Antara estetika Mooi Indie pariwisata dan realitas kehidupan. Sejauh mana warisan kolonial ini masih memengaruhi cara kita menjual keindahan?
Seni rupa sering kali menjadi cermin dari narasi yang dominan dalam suatu era. Di masa kolonial, citra Indonesia banyak dibentuk oleh sebuah aliran seni lukis yang dikenal sebagai Mooi Indie.
Aliran ini dengan romantis melukiskan keindahan alam yang eksotis dan damai, seolah-olah mengabaikan realitas sosial yang bergejolak. Namun, jejak estetika kolonial ini ternyata tidak hanya berhenti pada lukisan.
Saat ini Mooi Indie masih terlihat jelas dalam cara pariwisata Indonesia dipromosikan, menciptakan sebuah refleksi yang menarik untuk diurai, ada estetika dan realitas yang seringkali berbeda. Seberapa jauh kita masih terpengaruh oleh cara pandang masa lalu dalam menjual keindahan Indonesia di masa kini?
Mooi Indie Masa Kolonial, Alat Pencitraan Belanda
Citra pariwisata Indonesia pada masa kolonial telah dibentuk oleh penggambaran alam dan keeksotisan warganya. Estetika ini diwujudkan melalui aliran seni lukis Mooi Indie yang lahir sekitar tahun 1900 dengan pengaruh Romantisme dan Naturalisme yang secara khas selalu menghadirkan unsur 'trimurti' berupa sawah, gunung, dan pohon dalam setiap lukisannya.
Gambaran keindahan alam Indonesia yang tertuang dalam lukisan Mooi Indie kala itu berguna sebagai alat promosi pariwisata, dalam perkembanganya Mooi Indie juga berfungsi sebagai upaya pemerintah kolonial untuk menciptakan citra Hindia Belanda yang eksotik sekaligus menguntungkan (Lombard).
Tokoh-tokoh seperti Ernest Dezentj dan Willem Jan Pieter van der Does menjadi pelopor yang melukiskan keindahan alam Hindia Belanda dengan pandangan romantis dari luar.
Nama-nama besar pribumi seperti Raden Saleh, Abdullah Suriosubroto, Basoeki Abdullah, dan Mas Pirngadie juga berkontribusi pada aliran ini.
Lukisan mereka menampilkan pemandangan alam yang indah, gunung, dan sawah dengan komposisi yang damai, sesuai dengan estetika Mooi Indie yang bertujuan menciptakan citra surga tropis di masa kolonial.