Tetaplah rendah hati,
meski angin mengagumi langkahmu,
sungai memuji kesabaranmu yang mengalir tanpa henti,
dan matahari menyorot wajahmu dengan hangat.Sebab dunia kadang menyembunyikan jarum-jarum tajam
di balik senyumnya yang lebar.
Dunia seperti hutan yang sunyi,
menyimpan jurang dan akar yang siap menjerat.Namun pernah, sebentar saja,
kupikir sinar itu adalah milikku,
angin itu berbisik hanya untukku.
Aku mulai merasa tinggi,
tanpa menyadari langkahku melayang.Baca juga: Ketika Cinta Harus Melepas
Aku lupa menapakkan kaki di tanah,
aku lupa bumi selalu menuntut pijakan.Bumi berputar tanpa lelah,
daun jatuh perlahan,
hujan menetes di atap rumah yang sunyi,
dan malam menelan ketinggian yang tak dijaga.Di sanalah aku melihat bayangan diriku runtuh,
ketika jurang itu ternyata adalah angkuhku.
Aku tercekat,
aku terdiam,
sebab yang runtuh bukan dunia,
tetapi diriku sendiri.Dari reruntuhan itu aku belajar,
bahwa yang berdiri tegak bukan mereka yang tinggi hati,
melainkan mereka yang tenang menundukkan diri.Hanya yang bersahaja yang bertahan.
Hanya yang bersahaja yang menemukan celah cahaya
di antara pepohonan gelap,
menemukan damai
di antara badai yang tak terduga.Baca juga: Ketika Air Mata Sahabatku BerceritaHanya yang bersahaja
yang tetap berdiri,
meski waktu mencoba meruntuhkan.Jangan biarkan pujian meracuni hatimu,
atau kata-kata manis membuatmu lupa menapakkan kakimu.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!