit hidup yang menghidupkan, karena itu saya lakukan pada saat-saat selesai melakukan tugas pembelajaran dan di suasana keheningan malam. Dengan harapan apa yang saya lakukan sesuai dengan kemampuan saya itu selalu bermanfaat, dan jika ada kekurangan karena kedhaifan sebagai manusia biasa---hanya Allah sendiri yang memperbaikinya, Wallahu a'lam bissawaf, amin.

Manfaat Kegiatan

Berikan contoh manfaat kegiatan baik bagi mahasiswa institusi Saudara maupun pihak lain yang terlibat:

Adapun manfaat kegiatan yang saya lakukan, baik manfaat yang dapat dipetik  langsung maupun tidak langsung sebagai berikut:

1.  Tumbuh-kembangnya semua penguatan kompetensi akademik pada ranah koqnitif, afektif, psikomotorik. Bahkan moral, sosial, literal, dan spiritual, baik di lingkungan dosen maupun khususnya mahasiswa. Misalnya: Para mahasiswa STAI Denpasar rata-rata mempunyai kegiatan di tempat masing-masing sebagai pengusaha, pengelola masjid, kegiatan sosial kemasyarakatan, mengajar di diniyah, mengajar di lembaga pendidikan formal bersamaan dengan penguatan pembelajaran akademik, dan kegiatan  intra-ekstra kampus--kepercayaan diri mereka semakin meningkat. Kualitas produk aktivitas keseharian mahasiswa semakin meningkat. Indikatornya adalah kendaraan mereka bagus-bagus, dan pakaian mereka pantas dan terlihat rapi. berdasarkan investigasi yang saya lakukan sebagian dari hasil kemandirian.

2.  Terpolanya rasa persaudaraan yang diikat oleh hubungan ukhuwah Islamiyah, ukhuwah insaniyah, dan ukhuwah wathaniyah. Indikatornya adalah suasana persaudaraan yang kental antar mahasiswa. Mahasiswa mengadakan arisan dan pengumpulan dana untuk kegiatan peningkatan kualitas bersama dengan melalui kemandiriannya yang dilaksanakan melalui kegiatan BEM dan kegiatan kerohanian kampus.

3.  Terasahnya harkat nuraniah tidak hanya berasal dari suatu kesadaran yang berasal dari esensi fitrah sebagai manusia individu, eksistensi kehidupan sosial, dan atau kesadaran kerekatan sebagai pemersatu nasional, akan tetapi lebih dari itu suatu wujud terasahnya kedalaman nuraniah yang berasal dari suatu kesadaran tertinggi dari cahaya ilahiyah. Cerminan itu terwujud saat Hari Raya Qurban, mereka iuran qurban kolektif untuk dibelikan hewan qurban; kegiatan Ramadhan, mereka mengadakan iuran dan menggali dana untuk kegiatan santunan yatim piatu dan kaum dhuafa' dalam rangka buka bersama; saat Idul Fitri mereka keliling di tempat dosen untuk silaturrahim; saat mendengar kabar duka dari civitas akademika mereka saling memberikan penguatan dengan kehadirannya; saat terjadi ketidak-nyamanan fasilitas kampus mereka mengadakan konsultasi dengan dosen akademik dan tidak melakukan gerakan demo atau hal-hal yang tidak etis.

4.  Khusus kegiatan peduli pada muslim Bangli yang notabene rombongan disambut dengan penuh kelapangan dan keramahan non-muslim,  sungguh sangat bermanfaat dalam rangka membangun kerukunan antarumat beragama. Dasar kerukunan antarumat beragama tersebut tentu menjadi investasi berharga sebagai pemersatu Bangsa.Kegiatan semacam itu tidak hanya dilaksanakan sekali dua kali saja. Mereka melakukan bhakti sosial bersih-bersih pantai yang dikomandoi oleh NU Provinsi Bali. Penanaman sejuta pohon bakau di areal pantai Kuta dan Nusa Dua bersama aparat keamanan. Para mahasiswa juga mengadakan sosialisasi bahaya narkoba dan HIV/AIDS yang dilakukan pada saat KKN dan kegiatan PHBI dam Hari Besar Nasional. Para mahasiswa menyambut baik Hari Santri Nasional dengan kegiatan siraman rohani dan kegiatan ilmiah lainnya; Kepedulian menjaga keamanan, kenyamanan, dan kedamaian bersama bekerjasama dengan Banser dan komunitas Bela Diri STAID saat pelaksanaan wisuda, dan kegiatan lain yang menghadirkan banyak pengunjung. Indikator yang positif dari keamanan bersama tidak pernah ada yang kehilangan motor.

5.  Perlu kiranya kita sadari bersama, suatu kegiatan yang saya dan kita semua laksanakan sekarang, terkadang belum dapat dirasakan secara langsung. Karena esensi pendidikan tidak lain adalah investasi masa depan. Apa dan bagaimana yang kita tanam sekarang ini dipetik kemudian. Namun semua kegiatan di atas tetap bermanfaat langsung sebagai pembelajaran dan membuat terbuka kesadaran kita bersama. Contohnya STAID berdiri pada tahun 2008, yang saat itu mencari guru ngaji di masjid/musala saja sangat kesulitan. Kini berubah 100 % perkembangan pembelajaran diniyah semakin meningkat bahkan tidak lagi kesulitan menemukan guru-guru ngaji, taklim, khotib Jumat yang berkualitas di lingkungan kota Denpasar, dan kabupaten kota di Bali. Selain itu dengan adanya Prodi MPI, Ekonomi Syariah, dan PAI--STAID dengan berkolaborasi dengan dosen dan mahasiswa ikut ambil bagian dalam membenahi manajerial tempat ibadah, lembaga-lembaga pendidikan, dan keuangan syariah, BASNAS di Bali dapat dirasakan langsung oleh umat Islam dan masyarakat umum.

6. Metode pembelajaran dengan menggunakan media online dan slide  yang sering saya tampilkan kepada mahasiswa membuatnya lebih mudah menerima materi yang saya sampaikan.

7. Akun, home page, dan sejumlah naskah journal ilmiah, baik yang berasal dari naskah yang saya tulis sendiri dan naskah dari teman-teman yang berkaitan erat dengan materi yang saya ampu, yakni manajemen pendidikan Islam lebih memberikan pengayaan pengetahuan bagi mahasiswa. Pada saat saya berhalangan hadir, biasanya saya mengirim naskah lewat WA ketua tingkatnya untuk didiskusikan, dan mereka tinggal membuka HP masing-masing, lalu menelaah isi untuk didiskusikan di kelas. Cepat, singkat, dan lebih efisien tanpa harus menggandakan naskah tersebut dengan mengkopi lebih dahulu. Media digital, media online, dengan perangkat software yang canggih seperti sekarang ini bermanfaat dalam proses pembelajaran, dan alhamdulillah saya sudah ramah mengaplikasikan dalam kegiatan belajar mengajar di kampus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun