Mohon tunggu...
Ari J. Palawi
Ari J. Palawi Mohon Tunggu... Petani Seni dan Akademisi

The Sonic Bridge Between Tradition and Innovation

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cahaya Senja, Janji Esok

14 September 2025   13:31 Diperbarui: 14 September 2025   13:31 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fajar mengangguk pelan. "Itulah sebabnya kita kumpul di sini. Kita akan buat suara kita terdengar lebih jauh, bersama-sama."

Diskusi mengalir, suara tawa bercampur dengan keluhan dan harapan. Mira memimpin sesi tanya-jawab, Sinta berbicara tentang dampak pencemaran laut, Raka membuat siaran langsung di TikTok yang ternyata ditonton ratusan orang. Semakin lama, orang-orang dari warung sekitar ikut merapat, duduk di pinggir lingkaran, mendengarkan.

Namun ketegangan mulai terasa ketika seorang pria berseragam, mungkin dari aparat desa, melangkah mendekat. "Acara ini ada izinnya?" tanyanya dingin.

Fajar berdiri tegak. "Kami hanya diskusi, Pak. Tidak ada orasi politik."

Pria itu menatap mereka lama, lalu berkata, "Hati-hati. Ini topik sensitif. Jangan bikin masalah."

Beberapa peserta terlihat resah, ada yang hampir berdiri hendak pulang. Fajar menarik napas dalam-dalam. "Bapak benar. Topik ini sensitif. Justru karena itu kita harus bicara dengan cara yang sehat. Kalau kita diam, masalahnya akan makin besar."

Suasana menjadi sunyi. Ombak terdengar jelas memecah karang. Lalu tepuk tangan kecil terdengar dari seorang ibu yang sejak tadi mendengarkan di belakang. Disusul beberapa orang lain yang ikut bertepuk tangan. Tepuk tangan itu tumbuh menjadi riuh.

Momen itu seperti pelepasan beban. Nelayan yang tadi berbicara berdiri dan berkata dengan suara bergetar, "Terima kasih, Nak. Setidaknya hari ini kami merasa didengar."

Mira mencatat nama-nama yang ingin ikut dalam forum berikutnya. Sinta membagikan pamflet digital berisi tautan edukasi energi. Raka merekam video pendek dan mengunggahnya: "Hari ini anak muda Aceh bicara soal migas. Ini baru awal." Dalam satu jam, video itu mulai dibanjiri komentar dan dibagikan puluhan kali.

Malamnya, Fajar kembali ke batu karang tempat ia duduk tempo hari. Langit bertabur bintang. Ia merasa lelah, tetapi ada kebahagiaan yang sulit dijelaskan. Ponselnya bergetar—ada pesan masuk. Kali ini bukan ancaman, melainkan ucapan terima kasih dari seseorang yang hadir diam-diam di forum. "Kalian membuat saya percaya lagi bahwa masa depan Aceh tidak hanya milik pejabat dan investor. Teruskan."

Fajar menatap laut. Ombak datang silih berganti, seperti menjanjikan bahwa perjuangan ini belum selesai. Ia tahu akan ada rintangan, akan ada yang marah, akan ada yang berusaha membungkam mereka. Tapi malam itu ia merasa, untuk pertama kalinya, ombak yang menggulung bukan lagi menakutkan. Ombak itu seperti tepuk tangan alam, mendorongnya untuk terus melangkah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun