Mohon tunggu...
Muhammad Diponegoro
Muhammad Diponegoro Mohon Tunggu... Lainnya - Sesekali menulis dan merekam

Perantau

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pagi yang Tak Pernah Terbayangkan

21 Agustus 2020   09:29 Diperbarui: 21 Agustus 2020   09:20 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika Vinny membuka kedua matanya, ia menyadari bahwa Susan tidak lagi berada di dekatnya, dan kondisi Vinny saat itu tidak sedang memeluk pohon kelapa, melainkan tengah terjebak di tengah lumpur dan puing-puing---beruntung, ia tidak ditelan arus ke samudera.

Dalam kondisi setengah sadar dan pikiran tak tentu arah, ia melihat satu mayat bayi di dekatnya yang mati dalam kondisi tertelungkup. "Ya, Allah." ucapnya setelah menyaksikan jasad bayi dan situasi di sekitarnya. Di momen itu entah mengapa ia seperti mendapatkan sedikit tenaga untuk menyingkirkan benda-benda yang menimpa dirinya. 

Ketika itu Vinny berhasil bangkit untuk kemudian mengangkat jasad bayi yang saat itu belepotan darah. Darah yang ternyata berasal dari lengan kanannya yang terluka karena potongan besi sebesar pulpen menancap di bahunya. Sadar akan hal itu, rasa sakit pun mulai menghinggap di tubuhnya.

Dengan sisa tenaga yang ia miliki, Vinny berjalan seraya berusaha mencari sahabatnya tersebut. Ia melangkah dengan hati-hati karena tanah yang ia pijak terselimuti oleh lumpur setinggi betis serta puing-puing kayu dan benda-benda lainnya yang sudah tak karuan bentuknya. 

Dengan perasaan was-was, ia mengecek satu demi satu mayat-mayat yang berada di dekatnya, namun tak satupun dari jasad-jasad itu yang mirip dengan sahabatnya itu.

"Susan, kau di mana? Aku lelah mencarimu." Ucap Vinny sambil menangis.

Tanah kembali bergetar di tempat Vinny berpijak, dengan goyangan yang lebih kecil ketimbang sebelumnya. Bumi kala itu seperti mati rasa dengan peristiwa yang barusan terjadi di pulau ini. 

Di kejauhan tampak beberapa orang mulai bermunculan berjalan ke tepi pantai. Mereka tidak berseragam seperti petugas penyelamat tetapi mereka membawa semacam asa bagi Vinny yang pandangannya mulai berkabut.

"Tolooongg!" teriak Vinny sekencang-kencangnya yang kemudian jatuh tak sadarkan diri usai berhasil menarik perhatian mereka.

***

Suara tangisan bayi di kejauhan lamat-lamat terdengar di telinga Vinny, dan sekejap ia terbangun dari ketidaksadarannya, dan ia lalu berusaha bangkit meski dengan susah payah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun