Aku bercanda, "Kalau oleh-oleh dari Prambanan, bisa jadi dulur aku yang jualan, tuh."
Dia ketawa.
Aku nyengir. "Aku belum bisa janji apa-apa," lalu menutup chat singkat itu.
Sabtu siang, jam dua.
Mila DM lagi: Jangan lupa.
Aku masih malas. Jakarta lagi chaos, macet di mana-mana. Mau nyetir? Udah kebayang macetnya. Mau motoran? Ntar bau asap.
Mila DM lagi: Pizza Marzano, PIM 2.
Yah, sudah lah, aku pergi juga. Terakhir ketemu habis Lebaran kemarin, sudah lumayan lama.
Dan benar, macet dan hujan. Macetnya bikin kepala cenat-cenut. Aku sampai paling akhir. Dari kaca restoran, aku lihat mereka sudah kumpul. Widya duduk depan Esti, Rudi depan Mila. Ada satu cewek yang aku nggak kenal, rambut sebahu. Mungkin bininya Rudi atau ada alumni baru join. Kursi depannya kosong. Buatku kali, pikirku.
Aku masuk. Mila dan Widya langsung sorakin, HP mereka mengarah ke aku. Direkam, difoto, sudah tradisi tiap ketemu. Aku sadar, malah sengaja joget-joget gaya pacu jalur. Semua ketawa.
Aku duduk. Salam ke semuanya, dimulai dari perempuan di depanku yang aku nggak kenal. "Hai," sapaku ramah. Lanjut ke Mila, Rudi, Esti, dan Widya.
Aku langsung tanya Mila, "Mana oleh-olehnya?"
Mila senyum sambil nunjuk cewek di depanku.
Aku diam, mencerna lama. Ngeliatin, sambil mengingat, sampai kayaknya dia sendiri nggak sabar.
"Kamu lupa beneran, yah???"
Kalimat itu yang bikin aku sadar pelan-pelan.
Ratna.
Yang terakhir kulihat tahun 1989. Yang terakhir ku lihat berjalan menjauh memasuki fokker 28 dan terbang meninggalkan ku.
Ratna yang aku pernah ceritakan di kisah "Begitu Banyak Kesedihan Dalam Merindukanmu."