Mohon tunggu...
Muhammad Diponegoro
Muhammad Diponegoro Mohon Tunggu... Lainnya - Sesekali menulis dan merekam

Perantau

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pagi yang Tak Pernah Terbayangkan

21 Agustus 2020   09:29 Diperbarui: 21 Agustus 2020   09:20 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bang Rustam, saya bisa bantu apa di sini?" Tanyaku dengan sopan.

"Tak perlu repot, mbak Vinny, Insya Allah, sebentar lagi bantuan dari pemerintah akan tiba. Tadi kawan-kawan mengecek, beberapa bantuan sudah sampai di lokasi pengungsian di desa sebelah. Mungkin siang ini mereka tiba di sini."

"Alhamdulillah, lega saya mendengarnya, bang."

Aku kemudian ikut membantu Rustam yang kala itu sedang memindahkan tumpukan kayu untuk dijemur agar bisa digunakan sebagai bahan bakar perapian pada malam ini. Seluruh kayu tampak masih basah dan ada beberapa yang mesti dipotong karena ukurannya masih terbilang cukup besar. 

Satu persatu aku pindahkan kayu tersebut ke tengah lokasi pengungsian. Di sana tak ada pohon tumbuh, sehingga baik untuk mengeringkan kayu-kayu lembab itu dengan segera. 

Sungguh, dengan melakukan kegiatan seperti ini rasanya aku bisa rehat sejenak dari rasa cemasku yang terus menggerogoti pikiran. Rasa sakit di tubuh pun mulai sirna ketika otot di tubuh kupaksa untuk kembali bergerak.

"Jangan menghalangi jalan! Awas! Awas!"

Pandanganku mendadak tertumbuk pada para pemuda yang dikerubungi oleh warga. Aku tak melihat apa yang mereka angkut namun wajah tegang terlihat dari orang-orang yang mendekatinya. Mendengar peringatan itu aku lebih baik menunggu untuk tahu apa yang terjadi. Ketika itu aku masih memindahkan beberapa kayu sambil melihat situasi di arah keramaian.

Aku pada saat itu sebenarnya sangat penasaran dengan apa yang telah terjadi.

"Bang Rustam, ada apa ramai-ramai di sana" tanyaku padanya usai ia kembali dari lokasi kerumunan tersebut.

"Mereka menemukan dua orang yang masih hidup."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun