Mohon tunggu...
Literasi Kata
Literasi Kata Mohon Tunggu... Bukan Terikat

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sungai yang Meminta Kedatangan

21 Februari 2025   23:47 Diperbarui: 18 Juli 2025   20:44 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Radar Utara edisi Minggu, 12 Januari 2025

"Jangan dengarkan, Pak. Pembunuh!!! Cepat cek sidik jarinya, pasti cocok dengan pistol dan koper itu! Dialah yang merampok suami saya saat pulang kerja! Saya yakin jika tidak dapat info dari warga tentang lokasinya sekarang, jasad suami saya pasti bakal dipotong-potong untuk hilangkan jejak, Pak!" urai istri alm. Pak Birma tersengal-sengal.

"Tapi sungguh bukan saayy..."

"Halah!!!....Dugggg!!!!!!" sebuah sapuan kaki terukur dari satu anak alm. Pak Birma itu tepat mengenai rahang Pak Prehatin. Dia pun terhentak ke pinggir dan merasakan ngilu berat yang sangat dalam.

"Cukup! Jangan main hakim sendiri!" sergah Komandan Surya yang langsung cepat mengamankan Pak Prehatin.

Dengan diborgol dan dikawal, Polisi menggiring Pak Prehatin menuju pinggir jalan raya untuk masuk ke mobil tahanan. Sementara itu keluarga alm. Pak Birma juga mengekor di belakang dengan menyembunyikan mata dan senyum penuh intrik dan skandal. 

Berjalan menepi dan berkelok, Pak Prehatin hanya menatap aliran sungai. Seolah sungai itu berbisik kepadanya, mata Pak Prehatin sembab hangat mengingat kenangan kelam di sungai itu. Langkah mereka mendekati undakan bendungan dan berusaha naik menuju jalan raya.

"Bapak!!!!!!!!!" teriak Kinong dari siletan jalan dengan tangan kanan melingkari bola. 

Pak Prehatin menyeretkan langkah hingga berhenti total. Dia mendengar panggilan itu dan menangkap wajah memelas putranya. Kinong berlari mendekat.

Pak Prehatin tak tahan lagi. Dengan kuda-kuda pasti dia gasak satu petugas di kiri tangannya untuk ciptakan ruang. Satu kuncian kendur. Petugas lain segera terbang dari belakang untuk lakukan kekangan leher. Namun Pak Prehatin mendorong cepat kepala belakangnya hingga hantam pelipis kanan si petugas. Polisi itu pun rubuh sesaat. Komandan Surya segera bergerak kilat, ia cepat todongkan pistol dengan teriakan perintah yang wajib diikuti.

Tapi mata Pak Prehatin nyalang tanpa keraguan. Sekujur tubuhnya ia tabrakkan ke badan Komandan Surya. Sedikit terdorong ke belakang, ruang kecil itupun dimanfaatkan Pak Prehatin dengan memutar setengah badan lalu terjun ke sungai yang berarus pasang.

Dor!!!! Dor!!!! Dorr!!!!Dorr!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun