Saat itu hari Minggu. Karena Vino bekerja berjam-jam selama hari kerja, hari Minggu adalah malam kencan mereka, atau lebih tepatnya, kencan pagi merek
Umurku lima puluh, usia yang sama dengan Ayah yang terasing ketika dia meninggal. Kejadian yang membuat manusia merenungkan jalan kehidupannya.
Aku menunggu beberapa hari sebelum menghubunginya, dan kencan kami berikutnya berjalan jauh lebih lancar.
Seperti potret usang dibiarkan terpapar sinar matahari, kehidupan Nano mulai pupus. Warna dari sudut penglihatannya mulai memudar
Malamnya, suhu turun. Angin sedingin es bertiup dan salju mulai turun sepanjang hari.
Hari Minggu pertama setiap bulan, dan wanita itu memasuki restoran melalui pintu putar. Kerumunan makan siang telah tiba
Pada hari pemakamanku, aku menyembunyikan bagian tubuh favoritku.
Niat terbungkus melekat pada gembok kecil, kata diserang bahaya muncul berulang kali
Aku ke Taman Kota untuk menjernihkan pikiranku. Pohon-pohon meranggas, rerumputan berwarna kekuningan, air sungai cetek kecokelatan.
Di belakangku, mobil-mobil mendesis mundur di sepanjang jalan dan kegelapan malam semakin terang menuju sore.
"Monsieur, semakin tua Kematian semakin cantik. Apakah madame ou monsieur datang ke sini untuk berdansa?"
Kemanapun anakmu pergi pasti rindu ibuku sayang😔
Aku Adalah Cucu Dari Pahlawan Terhebatku
Kejujuran jangan pudar disetiap hubungan kasih😉
Gadis terakhirnya melarikan diri seperti yang lain, membuka pintu depan sebuah rumah kecil di pinggiran kota
Satu generasi telah berlalu, renungnya mengenang kematian kedua orang tuanya, bibi, pamannya, teman-teman dan tetangganya.
Kebanyakan dari kita menulis untuk senang-senang. Namun selalu ada keraguan, apakah tulisan ini cukup bagus?
Palu memantul dari batok cokelat berbulu. Aku berjongkok di ambang pintu dihembus angin dingin sambil mengamati kepulan uap yang keluar dari mulutku.
Pernikahan keduaku bertahan, sebentar. Hanya enam bulan kemudian, Farah diliputi oleh kecemburuan pada pernikahan pertamaku
Gerombolan gadis remaja berkerumun di sudut jalan.