Emak mendobrak pintu.
Aku melompat dari anak tangga paling bawah. "Akhirnya Emak dapat juga, Mak!" aku menjerit, melihat kotak yang dibawanya.
Napas Emak terengah-engah dan tubuhnya gemetar. Dia membanting pintu hingga tertutup dan hingga engselnya bergeser tepat ketika sesuatu melabrak sisi luarnya.
"Aku mau kotak itu, Lindri!" sebuah suara besar berteriak. Suara Om Joe Widodo, papa Jordan dari rumah sebelah. Aku kenal suaranya sejak dia meneriakiku karena memecahkan jendelanya dengan bola.
"Anakku membutuhkan potongan-potongan itu!" Dia menggedor dan terus menggedor, membuat pintu bergetar.
"Anakku juga butuh!" Emak balas berteriak sebelum menarikku pergi.
"Ayo kita buat susu cokelat panas dan cari tahu apa yang ada di dalam kotak kita, oke, Nusa?"
Emak menutup pintu dapur agar kami tidak perlu mendengar suara Om Joe.
Aku menyeruput susu cokelatku di meja makan, memperhatikan emak. Perutku mendadak mulas saat Emak membuka kotak itu dengan gunting dapur.
Aku mencoba berdiri di kursiku untuk melihat ke dalamnya.