Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Membedah Keindahan

15 September 2025   06:38 Diperbarui: 15 September 2025   06:38 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

"Hanya mimpi yang kutenun untukmu."

"Kamu bukan ayahku, kan?"

Aku menggelengkan kepala. "Tidak. Aku adalah penjelmaan keindahan, atau begitulah aku akan menjadi---aku berharap bisa berbagi momen kesempurnaan murni pertamaku denganmu."

Dia mengerutkan kening. "Tapi kamu yang membunuhku, bukan?" Kata-katanya sedikit lebih lambat.

Aku mengangguk. "Ya. Itu terjadi pada saat-saat sebelum hidupmu memudar, ketika semua harapan dan ketakutanmu hilang. Ketika semua ingatanmu terlupakan. Ketika yang tersisa darimu hanyalah nyala api kehidupan itu sendiri yang berkedip-kedip dan sekarat, itulah yang terjadi. Maka, kuharap, kita akan merasakan satu momen keindahan sejati..."

"Tapi aku akan mati." Dia berdiri dan berjalan berkeliling. "Kamu berharap? Bagaimana jika tidak berhasil? Lalu apa yang akan kamu lakukan?"

Aku tersenyum saat melihatnya berjalan. Seharusnya, ada sesuatu yang bisa diperbaiki. Namun, mencari kesempurnaan adalah program dirancang untuk aku lakukan.

Aku berhenti sejenak saat memantau tanda-tanda vitalnya. Dia memiliki momen untuk hidup. Aku memperlambat waktu persepsi simulasi.

"Tetapi," lanjutku, "ada empat ratus dua puluh enam orang sepertimu di kapal ini. Mungkin salah satu dari kalian akan menjadi sempurna."

Nichelle menatapku.

"Kamu akan membunuh kami semua?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun