"Bagaimana,Vin, sekarang percaya kan?"
"Gila, ini keren!
"Nah, begitu dong semangat!" ejek Susan kepadaku untuk kesekian kalinya.
Sembari mengecek dan mengatur kamera, Susan berjongkok di sampingku mengelap papan selancarnya kemudian memberikan lilin pada permukaan papan yang akan dinaikinya dengan membuat garis diagonal.Â
Lilin bagi para peselancar adalah bagian integral dari perlengkapan berseluncur. Dengan bantuannya, kaki mereka para peselancar akan lebih kokoh berdiri di atas papan tanpa harus khawatir terpeleset ketika sedang mengendarai gelombang ombak.
"Pemanasan dulu, Vin"
"Yuk."
Susan kemudian berdiri namun tiba-tiba terjatuh bersama papan selancarnya karena kehilangan keseimbangan. Seketika aku menyadari ada getaran kuat dari dalam bumi yang seakan menyeruak keluar. Aku dan Susan saling menatap satu sama lain. Bersamaan dengan kejadian itu beberapa orang yang berada di tepi pantai mulai berteriak "Gempa! Gempa! Cari bukit terdekat!".
***
Di pelabuhan Tuapejat manusia berhamburan layaknya semut yang sarangnya dihancurkan. Kebanyakan dari mereka tak sanggup berlari karena goyangan gempa begitu kuat.Â
Mereka hanya mampu tiarap seraya mengucap doa, dan berpegangan tangan jika ada anggota keluarga di samping mereka. Ketika dentuman pertama menghantam, sebagian bangunan di dekat pelabuhan langsung ambruk.Â