Mendengar jawaban Rustam aku sontak berlari mendekati satu keramaian yang kini telah terpecah menjadi dua. Disaat berlari aku terus berharap bahwa salah satu dari kedua orang itu adalah sahabatku.Â
Di tengah kecemasan dan penuh harapan aku coba menembus kerumunan warga yang telah membaringkan satu tubuh manusia yang pada saat itu penuh dengan lumpur. Aku lihat dengan seksama, namun ternyata sosok tersebut ialah seorang pria.Â
Dengan nafas masih terengah-engah aku kemudian segera berlari ke arah kerumunan lain, dan ketika sudah dekat dengan keramaian itu aku tidak segera merangsek untuk melihat sosok berikutnya, melainkan menarik nafas dalam-dalam terlebih dahulu.
"Semoga ini kamu, San." Aku berharap dalam hati.
Dan ternyata benar, wanita yang sedang terbaring lemah itu adalah Susan, yang kata warga setempat ia ditemukan tertimbun di antara reruntuhan rumah. "Ya ampun, San, akhirnya kamu bisa ditemukan." kataku padanya sambil menggenggam kedua tangannya.
Susan pada mulanya masih syok dengan kondisi di sekelilingnya, namun sekian menit berlalu ia menyadari keberadaanku dan kemudian berkata, "Kado buatku mana, Vin?" tanyanya sambil terbatuk-batuk.
Mendengarnya membanyol demikian rasa-rasanya nyawaku bertambah satu, menjadi dua, dan aku pun tak henti-hentinya mengucap syukur pada hari itu.