Mohon tunggu...
I Ketut Guna Artha
I Ketut Guna Artha Mohon Tunggu... Insinyur - Swasta

Orang biasa yang suka kemajuan

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Viral Farel dan Perjalanan Hobby Saya

30 Agustus 2022   01:47 Diperbarui: 30 Agustus 2022   01:55 913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ternyata "hobby" tidak selamanya melekat sepanjang perjalanan hidup seseorang. Banyak juga artis cilik yang dulunya dikenal sebagai penyanyi setelah dewasa tidak lagi menggelutinya menjadi profesi, bahkan kini ada yang menjadi politisi.

Memang sebelum era disrupsi teknologi, untuk menjadi "artis" baik penyanyi atau pemeran film seakan eksklusif hanya mampu dilakukan oleh kalangan tertentu karena butuh menyiapkan biaya untuk kursus/les umum maupun privat yang tidak sedikit.

Lahir kemudian ajang kompetisi bakat diawali dengan Bintang Radio (1951) yang berkembang menjadi berbagai ragam nama kompetisi multi talenta seperti Puteri Indonesia (1992), Indonesia Idol (2004) yang diadopsi dari American Idol, Mamamia Show (2007), Idola Cilik (2008), Indonesia Mencari Bakat (2010), Indonesia's got Talent (2010), Gong Show (2010),

Master Chef Indonesia (2011), Stand Up Comedy Indonesia (2011), Boy & Girl Band Indonesia (2011), X Factor Indonesia (2012), Akademi Sahur Indonesia (2012), Hafiz Indonesia (2013), The Voice Indonesia (2013), D Academy (2014), Junior Master Chef Indonesia (2014), Rising Star Indonesia (2014), Indonesia Idol Junior (2014), Stang Up Liga Komunitas (2014), La Academia Junior Indonesia (2014),

D Academy Asia (2015), The Dance Icon Indonesia (2015), The Remix (2015), Just Duet (2016), The Voice Kids Indonesia (2016), Akademi Sahur Asia (2017), Liga Dangdut Indonesia (2018), Voice of Ramadan (2019), D Star (2019), Gong Show Indonesia (2019), Sekolah Stand Up Milenial (2019), Super 10 Indonesia (2019), The Great Megician (2019),

Dari Rumah Kita Bisa (2020), Syair Ramadan (2020), E Sport Star Indonesia (2020), Pop Academy (2020), Indonesia's Next Top Model (2020), The Next Didi Kempot (2021), The Next Influencer (2021), Rising Star Dangdut (2021), Sing Like Mama (2021), Duo Komedian (2021), The Vioce All Stars (2022) dan Koplo Superstar (2022).

Seiring dengan semakin banyaknya ajang kompetisi pencarian bakat serta didukung revolusi teknologi komputer dan aplikasi media sosial, kini setiap orang bisa menjadi "terkenal" baik sebagai blogger, citizen jurnalist, influencer, membuat konten kreatif (content creator) di platform digital seperti Facebook, Instagram, YouTube, TikTok dan lain-lain.

Maka dengan "terkenal" tentu bisa berdampak menghasilkan uang karena diukur dari jumlah follower, subscriber, viewer, dst.

Terlepas dari materi yang diupload apakah berupa hiburan musik original atau cover, film pendek, podcast bahkan hingga konten yang sama sekali sebenarnya tidak ada unsur edukasi karena memamerkan gaya hedonis (bukan motivator) hingga konten dengan narasi hoaks tanpa data (mengaburkan sejarah).

Berbagai macam konten berupa tulisan, foto dan video tersebut semua punya potensi menjadi viral karena memang heterogennya masyarakat Indonesia dengan populasi (jumlah penduduk) terbesar ke-4 di dunia.

Menurut laporan Hootsuite, tahun 2022 jumlah pengguna TikTok di Indonesia terbanyak ke-2 di dunia, pengguna Facebook terbanyak ke-3, pengguna YouTube terbanyak ke-3, pengguna Instagram terbanyak ke-4.

Sehingga media sosial bisa menjadi "kekuatan" yang menginspirasi sekaligus "ancaman" jika digunakan secara salah. Dalam posisi inilah dibutuhkan kearifan dalam menyaring sebuah konten di media sosial.

Seperti apa yang terjadi saat ini media sosial sebagai ruang publik viral oleh akun dengan konten yang "menyerang' Polri atas kasus "polisi tembak polisi" dengan narasi yang tidak berbasis data dan viralnya seorang pengamen anak SD "Farel Prayoga" yang membius seisi Istana Merdeka dengan lagu "Ojo Dibandingke" saat perayaan 77 tahun Kemerdekaan RI.

Tentu sosok Farel yang berasal dari pelosok kampung di timur pulau Jawa yang jauh dari "produk" eksklusif metropolitan telah menjadi salahsatu contoh begitu dasyatnya kekuatan media sosial yang melambungkan namanya sebagai "artis baru" dengan kualias vokal baik terlebih setelah diendorse oleh Presiden Jokowi tampil di Istana Merdeka.

Viralnya Farel ini seakan menjadi otokritik untuk pemerintah yang selama ini belum hadir secara nyata dalam menggali potensi talenta anak-anak muda Indonesia walaupun presiden telah menerbitkan Keppres Nomor 21 Tahun 2021 tentang Gugus Tugas Manajemen Talenta Nasional.

Farel hanya salahsatu dari sekian banyak anak-anak Indonesia yang bertalenta. Karena kekuatan media sosial lah pemerintah menemukannya yang seharusnya pemerintahlah yang berperan menciptakan SDM bertalenta yang memiliki keunggulan di berbagai bidang.

Saya penguna TikTok mulai Desember 2021. Dan saya pertama kali tahu Farel di TikTok saat menyanyikan lagi "Ojo Ngece Kara Wong Ora Duwe". Disamping karena keajaiban suara vokalnya lagu itu saya suka karena kekuatan liriknya yang mengangkat petuah Jawa:

dadi wong ojo rumongso biso
nanging uwong seng biso rumongso
wong seng becik simpeno kebecikane
ngono kuwi jarene simbahku dewe

Lirik tersebut mengingatkan saya yang pernah buat lagu untuk dukung Gibran saat Pilkada Solo 2020.

Indonesia sebenarnya tak kurang anak-anak muda yang bertalenta khusus di berbagai bidang. Sebut saja Aisyah Eka Wahyu Utami atau dikenal "Ayu Gusfanz".

Ayu Gusfanz bisa jadi adalah "John Petrucci nya Indonesia". Menginjak usia belia Ayu telah berhasil menciptakan komposisi musik metal progresif seperti grup band Dream Theater peraih Grammy Award 2022 katagori Best Metal Performance asal Amerika Serikat yang konser di Solo tanggal 10 Agustus 2022.

Gitaris putri Bali kelahiran Bondowoso ini bahkan telah menunjukkan talentanya memainkan alat musik gitar, sejak usia 7 tahun sudah mampu memainkan komposisi musik yang sulit dari jawara gitar kelas dunia.

Selain memainkan lagu grup band Dragon Force, Ayu juga piawai menirukan (mengcover) permainan gitaris dunia seperti Yngwie Malmsteen, Joe Satriani, Steve Vai, Jhon Petrucci (Dream Theater), Garry Moore, Andy Timmons, Erick Johnson, Andy James, Guthrie Govan.

Bukan hanya mahir menguasai teknik bermain gitar, yang lebih menarik adalah ternyata Ayu juga memiliki kepedulian atas kemanusiaan, religuisitas, pelestarian hutan, perubahan iklim global. Hal tersebut ditunjukkan dengan melahirkan karya musik instrumental perdana dengan judul "Kamulyan" yang berarti kemuliaan, kemenangan yang terinspirasi untuk perjuangan orang-orang meraih cita-cita, berkolaborasi dengan musisi dunia.

Kemudian saat terjadi Tsunami di Anyer, Banten dan Lampung Selatan menciptakan "Pray for Anyer, Banten & Lampung Selatan", 2018.

Penguasaan alat musik Safe (alat tradisional musik Dayak) melengkapi sosok Ayu yang memiliki kecintaan akan budaya Indonesia dengan menciptakan "Summer Indian" diakhir 2018.

Pada instrumen "Just Try & Pray", 2019 tersirat pesan religiusitas Ayu bahwa dengan keyakinan dan doa akan menentukan keberhasilan.

Kepeduliannya atas alam dan merasakan bahwa perubahan iklim itu nyata Ayu tunjukkan dengan melahirkan "Save My Forest", 2019 dan "Global Warming", 2020.

Saat awal pandemi Covid19 menciptakan "Pray for The World" 2020 untuk memberi dukungan moral pada dokter dan para medis yang di garda depan menangani Covid19.

Anak-anak muda Indonesia harus diberi ruang kemerdekaan, difasilitasi dan dibimbing dalam mengasah talentanya baik di bidang sains, riset, aplikasi teknologi, seni, budaya, olah raga, dll.

India telah menyulap daerah Bengalore menjadi "Silicon Valley" pusat kota teknologi. Maka tak ayal perusahaan teknologi multinasional seperti Microsoft, Google, Twitter, Alphabet, Adobe, dll yang bermarkas di Silicon Valley, Amerika Serikat CEO nya dipegang oleh keturunan India.

Dalam mendukung industri seni film, Bollywood bahkan mengalahkan industri film Hollywood, Amerika Serikat karena mampu memproduksi film dengan jumlah sekitar 1.500 hingga 2.000 film dalam satu tahunnya. Bahkan bukan hanya Bollywood, India juga menciptakan pusat pruduksi film di Kollywood, Tollywood, Sandalwood, Pollywood dan Mollywood.

Di bidang olahraga India membuat kejutan dalam gelaran Piala Thomas 2022 mampu menggulingkan dominasi Indonesia, Denmark, China, Jepang, Korea Selatan dan Malaysia di cabang olahraga bulu tangkis. Piala Thomas yang merupakan "supremasi" bulutangkis dunia untuk pertama kalinya direbut India.

Jika anak-anak muda Indonesia yang masih memiliki rentang waktu yang panjang sangat membutuhkan perhatian khusus dalam pengembangan SDM, sementara generasi saya masih menyisakan waktu yang terbatas untuk produktif.

Namun bukan berarti tidak punya kesempatan untuk tetap produktif untuk terus mengupgrade pengetahuan, mengasah intuisi dalam menganalisa berbagai persoalan dan mengembangkan kreatifitas.

Lepas dari "anak band" saat SMA, saya dulu waktu kuliah hanya aktif di salahsatu unit kegiatan mahasiswa, Taekwondo, tidak ikut organisasi mahasiswa. Kalaupun ikut hanya menjelang pemilihan ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) saja. Tapi begitu krisis 1998 terpanggil untuk ikut turun ke jalan namun tidak ambil "podium" karena yang ada dipikiran saya saat itu hanya "saatnya Orde Baru tumbang", tak lebih dari itu.

Setelah Orde Baru tumbang, saya harus segera kembali siapkan diri untuk memperbaiki beberapa nilai mata kuliah (IPK nya agar tidak bikin malu) dan menyiapkan skripsi agar segera menjadi Sarjana Teknik.

Sementara rekan-rekan aktifis yang ambil panggung saat itu akhirnya pada Pemilu 1999 ada yang menjadi anggota DPRD, lalu Wakil Gubernur, anggota KPUD, KPID dan jabatan publik lainnya. Tahun 1999 akhirnya saya melewati ujian skripsi dengan nilai A dan diwisuda tahun 2000. Lalu berbekal ijazah Sarjana Teknik Sipil, Universitas Udayana (Unud) pada tahun 2001 merantau ke Jakarta tanpa jaringan alumni.

Dan saya sadar akan berhadapan berkompetisi dengan alumni ITB, ITS, UI, UGM, Undip, Unair, UNIBRAW dan kampus ternama lainnya apalagi saat itu masih terdampak krisis moneter 1998 yang membuat sektor konstruksi melakukan restrukturisasi pekerja/karyawan secara besar-besaran.

Maka harapan menjadi profesional di BUMN karya tahun 2001 harus pupus dan tahun itu adalah tahun yang pertama sekaligus yang terakhir saya melamar pekerjaan. Maka pilihannya adalah harus mandiri (wirausaha). Lalu bagaimana memulainya? Tentu sebagai orang "daerah" pertama harus saya lakukan adalah dengan mengenal Jakarta dan membangun jaringan (networking).

Maka saya mengawalinya nyemplung di organisasi pemuda internal Hindu yakni Peradah (Perhimpunan Pemuda Hindu) DKI Jakarta lalu Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Jakarta Barat. Terjun dalam dunia organisasi pemuda saya maknai untuk proses peningkatan kapasitas, belajar leadership dan membangun networking tentunya.

Yang menarik sambil mengarap proyek Rumah Tinggal pada tahun 2003 saya pernah punya pengalaman menjadi pengajar di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Karno (UBK). Ditugaskan mengajar mata kuliah Aplikasi Komputer pada Rekayasa Sipil kepada mahasiswa Teknik Sipil angkatan pertama di UBK.

Ya.... barangkali saat itu otak saya masih lumayan bisa coding bahasa program Fortran dan menguasai aplikasi SAP90 dan Autocad. Namun karena tidak disediakan beasiswa untuk kuliah S2 maka saya memilih mengundurkan diri dari UBK pada tahun 2005. Saya berterimakasih kepada Ketua Jurusan, Ibu Nina Restina saat itu yang pernah memberi kesempatan mengaplikasikan ilmu saya namun saya memutuskan memilih menjadi "praktisi" dan ikut sertifikasi keanggotaan Persatuan Insinyur Indonesia (PII). Sehingga untuk gelar profesi saya boleh pakai Insinyur.

Dalam dunia organisasi "pergerakan" pada prosesnya dan pada masanya saya pernah mengemban tugas sebagai Ketua Peradah DKI Jakarta (2007-2010), Sekjen DPN Peradah (2009-2012), Wakil Ketua KNPI DKI Jakarta (2006-2012) dan Ketua DPP KNPI (2011-2014) hingga menghantarkan Kongres Pemuda di Papua tahun 2015.

 Pasca Kongres di Papua saya memutuskan untuk purnabhakti di organisasi "kepemudaan". Beberapa ajakan untuk bergabung di ormas saya tolak, kecuali organisasi profesi. Saya juga berterimakasih karena aktif di organisasi kepemudaan akhirnya pernah ke Malaysia, Singapura dan China.

Menyadari berlakunya Undang Undang Kepemudaan yang membatasi usia pemuda maksimal 30 tahun maka pada tahun 2011 saya sudah merancang dan melahirkan ormas Barisan Penegak Trisakti Bela Bangsa (Banteng Indonesia/Banindo). Lalu pada awal tahun 2014 membentuk ormas Jangkar Jokowi.

Selama saya berkiprah di organisasi kepemudaan saya tidak pernah membuat "tulisan". Maka mulai jelang Pilpres 2014 saya mencoba belajar menjadi "blogger" walaupun tidak pernah mengikuti kursus jurnalistik. Ya...dimaklumi saja yang penting bagi saya adalah mendokumentasikan pemikiran, walaupun tidak layak disebut karya jurnalisme. Ini adalah tulisan perdana saya belajar menjadi blogger di Kompasiana https://www.kompasiana.com/igat/55295ed9f17e61c1668b45c6/jangan-paranoid-dengan-megawati

Untuk membaca lengkap tulisan-tulisan saya ada di https://www.kompasiana.com/iketutgunaartha2116?s=08 dan ttps://www.kompasiana.com/iGAt?s=08

Kemudian karena melahirkan ormas, saya tergerak untuk menciptakan lagu "mars dan hymne"nya. Dan berbekal punya rekan musisi Wahyu Cahyono "Owno" diapun saya tantang untuk membuatkan lagu mars dengan pakem yang lebih progresif, kekinian maka pada tahun 2016 lahirlah "Mars Banteng Indonesia" dan "Kibarkan Trisakti (Hymne Banteng Indonesia)".

Lirik lagu "Kibarkan Trisakti' berangkat dari kegelisahan saya saat itu yang merasakan lunturnya rasa kebangsaan, menjamurnya kelompok primordial dan sektarian, kebebasan yang kebablasan atas nama demokrasi, berkurangnya solidaritas kemanusiaan dan semangat gotong royong sebagai ciri budaya bangsa Indonesia. Maka kami mengingatkan lewat lagu bahwa Bhinneka Tunggal Ika harus menyatukan perbedaan menuju Indonesia maju.

Dengan video klip amatiran baru saya unggah di https://youtube.com/channel/UCAhOxs-rc1wLp-lDy9X2VYg  pada tahun 2019.

Mars
BANTENG INDONESIA

Berdaulat secara politik
Berdikari secara ekonomi
Berkepribadian dalam budaya
Barisan Penegak Trisakti Bela Bangsa.

Banteng Indonesia
Mengabdi untuk negara
Banteng Indonesia
Bersatu untuk negara

KIBARKAN TRISAKTI

Saat nasionalisme mulai memudar
Kesetiakawanan sosial dikalahkan primordial

Demokrasi kini menjadi propaganda kebebasan
Kami sadar sudah saatnya harus hadir

Jangan tinggalkan budaya gotong royong
Solidaritasmu karena kemanusiaan..
Mengangkat martabat kaum marhaen
Dengan semangat jaman yang progresif

Barisan Penegak Trisakti Bela Bangsa
Mengisi cita-cita proklamasi
Menuju Indonesia maju
Trisakti menjadi pandumu
Untuk Indonesia berdaulat
berdikari berkepribadian

Cukup sebut kami Banteng Indonesia
Demi ibu pertiwi membela NKRI
Untuk Pancasila relakan jiwa raga
Karena Bhinneka Tunggal Ika satukan perbedaan

Untuk lagu berikutnya dapat disaksikan di Igat Channel 

https://youtube.com/channel/UC4oudDg5gUFu2Dt8Usmw2Ig


Melihat kemampuan dan potensi rekan saya Owno dalam membuat komposisi musik (arransement) maka pada Desember 2018 menjelang Pilpres 2019, saya mencoba mengasah kemampuan saya sebagai pembuat lirik lagu (song writer). Ya ..iseng saja sebagai bentuk kontribusi dalam pesta demokrasi.

Saya buat lirik "Indonesia Masih Butuh Jokowi/Jokowi Lagi". Saya minta dengan rekan Owno "Bro jadikan itu lagu rock!" maka jadilah.

INDONESIA MASIH BUTUH JOKOWI

Tampil sederhana menebarkan senyuman
Bukan warisi kaya apalagi ningrat
Tak pernah disangka dia orang  biasa
Menjadi luar biasa karena kerja

Mencintai rakyat setulus hati
Tiada waktu terlewat menyapa rakyatnya
Penuh dedikasi mencintai Indonesia
Membangun negeri memberikan optimisme

Kami mau Jokowi lagi
Karena bersih merakyat kerja nyata
Kami mau Jokowi lagi
Untuk tuntaskan Nawacita

Usai pencoblosan Pilpres 2019 maka untuk mengupayakan tidak lagi kembali ada residu polarisasi pemilih maka pada April 2019 saya membuat lirik "Indonesia Kita". Lewat lirik ini saya mengajak kita flashback akan keIndonesiaan kita yang telah dianugerahi Tuhan keragaman budaya dan telah mewarnai dunia.

Saya mengajak bangsa Indonesia untuk kembali bersama mengakhiri perbedaan pilihan politik, tidak perlu pertikaian. Kembali bergandengan tangan bersama membangun Indonesia maju. Dan sayapun minta rekan Owno untuk membuat lirik ini seperti lagu ballad nya Rod Steward.

INDONESIA KITA

Indonesia kita
Bumi yang kita pijak
Indonesia kita
Warnai dunia

Pilihan telah usai
Saatnya kita kembali bersama
Perbedaan kita akhiri
Tak ada guna pertikaian

Indonesia kita
Cantik ragam budayanya
Indonesia kita
Pastikan bersuka cita

Usah saling menghujat
Karena kita bersaudara
Gandengan tangan memaafkan
Bersama bangun Indonesia maju

Saya sangat memahami bahwa setiap kontestasi, kompetisi apapun pasti akan ada yang menang dan kalah. Oleh karena itu pentingnya pengelolaan emosi agar antara hati dan pikiran tetap bisa mengendalikan perasaan. Kecewa itu ekspresi manusiawi sebagai manusia normal. Namun sikap move on itu jauh lebih penting karena kekecewaan yang berlebihan dapat memicu api dengki dan dendam.

Maka pada Juli 2019 saya membuat lirik untuk membesar hati kita semua bahwa perjuangan itu adalah pengorbanan. Namun sesungguhnya tidak ada pengorbanan yang sia-sia. Untuk menguatkan argumentasi itu maka saya mengutip sloka kitab Bhagavad Gita "Karmanye Vadhikaraste Ma Phaleshu Kada Chana" yang pernah menjadi pesan pidato Bung Karno.

Tentu saya minta rekan Owno jangan dibuat "melow" agar tidak larut dalam kekecewaan saya sampaikan ke Owno "Bro...buat lagu itu ngeFunk" karena saya suka Nuno Bettencourt, Extreme.

JANGAN KECEWA

Iklaskan perjuanganmu
Pikiran tenaga tlah kau curahkan

Waktu dan materipun
dipertaruhkan
Karena perjuangan itu
pengorbanan

Jika kamu berharap hasil
Serahkan saja dengan karmamu
Jika keinginan tak tercapai
Maka kamu tak kan kecewa

Lakukan saja kewajibanmu
Jangan pernah berhitung hitung

Karmanye Vadhikaraste
Ma Phaleshu Kada Chana

Menjelang peringatan 74 tahun Hari Kemerdekaan Indonesia maka pada Agustus 2019 saya buat lirik 'Getih Getah". Lirik ini saya buat bukan semata karena alasan menguatkan nasionalisme tapi didasari kekecewaan saya atas dibuatnya anyaman bambu di Bunderan HI dengan sembarangan memberi nama Getih Getah.

Bagi saya itu mendistorsi makna kesejarahan bendera Merah Putih yang diadopsi dari bendera/panji Majapahit bernama Getih Getah. Bahkan negara Monaco tidak bisa mengklaim tunggal bendera Merah Putih karena duluan Majapahit yang mengibarkannya tahun 1293.

Lewat lirik ini saya mengajak bangsa Indonesia agar tidak melupakan warisan simbul-simbul Majapahit yang menyatukan Nusantara menjadi negara Indonesia modern saat ini.

GETIH GETAH

Kibarkan terus di angkasa
Darah dan tulang menjadi satu
Jiwa raga tlah kami siapkan
Jangan coba coba menggantinya

Getih getah gula kelapa
Majapahit satukan nusantara
Getih getah gula kelapa
Merah putih bendera kita

Indonesia tumpah darah kita
Kami tetap setia menjagamu
Indonesia bangsa yang satu
Kami beda tetapi bersatu

Getih getah gula kelapa
Merah putih bendera kita
Getih getah gula kelapa
Merah putih bendera kita

Seakan kontestasi tidak bisa diakhiri, kebencian (hate speech) masih saja memenuhi ruang publik di media sosial mendorong saya pada September 2019 untuk membuat lirik "Janji Kita Untuk Semua". Lewat lirik ini saya ingin mengajak kita semua membuka hati agar menghentikan untuk saling membenci.

Kritik yang konstruktif adalah penting untuk kemajuan bersama namun tak boleh terus menyalahkan tanpa data dan solusi. Karena kita telah berjanji bahwa dalam kontestasi siap kalah siap menang, maka sifat ksatria dan sportifitas harus dipegang teguh.

JANJI KITA UNTUK SEMUA

Sahabat
Bolehkah ku bertanya
Hatinya tulus
Mengapa langkahnya tak mulus

Dia kerja keras kenapa terus diganggu
Aku tak rela dia tersakiti

Sahabat
Dia inspirasiku
Butuh waktu untuk menemukannya
Jika saja membuka hati
Harusnya berhenti kamu membenci

Bukalah hatimu hey..sahabatku
Biarkan dia tunaikan tugas-tugasnya
Bukalah hatimu hey..sahabatku
Janganlah terus menyalahkan
Karena janjimu janji kita semua

Sepanjang tahun 2019 saya merasakan begitu kuatnya ego kelompok. Bagi saya ini adalah batu sandungan dan hambatan untuk melompat menjadi bangsa yang maju. Memang sejarah Nusantara tak luput dari rekaman pertikaian politik bahkan berdarah.

Namun jika diibaratkan mengendarai mobil bukankah itu harusnya cukup dilihat sebagai "kaca spion" saja dan kita seharusnya lebih fokus dengan "kaca besar" di depan sehingga kita menjadi leluasa melihat jauh tantangan kedepan dan kita tidak menabrak yang seharusnya bisa kita hindari dengan cekatan, gesit, waspada. Artinya tantangan bangsa kedepan akan semakin komplek ditengah kompetisi global maka dibutuhkan kesadaran kolektif seluruh anak bangsa menyikapi hal itu.

Kita telah mengamini bahwa Indonesia kaya panorama alam, keanekaragaman budaya dan hayati, sumber daya alam, SDM bertalenta bahkan leluhur kita mewariskan mahakarya yang adiluhung dan sebagai penjelajah samudra hingga Madagaskar. Namun kita akan sulit mengulang pencapaian kemajuan jika sebagai bangsa kita kurang pandai bersyukur dan lebih mementingkan kelompok.

Maka atas dasar itu pada Oktober 2019 saya membuat lirik "Indonesia Bersyukur". Karena ekspesi rasa syukur dan kecintaan saya pada budaya Indonesia maka rekan Owno saya minta membuat komposisi perpaduan alat musik etnik untuk lirik lagu ini.

INDONESIA BERSYUKUR

Ayo bangsa Indonesia
Menunduk dan berserahlah
Luluhkan hatimu yang kaku
Jangan biarkan egomu membelenggu

Kita kurang pandai bersyukur
Panorama elok dan eksotik
Perut bumi menyimpan kekayaan
Anugerah Tuhan di bumi Katulistiwa

Gita Mahardika satukan negeri
Wujud syukur sesama anak bangsa

Jika Indonesia ingin abadi
Mari berkarya cintai Indonesia

Manusia Indonesia punya talenta
Mahakarya agungkan peradaban
Tugas kita untuk terus berkarya
Tugas kita untuk terus berkarya
Agar bangsa Indonesia berjaya

Memasuki awal 2020 persisnya di bulan Pebruari, kami berkesempatan bersilahturahmi dengan Kepala BKKBN, Bapak Hasto Wardoyo. Mendapatkan penjelasan peran strategis BKKBN yang bertanggungjawab atas stunting, pertumbuhan dan keberlanjutan generasi ke generasi.

Maka dapat dipastikan bahwa jika sejak awal bangsa ini salah mempersiapkan generasi muda dengan pengetahuan tentang reproduksi maka Indonesia bisa terjadi ledakan populasi tak terencana, kesenjangan usia kerja (ageisme) yang tidak terkendali, kesenjangan generasi (generation gap) yakni usia yang terpaut jauh antar generasi yang bisa memicu potensi konflik karena pemahaman yang berbeda melihat persoalan, optimalisasi bonus demografi (jumlah usia produktif yang besar) atau sebaliknya berkurangnya jumlah usia produktif karena tingkat kematian bayi yang tinggi, kurang gizi (stunting).

Sedangkan di negara maju seperti Eropa, Jepang dan Singapura mengalami kekurangan angkatan kerja (usia produktif) lebih karena alasan warganya tidak mau menikah, tidak mau punya anak.

Selama era Orde Baru mungkin BKKBN dikenal oleh masyarakat luas hanya dengan kampanye cukup 2 anak (KB). Maka saat ini paradigma dan pemahaman yang terbatas itu harus berubah bahwa BKKBN adalah mengemban tugas besar dalam menyiapkan generasi muda.

Oleh karena itu saya terinspirasi membuat lirik "Genre Milenial". Dan saya meminta rekan Owno untuk jadikan lirik tersebut menjadi lagu bergenre "techno" yang cocok diputar di tempat-tempat clubing. Mengapa saya punya target menyasar itu? Pesan saya adalah walaupun anak muda happy dan enjoy dengan dunianya namun tetap harus terhindar dari seks bebas dan narkoba. Karena masa depan ada dipundaknya, generasi tua akan digantikan olehnya.

GENRE MILENIAL

Reproduksi
Reproduksi
Reproduksi generasi

Hey.. kamu anak muda
Jaman ini adalah milikmu
Masa depan bangsa ada dipundakmu
Yang tua diteruskan generasimu

Rencanakanlah hidupmu
Rencanakanlah masa depanmu
Jauhilah seks bebas jangan coba-coba narkoba
Karena kamu adalah generasi berencana

Janganlah diperbudak akan materi
Demi sosialita kau tak peduli sekitar
Media sosial bukanlah dunia nyata
Karena kamu adalah generasi berencana

Memasuki Maret 2020 dunia digemparkan oleh makin meluasnya Corona/Virus Covid19 tak terkecuali Indonesia yang diumumkan langsung oleh Presiden Jokowi. Sedih pastinya aktifitas yang biasa diluar rumah harus dibatasi (pembatasan sosial). Maka pada Maret 2020 saya membuat lirik dengan pesan ajakan bersatu menghadapi Corona, menghentikan debat yang tak produktif demi menghambat meluasnya korban dengan judul "Jangan Dekati Kami".

JANGAN DEKATI KAMI

Saatnya kita bersatu hadapi Corona
Corona tak kenal suku bangsa dan agama

Awalnya ada di Wuhan
Para hater banyak mengolok
Mereka sebut karma kutukan
Kelelawarpun dikambing hitam

Korban mulai berjatuhan
Kematian menjadi horor

Duniapun menjadi gempar
Spekulasi lalu bermunculan
Manusia kini melek dan sadar
Karena Corona jadi pandemi

Hentikan semua debat
Mulailah menghambatnya

Pemerintah saya rasakan telah berjibaku dengan berbagai kebijakan dalam menangani Covid19, namun tetap korban tak bisa dihindari. Korban PHK, masyarakat kehilangan penghasilan dan bahkan korban jiwa. Masyarakat yang sehat mulai jenuh dengan pembatasan aktifitas, ada pembangkangan sipil menolak kebijakan, semua dalam posisi dilematis.

Tidak kerja tidak makan, sementara pemerintah harus menjalankan tugas dan kewajiban melindungi warganya. APBN dan APBD pun harus rela direfocusing untuk utamakan jaring pengaman sosial. Banyak yang mengalami depresi, stres, perceraian, kebangkrutan dan keputusasaan.

Maka pada Mei 2020 saya mencoba membuat lirik "Akan Tiba Saatnya". Pesan saya dalam lirik ini untuk menguatkan rakyat Indonesia agar sabar dan tenang hadapi tantangan karena akan tiba saatnya setelah semua kesabaran terbayar.

AKAN TIBA SAATNYA

Cobalah untuk memahami
Keadaan ini bukan kita inginkan
Selalu ada pesan dibalik peristiwa
Kita hidup mencari kedamaian

Pasti jenuh namun tetap bijak
Bosan dengan yang ada terbatas
Menunggu tanpa ada kepastian
Sabar dan tenang hadapi tantangan

Akan tiba saatnya nanti
Setelah semua kesabaran terbayar
Akan tiba saatnya nanti
Kembali kita bersuka cita

Menikmati buah kemenangan
Karena telah lewati ujiannya

Tetap upaya bantu bertahan
Jangan mengeluh dan kehilangan asa
Percayalah pada tekad kuatmu
Bersama selamatkan hidup kita

Mungkin karena masifnya anjuran Work From Home (bekerja dari rumah), sekolah dan perkuliahan secara daring mendorong saya jadi produktif menghasilkan 4 buah lirik dalam bulan Mei 2020 yaitu "Akan Tiba Saatnya", "Mari Kita Berdamai" "Ku Berserah" dan "Pancasila Forever". Total lagu yang bertema Covid menjadi 4 buah jika ditambah "Jangan Dekati Kami".

Pesan saya dalam lirik lagu "Mari Kita Berdamai" bahwa suka atau tidak suka faktanya ada pandemi yang disebabkan oleh "musuh yang tidak tampak" yaitu virus. Ada yang terpapar dan dirawat secara massal iya....ada yang dikubur yang divonis Covid faktanya ada. Oleh karena itu rasionalisasinya adalah menghadapinya dengan adaptasi kebiasaan baru (normal baru) jangan menambah kegaduhan dengan membangun narasi sesat data dan fakta.

Dan akhirnya saat ini kan teruji Indonesia dinilai oleh WHO berhasil mengendalikan Covid dengan tingkat pemulihan ekonomi yang cukup baik jika dibanding negara lain.

MARI KITA BERDAMAI

Damai...damai...
Mari kita berdamai
Untuk normal baru

Ajal takkan kuasa kita hentikan
Pabrik industri tak luput dari kematian
Pilihan dirumahkan daripada dimakamkan
Saatnya berdamai daripada melawannya

Sudah tiga bulan kita menghadapinya
Jadi akrab dengan masker dan hand sanitizer
Diksi lawan jadi kata hadapi yang tak tampak

Work from home social distancing
Work from home physical distancing
Work from home social distancing
Hingga pembatasan sosial berskala besar

Media sosial jadi melek informasi
Terlalu antusias kurang validasi
Niat baik gerak cepat
Celakanya itu hanya hoaks
Akhirnya yang ada malah menambah kegaduhan

Damai...damai...
Mari kita berdamai
The new normal

Dalam menyambut Idul Fitri untuk pertama kalinya selama Covid berlangsung tentu saya bisa merasakan empati. Bagaimana suka cita dalam fenomena mudik, berita kemacetan arus mudik tak lagi kita jumpai di berita TV. Yang ada adalah pemblokiran jalan-jalan, pelabuhan dan bandara untuk mencegah mobilitas orang.

Ada yang sudah di tol Cikampek langsung dihalau untuk kembali ke Jakarta. Maka pada Mei 2020 saya membuat lirik "Ku Berserah". Lirik yang saya anggap "religius" ini memberi keyakinan atas kuasa dan kebesaran Tuhan pencipta alam semesta. Jika Tuhan berkehendak maka tak satupun manusia yang bisa menolak. Doa saya agar kembali alam semesta bersahabat, Covid menjauh dari kehidupan manusia.

KU BERSERAH

Oh Tuhan yang maha kuasa
Menjadikan yang tiada menjadi ada
Jika atas kehendakmu apapun bisa terjadi
Hambamu berserah kepadamu

Oh Tuhan yang maha pemurah
Terimakasih atas segala anugerahmu
Maafkanlah hambamu yang kurang bersyukur
Ku tak ragukan kuasa dan kemurahanmu

Tidak bermaksud lancang
Ijinkan hamba memohon
Kabulkanlah permintaan hamba yang berdosa ini

Jadikanlah dunia ini
Tempat yang damai saling mengasihi
Tegurlah kesombongan kami karena merundung

Ingatkanlah kami saat ingkari kemanusiaan
Agar semesta kembali bersahabat

Pada bulan Mei 2020 dalam menyambut peringatan Hari Lahir Pancasila saya terinspirasi untuk mendiskripsikan perjalanan bangsa sejak masih dalam cengkraman kolonialisme yang masih bernama Hindia Belanda. Masa penindasan itu dialami oleh leluhur kita dengan berkorban nyawa untuk mencapai sebuah bangsa yang merdeka. Lalu kemudian muncul nama Indonesia.

Nama Indonesia tentu semakin ditakuti oleh imperialis setelah ikrar satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa. Kekalahan dalam Perang Pasifik memaksa Jepang harus merestui dibentuknya BPUPKI. Dalam sidang BPUPKI lah para pendiri bangsa menyiapkan kemerdekaan Indonesia. Puncaknya adalah Pidato Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945 yang mengusulkan dasar negara Indonesia Merdeka yang beliau sebut sebagai Pancasila.

Sejarah lahirnya Pancasila dimanipulasi oleh rejim Orde Baru untuk mendistorsi bahwa Sukarno lah sebenarnya satu-satunya tokoh saat itu yang mengusulkan dasar negara.

Orde Baru menciptakan narasi fiktif seolah tokoh lainnya juga mengusulkan dasar negara. Padahal tokoh lain yang diberi kesempatan pidato tanggal 29-31 Mei 1945, sama sekali tidak ada yang mengusulkan dasar negara. Lebih banyak menyampaikan bagaimana mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

Secara aklamasi kemudian pidato Bung Karno tentang Pancasila diterima oleh peserta sidang. Selanjutnya kemudian dirumuskan kembali urutan dan redaksi bahasanya.

Jadi dalam lirik ini saya sebenarnya ibarat meringkas buku sejarah jika dibaca membutuhkan waktu berhari hari bahkan mungkin bermingu-minggu. Sementara dalam lagu ini hanya membutuhkan waktu 4 menit saja. Dalam lirik ini yang saya tampilkan adalah Pancasila yang asli usulan Bung Karno sebelum dirumuskan dan disahkan tanggal 18 Agustus 1945 seperti Pancasila yang kita jumpai saat ini.

Agar lirik ini bisa disimak secara seksama dan jelas maka saya minta kepada rekan Owno untuk membuat lagu ini bisa dimainkan secara orkestra dan paduan suara. "Bro...buat ini seperti lagu My Way yang dipopulerkan Frank Sinatra".

PANCASILA FOREVER

Berabad abad bangsa kita hidup dalam imperialisme
Harga diri terkoyak penuh penindasan

Pantang surut walau penjara dan nyawa menjadi taruhan
Berkobar kobar api revolusi demi untuk merdeka

Tercetus nama Indonesia
Sumpah pemuda untuk satu bahasa bangsa dan tanah air

Perlawanan rakyat makin menggelora satukan perjuangan
Dengan semboyan merdeka atau mati

Perang pasifik menjadi penanda saatnya merdeka
Dokuritu zyunbi tyoosakai bahas dasar Indonesia

Satu juni sukarno lahirkan pancasila
Yang menjadi pedoman kita bernegara

Kebangsaan
Perikemanusiaan
Mufakat demokrasi
Kesejahteraan sosial
Ketuhanan yang berkebudayaan
BK sebut itu pancasila

Pancasila is philosofische grondslag
Pancasila is life ideology
Pancasila unity in diversity
Pancasila save political independence

A long life pancasila forever
Kami menjagamu sepanjang masa

Perhatian dan sikap saya atas anti terorisme mendorong untuk membuat lirik "Kendalikan Bencimu". Lirik ini sebenarnya telah saya buat Nopember 2018 namun untuk menjadi sebuah lagu ternyata perlu waktu 1,5 tahun (Mei 2020 baru jadi).

Sayapun meminta rekan Owno untuk membuatnya dengan genre funk karena saya suka Red Hot Chili Peppers. Melalui lirik ini saya ingin mengajak kita semua untuk berkontemplasi dan flashback kemasa saat kita masih bocah, bermain bersama di sawah berlumpur, di sungai dan bahkan tempat yang kita tidak pahami sebenarnya tempat yang berbahaya semisal terjun ke sungai dari ketinggian.

Masa kecil kita yang bahagia dulu karena tak pernah mendebatkan asal usul suku, agama, ras dan golongan. Waktu masih kuliah di Bali, teman-teman saya yang Islam dan Kristen biasa ikut ke Pura.

Lalu ketika saya hidup di Jakarta dengan mindset metropolitan yang heterogen dan tingkat pendidikan yang tinggi malah saya merasakan kekawatiran karena bibit kebencian (intoleran) itu ternyata diproduksi di Jakarta dan meracuni melalui media sosial kedamaian hidup masyarakat di daerah-daerah. Kecepatan produksi hoaks dan ujaran kebencian mengalahkan Cyber Crime polisi.

Perasaan persaudaraan kita diaduk-aduk oleh ujaran kebencian dan kebohongan seakan benar maka jadilah kita saling membenci. Dan saya meyakini bahwa terorisme tidak semata lahir dari kemiskinan dan kebodohan tapi juga doktrinisasi kebencian. Oleh karena itu mengendalikan kebencian adalah tanggungjawab kita bersama.

KENDALIKAN BENCIMU

He... Manusia Indonesia
Cobalah kau ingat
Saat kecil dulu yang bahagia
Tanpa pernah curiga sekitar kita
Kita bermain bersama

Alam bebas jadi favorit kita
Sawah dan lumpur menyatukan kita

Kamu tak pernah usil
Antar golongan ras dan suku bangsamu
Kamu tak masalah beda agama
Karena kita bersaudara

Jaman terus berubah
Era media sosial

Say no anti social
Say no to anarchy
Say no to terorism
Together we are strong and more than stronger

Jaman terus berubah
Era media sosial
Mendekatkan yang jauh
Tapi mengapa harus jauhkan persaudaraan

Tiap saat rasa kawatir
Ujaran kebencian tiada henti
Berita bohong seakan benar
Lalu kita saling membenci

Say no anti social
Say no intolerance
Say no to anarchy
Say no to terorism
Together we are strong and more than stronger

Selama pandemi Covid19 saya memutuskan istirahat dari keramaian, kumpul-kumpul massa. Maka sebagai bentuk dukungan kepada Gibran untuk Pilkada Solo,  maka pada Juli 2020 saya hanya bisa ambil peran lewat lirik lagu dan kampanye "on air".

Dalam lirik "Beri Solo Anak Muda" ini saya adopsi petuah, kata bijak leluhur Jawa. Dan untuk menguatkan karakter tangga nada tradisional Jawanya saya minta rekan Owno untuk membuat komposisi musiknya "pentatonik" dan ada suara "dalang" untuk petuah Jawanya walaupun aksen Banyumasan bukan Solo.

BERI SOLO ANAK MUDA

Gusti paring dalan kanggo uwong sing gelam ndalan
Aja dadi uwong sing rumangsa bisa lan rumangsa pinter
Nanging dadiya uwong sing bisa lan pinter rumangsa
Aja mbedakake marang sapadha-padha
Sura dira jayaningrat, lebur dening pangastuti

Ada seorang anak muda
Tak mau diperlakukan istimewa
Walaupun dia anak pejabat

Putra sulung yang alami masa sulit
Harapan doa ibu pertiwi
Menjadi pribadi yang gigih (brani)

Tumbuh besar di kota Solo yang damai dan tentram
Pendidikan tinggi tak lupakan budaya jawanya
Hidup bersahaja peduli sesama

Dialah Gibran Teguh dalam berprinsip
Dialah Gibran Teguh dalam tindakan
Bertekad mengabdi untuk kota Solo

Kami ingin Gibran amanah
Kami ingin Gibran berbhakti

Dialah Gibran Rakabuming Raka

Mengingat kondisi Covid makin horor, sirene ambulance yang tak henti-henti meraung-raung di Jakarta dengan jumlah kematian terbesar serta ada rencana kebijakan pembatasan baru untuk Jakarta yang membuat ruang gerak semakin sempit maka Agustus 2020 saya memutuskan untuk pulang ke desa dan bertani di Bali. Keputusan ini memberi kesempatan dan waktu saya bersama orang tua. Kurang lebih 7 bulan saya di Bali lalu kangen rumah yang di Jakarta.

Memasuki bulan Mei 2021 tiba-tiba rekan Owno mengirimi saya lirik dan lagu tema Membangun Ibu Kota Negara. Setelah saya menyimak lalu saya bilang "Bro...gue apresiasi lagunya tapi itu liriknya gue rombak ya, kurang pas gue denger". Dia pun setuju lalu jadilah judulnya "Ayo Indonesia Bangkit". Bagi saya lirik hasil yang saya rombak ini lebih pas untuk momen memperingari Hari Kebangkitan Nasional.

AYO INDONESIA BANGKIT

Mari membangun rumah bersama
Yang berPancasila
Mari membangun Indonesia Raya
Bhinneka Tunggal Ika

Usah dikau sesali yang sudah lewat
Mari kita terus bangkit dan terus bergerak

Masih banyak yang bisa kita lakukan
Bersama membangun Indonesia Maju

Akan dia buat bangsaku sejahtera
Akan dia buat bangsaku menjadi maju

Masih banyak yang bisa kita lakukan
Bersama membangun Indonesia Maju

Jika disimak secara seksama antara waktu pembuatan lirik dengan waktu pertama kali di upload di Youtube sebenarnya memperlihatkan berapa lama proses dari lirik menjadi sebuah karya berupa lagu.

Sebuah produk karya seni berupa lagu membutuhkan inspirasi, mood, kegairahan hati untuk diekspesikan menjadi komposisi musik yang diharapkan sesuai liriknya. Karena pada dasarnya sebuah lagu adalah hiburan yang bisa membuat suana hati menjadi bersemangat, gembira bahkan sedih (melow).

Melihat ilustrasi tersebut maka menciptakan lagu yang "berkualitas" dan lagu yang "populer" merupakan dua hal yang berbeda. Namun dalam persfektif industri musik maka yang diharapkan adalah populer yang berkolerasi dengan nilai penjualan.

Sebagai contoh misalnya bagi yang paham skil bermain musik maka akan menilai Dream Theater sebagai grup band metal progresif memiliki kualitas komposisi musik terbaik dengan skil individu yang merata tapi kalah populer misalnya dengan Guns N Roses.

Membutuhkan waktu puluhan tahun Dream Theater untuk mendapat Grammy Award katagori Best Metal Performance. Sementara Guns N Roses tiga kali masuk nominasi Best Hard Rock Performance tahun 1990, 1993 dan 1993 namun tak pernah memenangkan Grammy Award.

Sebagai "song writer" amatiran saya merasakan ada satu lirik "Kemana Aku" yang saya buat Nopember 2018 sudah jadi demo lagu (akustik) sekitar tahun 2019. Lagu ini saya harapkan komposisi musiknya diarransemen metal progresif ala Dream Theater.

Namun rekan Owno mengalami kesulitan untuk merealisasikannya. Ini yang saya maksud bahwa musisi butuh inspirasi dan mood untuk melahirkan karya yang benar-benar sesuai harapan. Tapi saya tetap sampaikan "It's ok Bro, nanti sempurnakan lagi, yang penting sudah jadi lagu".

KEMANA AKU

Saat itu dalam renungan
Dualisme pikiran berdialog
Idealisme beradu pragmatisme
Kemana aku harus menuju

Tidakkah kau tahu
Hidup untuk memikul tanggungjawab
Bahwa hidupmu bukan ditangan orang lain
Keputusanmu akan membawamu
Membawamu ke masa depan

Tahukah kamu
Masa lalu akan selalu jadi pelajaran
Lukisan masa depanmu
Tergantung apa tindakanmu
Maka berbuatlah

Ketika saya dikirimi lagu bertema membangun ibu kota negara sebelumnya dan saya rombak menjadi Ayo Indonesia Bangkit, Maka untuk dasar lagu yang sudah pernah dibuat sebelumnya ini saya arahkan ke rekan Owno bahwa lagu ini yang cocok sebagai bentuk dukungan untuk pembangunan Ibu Kota Negara. Dengan perubahan arransemen memasukkan suara safe Dayak sebagai ciri musik tradisional Kalimantan.

Maka Maret 2022 lirik "Dari Kita Untuk IKN" kami buat bersama dengan pesan bahwa tahun 2000 itu adalah miliknya generasi milenial. Oleh karena itu saya punya harapan karena kelak dipundak merekalah mewarisi kemajuan peradaban Indonesia maka generasi milenial harus siap beradaptasi dengan perubahan. Tidak mudah menyerah menghadapi tantangan jaman, tidak mudah diadu domba serta optimalkan potensi SDM untuk mendukung membangun peradaban baru di IKN Nusantara.

DARI KITA UNTUK IKN

Dua ribu
Dari kita untuk Ibu kota baru
Dua ribu
Tahun generasi milenial
Dua ribu
Dari kita untuk Ibu kota baru
Dua ribu
Kita adaptasi perubahan

Janganlah kita menyerah
Untuk hadapi tantangan jaman
Afirmasi sumber daya
bangkit jadi bangsa pemenang

Janganlah kita terpecah
Karena kita ini bangsa yang hebat
tanah air nusantara
Sang pencipta selalu bersama

Karena kita bangsa besar
Bangun jiwamu pantang menyerah
Membangun peradaban baru
yang berkeadilan sosial

Dalam menyikapi dinamika bursa calon presiden untuk Pilpres 2024, saya mencoba ikut berpartisipasi dengan membuat lirik "Dia Dinanti" pada Oktober 2021. Lirik ini menggambarkan sosok figur yang cerdas, intelektual namun tetap rendah hati dan hormat pada orang tua.

Prilakunya yang "dadi wong ojo rumongso biso, nanging uwong seng biso rumongso" tak merasa pintar tapi pintar merasa sangat cocok melekat pada sosok Ganjar Pranowo. Maka saya pun lalu sampaikan ke rekan Owno "Bro....lirik ini dibuat Reggae ya.."

DIA DINANTI

Matahari di ufuk timur
Sambut hangat kehadirannya
Tanda alam membawa pesan
Jangan balik sebelum tujuan
Wo..oo..oo wo...oo oo

Tak merasa pintar tapi pintar merasa
Bijak dan sabar hadapi dengki
Kerja cerdas rendah hati lakunya
Karena tuanku ya rakyat

Lahir dari rakyat biasa
(Ganjar)
Egaliter bukan konservatif
(Ganjar)
Dia sosok yang dinanti
Memberi asa bukan pencitraan

Tetap rendah hati tanpa berbusung dada
Mikul dhuwur mendhem jero
Kerja nyata rakyat yang menilai
Sepi ing pamrih rame ing gawe

Tak ada perjuangan yang sia-sia
Ano dino ano upo

Terkait konflik Rusia-Ukraina saya menulis tentang apa yang kira-kira melatar belakangi serta kecemasan jika benar-benar Rusia melakukan serangan militer ke Ukraina. Dan perang pun akhirnya pecah tak terhindarkan.

Melihat dampak yang akan ditimbulkannya baik kemanusiaan, krisis energi, pangan dan ekonomi sayapun telah menulis bagaimana sebaiknya Indonesia berperan sebagai Presidensi G20.

Tak terpikirkan oleh saya untuk membuat lirik lagu. Tapi ternyata rekan Owno kontak saya "Bro...buat lirik untuk G20 donk...' lalu saya jawab "Wah...gue lagu nyiapin G24..tapi ok., Gue cari inspirasi dulu ya".

Lalu pada Juli 2022 lirik "Bersama Pulihkan Dunia" selesai saya buat. Lalu rekan Owno saya kabari "Bro ini lirik silahkan diekplorasi, Gue ingin nanti lagunya bisa dinyanyikan rame-rame seperti "We Are The World" karya Lionel Richie dan Michael Jackson yang nyanyi keroyokan dengan lebih dari 40 penyanyi besar dunia untuk solidaritas kemanusiaan atas bencana kelaparan di Afrika tahun 1985.

BERSAMA PULIHKAN DUNIA

Dunia tercipta untuk kehidupan
Akal budi pikiran menjaga harmoni
Dari rasa tumbuhkan empati
Karsa manusia memajukan peradaban

Ada yang suguhkan kekerasan
Kebodohan masih saja digaungkan
Mahabharata menjadi pelajaran
Karena perang hati nurani jadi terkunci

Dunia tak butuh adikuasa
Hormati kedaulatan dan hak asasi manusia
Dunia bangunlah masa depan
Agar kita semua baik baik saja

Kedamaian yang kita butuhkan
Hegemoni lahirkan perlawanan
Kita harus hidup dalam kesetaraan
Jagalah harmoni untuk masa depan

Perubahan iklim adalah nyata
Pandemi ini lahirkan kemiskinan
Perang berdampak untuk dunia
Ciptakan krisis pangan dan energi

Mulia bersama pulihkan dunia

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun