Prinsip ekuivalensi Einstein menyatakan bahwa percepatan dan gravitasi tak bisa dibedakan secara lokal. Tapi sekarang kita bisa bertanya lebih jauh:
"Bisakah kita membedakan apakah suatu gerakan terjadi karena gaya internal, eksternal, atau karena interaksi multilapis yang jauh lebih kompleks?"
Inilah titik lahirnya perluasan prinsip ekuivalensi.
 Dari menyamakan percepatan dan gravitasi, menjadi menyamakan semua jenis gerakan yang tidak bisa secara lokal dibedakan sumbernya.
Kita tidak hanya tidak bisa membedakan antara ditarik dan didorong. Kita juga tidak bisa membedakan apakah gaya itu berasal dari dalam, dari luar, atau dari interaksi antara lapisan-lapisan realitas yang tak kasatmata.
Dengan cara berpikir ini, gerakan semesta yang mempercepat bisa dipahami bukan sebagai misteri tunggal (energi gelap), tapi sebagai ekspresi dari interaksi multirealitas---atau yang kita sebut sebagai Multilayer Multiverse.
IV. Bayangan dari Alam Semesta Lain?
A. Apa Itu Multilayer Multiverse?
Kita terbiasa membayangkan semesta sebagai semesta tunggal, ruang-waktu yang satu dan menyatu. Namun, beberapa pendekatan kosmologi dan fisika teori mulai mempertimbangkan ide yang lebih radikal: semesta kita hanyalah salah satu lapisan dari struktur yang lebih besar dan lebih kompleks, sebuah Multiverse.
Namun Multiverse yang kita maksud di sini bukan sekadar kumpulan semesta terpisah, melainkan sebuah struktur berlapis---di mana setiap lapisan semesta mungkin memiliki ruang-waktu sendiri, energinya sendiri, bahkan interaksi lemah namun nyata dengan lapisan lain.
Inilah yang kita sebut Multilayer Multiverse.
Alih-alih terpisah seperti gelembung sabun yang tak bersentuhan, lapisan-lapisan ini lebih seperti lembaran-lembaran dalam satu buku, yang kadang saling menekan, menarik, atau bahkan beresonansi satu sama lain.