Mohon tunggu...
bucek molen
bucek molen Mohon Tunggu... Konsultan

Pernah tinggal di banyak kota, mencintai beberapa orang, dan menyesali hampir semuanya. Menulis bukan untuk didengar, tapi agar suara-suara dalam kepala tak meledak diam-diam. Tidak sedang mencari pengakuan, hanya menaruh serpihan hidup di tempat yang tidak terlalu ramai.

Selanjutnya

Tutup

Roman

That's a Surprise About a Surprise; That's a Second-Degree Surprise!

7 September 2025   11:46 Diperbarui: 13 Oktober 2025   20:52 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"From 1989 to Today: A Reunion Decades in the Making" by Kasep Photo 

Ciee... terdengar suara dari sebelah, "cieeeeee..."

Aku diam. Tidak ada kalimat yang cukup untuk menanggapi itu. Jawaban sederhana itu seperti membuka ruang lain---ruang yang selama ini mungkin juga ia jaga rapat-rapat.

Dulu, setiap kali kami jalan bareng, dia selalu pakai parfum bunga nilam---wangi patchouli yang khas, lembut tapi tajam, selalu nempel di ingatan. Wangi itu selalu mendahului langkahnya, seolah memberi tahu aku: Ratna sudah dekat.

Dia melanjutkan dengan nada ringan,
"Kamu tau ngga? Aku nggak pernah benar-benar pergi dari kota itu. Aku masih surat-suratan sama Selvi, Erfin, sama Neta. Dari grup BBM sampai sekarang pindah ke WA. Tapi memang dulu aku bilang: jangan cerita soal kamu ke aku, dan aku juga nggak akan nanya soal kamu. Mereka ngerti."

Aku mengangguk pelan. Ada rasa aneh mendengar namaku disebut begitu gamblang. Nama yang dulu mungkin ia hindari, sekarang malah diucapkan sambil menatapku.

"Kenapa reuni akbar kamu nggak dateng?" tanyaku.

Ratna tersenyum. "Undangan dari koordinator kelas aku dapat, di-forward Erfin. Tapi waktu itu aku lagi nemenin hubby S2 di Aussie. Aku lihat kok foto-foto reuninya. Aku lihat foto kamu juga kok."
Dia ketawa kecil.

Aku penasaran, "Aku pakai baju apa coba?"

"Acara pagi kamu pakai kemeja putih. Acara malam pakai batik Jambi, kompakan sama Wiwik, Denisa, Wenny, dan Rian."

Aku terkekeh, heran, "Kok kamu masih inget nama-nama yang lain?"

Ratna ngakak. "Hahaha, aku lupa blas! Aku tanya Erfin, ini siapa..."
Dia tersenyum sambil menjelaskan, itu juga sebelum kesini, karena dia tahu aku pasti akan menanyakan soal ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun