Mohon tunggu...
Muhammad Diponegoro
Muhammad Diponegoro Mohon Tunggu... Lainnya - Sesekali menulis dan merekam

Perantau

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pagi yang Tak Pernah Terbayangkan

21 Agustus 2020   09:29 Diperbarui: 21 Agustus 2020   09:20 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bagaimana lenganmu, nak?"

Aku lantas melihat lengan kananku yang entah bagaimana sudah terikat kain kasa yang warnanya sudah bernoda merah.

"Sudah enakkan, bu."jawabku sambil menggerak-gerakkan pundak secara perlahan.

"Pada siang tadi anak ibu beserta warga menemukanmu di dekat pantai. Mereka membawamu ke sini dalam kondisi tak sadarkan diri."

"Terima kasih, bu. Sekali lagi terima kasih."

"Terima kasih lah pada mereka, nak."

Ibu itu kemudian menunjuk beberapa pemuda yang hilir mudik yang tampak sedang mengangkut bahan-bahan mentah untuk dimasak di tempat pengungsian.

"Bismillah, ya nak, semoga bantuan cepat datang."

"Amin, bu."
"Ibu tak sanggup melihat ini semua, nak. Banyak dari mereka yang kehilangan anggota keluarganya."

"Keluarga ibu bagaimana?"

"Alhamdulillah, ibu malah diselamatkan oleh anak ibu. Ibu digendongnya sampai ke tempat ini. Mungkin dia sekarang sedang membantu warga untuk mencari bahan makanan di bawah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun